Hari yang dinanti Dewangga akhirnya tiba, hari ini ia akan memberitahu pada Raina bahwa dirinya akan mulai magang bulan depan. Diterima magang di luar kota, sebuah kesempatan besar yang sudah lama ia impikan. Namun, disisi lain hatinya begitu berat meninggalkan Raina, hatinya diliputi perasaan campur aduk.
Malam itu, mereka duduk berdua di bangku taman kampus, tempat di mana mereka sering berbincang. Angin malam berhembus lembut, dan suasana terasa lebih hening dari biasanya. "Rain aku mau nanya sesuatu boleh?" Tanya Dewangga penuh hati-hati, Raina menatapnya bingung. "Tentu boleh dong, kenapa minta izin mau nanya gitu?" Jawab Raina terkiki geli di akhir kalimat.
"Kalo kita ldr kamu masih mau nemenin aku?"
Dewangga menatap manik coklat itu, Raina tersenyum pada Dewangga sambil menepuk pundaknya.
"Aku bakal selalu nemenin kamu dan support kamu Ngga, emangnya kenapasih?"
"Aku diterima magang di luar kota Rain—" belum sempat Dewangga menyelesaikan kalimatnya Raina berdiri kegirangan menatapnya berucap selamat atas diterima magang di perusahaan yang ia impikan.
"Selamat! Ih bangga banget, kamu keren banget Ngga!!!" Raina melompat-lompat penuh kesenangan.
"Aku kira kamu bakal sedih dan ga izinin aku jauh dari kamu Ra," ucap Dewangga menunduk. Padahal dirinya ingin melihat wajah Raina sedih karena harus ldr dengannya.
"Sedih sih pasti ada, memikirkan nanti yang antar jemput aku siapa terus kalo lagi hujan siapa yang rela anter aku balik terus kalo aku pulang malem siapa yang anter aku balik juga terus nanti kalo hariku berat siapa yang harus aku peluk karena aku udah kebiasaan adanya kamu Ngga, tapi cewemu ini sudah suhu menjadi independent woman!"
"Ada aku kenapa harus sendiri!" Sahut Dewangga memasang wajah cemberut tak suka jika Raina harus kemana-mana sendiri. Wajah cemberut itu malah mengundang tawa bagi Raina, Pria bertubuh besar itu seperti bayi besar dimatanya. "Kamu udah ga sayang aku kan Rain?"
"Sayang banget!" Ucap Raina menyambar tubuh peluk able itu, "maka dari itu aku selalu dukung kamu, aku bakal selalu percaya sama kamu dan selalu mencintai kamu Ngga!" Setelah mengatakan itu dengan lantang Raina mematung, bagaimana dirinya bisa berkata seperti itu? Mencintai? Sayang? Gadis segengsi ini sudah berani bilang kalimat itu?!
Raina menghentakkan kakinya, harap Dewangga tidak ilfil dengan perkataannya.
Dewangga menggenggam tangan Raina erat, "makasih sayang... makasih udah mau mencintai Pria dengan segala kekurangan ini." Raina menepuk pundak Dewangga, "kamu bilang kamu penuh kekurangan? Kamu ngerendahin selera aku Ngga?" Tanya Raina penuh kesal. Dewangga terkekeh lucu pada gadisnya, ia menarik tubuh mungil itu, memeluk Raina penuh erat.
"Jika bersama orang yang aku sayang, aku bakal selalu nundukin diri aku, aku ga peduli bagaimana aku ngerendahin diri aku di mata kamu selagi kamu yang aku cintai, aku akan selalu menundukkan diri aku untuk kamu."
Mendengarkan perkataan itu hati Raina hanyut tenggelam pada kehangatan yang diberikan Dewangga, dirinya tidak pernah berpikir bahwa Dewangga bisa memperlakukannya sebaik itu.
Karena kamu aku kembali percaya bahwa masih ada Pria baik di bumi yang luas ini.
Aku bakal rindu masa-masa hujan bersama kamu, menonton bioskop kala senggangg waktu, bermain raket saat sore hari. Namun, 3 bulan bukankah waktu yang cepat bukan?
Aku bakal menunggu hari dimana aku bisa melepas rindu itu.
♡♡♡
Hari yang dijanjikan Dewangga pun tiba. Sesuai dengan ucapannya tadi malam, hari ini ia dan Raina pergi ke pantai, tempat di mana mereka berencana menghabiskan waktu bersama sebelum Dewangga memulai magangnya di luar kota. Pagi itu, matahari bersinar cerah, dengan angin pantai yang lembut membelai wajah mereka. Begitu sampai di sana, Raina merasakan aroma laut yang menenangkan, suara ombak yang berkejaran di pantai segera memenuhi telinganya, dan ia tersenyum melihat hamparan pasir yang luas dan air biru yang tampak tenang. Dewangga berjalan di sampingnya, membawa tas berisi makanan kecil dan minuman yang mereka siapkan sebelumnya. "Ayo cari tempat yang nyaman buat duduk," kata Dewangga sambil menunjuk area yang sedikit lebih jauh dari kerumunan orang.
Mereka berjalan beriringan di atas pasir yang hangat, sesekali berbicara ringan tentang bagaimana mereka akan menikmati hari itu. Setelah menemukan tempat yang cukup sepi, mereka membentangkan tikar dan duduk sambil menikmati pemandangan indah yang terhampar di depan mereka. Sesekali, Raina memandang ke arah Dewangga, yang tampak tenang menatap ombak.
"Kenapasih harus kaya gini?"
"Maksudnya Rain?"
"Bisa gasi bersikap biasa aja kalo mau pergi gitu, kenapa harus ngabisin waktu seolah-olah gada waktu lain untuk ketemu."
Dewangga yang tadinya memasang wajah bingung seketika berubah menjadi tawa, ia mengusap puncak kepala Raina.
Ketika matahari mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan semburat oranye, mereka kembali duduk di tepi pantai. Raina menatap cakrawala dengan perasaan bercampur aduk, sementara Dewangga menatapnya dengan senyuman lembut. Mereka berdua bermain-main di air untuk beberapa saat, seperti dua anak kecil yang melupakan semua beban di dunia.
Tawa mereka bercampur dengan suara ombak dan angin, menciptakan momen yang tak terlupakan. Ketika matahari mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan semburat oranye, mereka kembali duduk di tepi pantai. Raina menatap cakrawala dengan perasaan bercampur aduk, sementara Dewangga menatapnya dengan senyuman lembut.
♡♡♡
Gimananih part hari ini, siapa yang makin jatuh cinta dengan Dewangga??? 😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE DARKNIGHT [END]
Novela JuvenilKisah yang bermula dari Dewangga jatuh cinta kepada adik tingkatnya hingga teman-temannya ikut terlibat untuk mengetahui gadis yang menjadi incaran seorang Dewangga Ravindra, sosok yang anti romantis dan bersifat dingin. Akankah kisah cinta itu berl...