4| Rank Four

125 18 8
                                        

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
____________________________________

Peringkat Empat.

Julukanku yang berasal sejak di Junior High School karena keberuntungan atau bahkan bakatku yang unik. Unik? Bisakah disebut begitu? Aku pun tak yakin.

Asal mulanya ketika untuk ketiga kalinya aku bertahan di peringkat empat umum dari angkatanku. Lalu berlanjut hingga aku sampai di bangku kelas dua SMA. Peringkat itu tak pernah turun atau pun naik. Tetap di angka empat seolah tempat mutlak yang mesti kutempati.

Jadi, untuk yang ini, kusebut sebagai kelebihan sebab namaku dalam peringkat bersandingan dengannya. Aku sudah sangat senang, itu sebuah kemajuan dalam urusan percintaanku yang tak serta-merta mulus.

Tapi senangku karena membayangkannya luruh berserta wajah yang tadinya agak berseri. Ingatan lain menganggu, ingatan buruk tentang fakta menyebalkan: Sara menyukai Naruto dan perasaannya diketahui.

Aku memanyunkan bibir tak lama, dengan diakhiri hantaman telapak tangan milik Tenten yang baru tiba. Aku mendeliknya sambil menggapai bibir yang barusan dipukul secara lancang.

"Kebiasaan. Nanti bibirmu jadi sama seperti milik bebek," katanya sambil berdiri dan bersedekap dada.

Pandanganku beralih, walau sorot kesalnya masih berada di sana. Sampai di mana pipi kiriku merebah pada meja kelas.

Lalu kejadian menyebalkan lagi-lagi kualami. Kerah belakang seragamku ditarik hingga aku kembali duduk tegak.

"Apa, sih?!" tangannya kutepis agak kasar. Ini reaksi spontan karena rasa dongkol setengah mati. Sialan si Cepol Dua itu! Tempat penggadaian mana yang kiranya sudi menerima dia? Aku sangat butuh tempat pembuangan teman!

"Aku heran. Kemarin hari yang beruntung untukmu. Dapat surat yang ditulis tangan olehnya, sudah. Berduaan dengannya, sudah. Mengobrol dengannya, sudah. Bahkan dia yang akan merekammu untuk dokumenter tiga hari ke depan. Lalu dari mana datangnya wajah kusutmu itu?"

"Sara menyukai Naruto."

Nadaku kedengaran ketus dan asal. Lagipula seorang Tenten pantang sakit hati hanya karena masalah nada bicara. Bahkan sekarang responnya cuma mendecih.

"Dan Naruto mengetahuinya."

Aku memperjelas. Kerut di dahi Tenten berhasil nampak dengan satu alis menaik tinggi. Sangat minta dipukul, 'kan?

"Kau mendengar sendiri dari mulut Naruto?"

Aku mengangguk.

"Tunggu, Hinata. Jangan berpikir saat Naruto tahu dia akan menerimanya. Lihat dulu sikapnya pada Sara seperti apa."

Kini tampangnya mirip-mirip orang yang dimintai konsultasi. Aku heran. Pendapatnya membuatku muak mendengar namun juga berguna di waktu bersamaan.

Aku memasang pose berpikir-pikir.

"Dia ... menghindari Sara dan bersikap cuek untuk membuatnya berhenti berharap." Ya, kurasa begitulah kesimpulan dari yang kutangkap.

Tenten mendecak serentak dengan gebrakan kecilnya di mejaku. Sehingga aku tak sampai terperanjat, hanya delikan yang berakhir kusampaikan padanya.

"Itu berarti Naruto tidak menyukai Sara."

"Siapa tahu Naruto sedang mengalami zona teman? Dia sebenarnya suka tapi enggan mengaku demi pertemanan mereka."

Second SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang