01. Who's That Girl?

326 10 1
                                    

Rendi berdiri di depan ruangan, menjelaskan poin-poin penting untuk rapat yang sedang berlangsung. Suaranya tegas, dan sesekali dia melirik catatan di tangannya untuk memastikan semuanya disampaikan dengan baik. Diskusi tentang agenda acara mendatang terus mengalir, dan beberapa anggota rapat sibuk mencatat atau menanggapi apa yang disampaikan. Namun, di sudut lain meja, Dewangga duduk diam. Matanya terlihat tidak fokus pada topik yang sedang dibahas. Alih-alih memperhatikan Rendi, pandangannya tertuju pada gadis yang duduk berseberangan dengannya. Gadis itu tampak serius mendengarkan, sesekali mencatat sesuatu di buku kecilnya.

Dewangga berusaha tetap tenang, tapi entah mengapa dia terus saja mencuri pandang ke arahnya. Ada sesuatu tentang caranya duduk, caranya menyibakkan rambut ke belakang telinga, yang membuat Dewangga tak bisa lepas dari pesonanya. Gadis itu tampak tenang, seolah dunia di sekitarnya tidak mengganggu ketenangannya sedikit pun. Sementara Rendi terus berbicara, Dewangga merasa dirinya terseret jauh dari rapat yang sebenarnya. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang siapa gadis itu, bagaimana suaranya ketika berbicara, dan apa yang sedang dipikirkannya saat ini.

Gadis di seberangnya sempat melirik Dewangga dengan tatapan penasaran, sebelum kembali fokus pada catatannya. Dewangga mencoba mengalihkan pandangannya, tapi hatinya tetap tertinggal di tempat gadis itu berada.

Hingga tiba jam menunjuk pukul 5 sore, hujan turun membasahi bumi memberi kesejukan pada setiap insan di bumi layaknya rapat yang kini sudah selesai oleh insan yang hadir kala itu. Dewangga masih memperhatikan gadis itu hingga tiba-tiba botol minum gadis itu terjatuh. Ia lekas menolong gadis itu dengan cepat, "Makas—" belum sempat gadis itu mengucapkan terima kasih, Dewangga lekas pergi begitu saja.

♡♡♡

Jendela kamar sedikit terbuka, memungkinkan udara malam yang sejuk masuk dan mengisi ruangan dengan aroma lembut dari bunga-bunga di luar. Di sudut ruangan Dewangga duduk bersandar, pikirannya kembali mengingat gadis itu. Beda halnya dengan Rendi dan Zaka yang tengah sibuk dengan laptop mereka.

Suara jam dinding yang berdetak terdengar samar, mengisi keheningan yang ada. Sesekali Dewangga mengetuk-ngetukkan jari di atas meja, pikirannya tampak melayang. "Kalian ada yang tau perempuan di sebrang tadi ga? Yang duduk bersebrangan sama gue," tanya Dewangga akhirnya, memecah kesunyian.


Rendi menatapnya dari balik laptop yang sedang ia baca. "Cewe banyak disitu kocak," Rendi melempar bantal asal ke Dewangga.

"Biarin aja Ren biarin selagi ga nyolong ternak warga." Seru Zaka, Rendi tertawa kiki melihat muka Dewangga yang sudah memerah malu. "Tapi kenapa tiba-tiba nanyain Ngga? Naksir lo?" Goda Zaka.

Dewangga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "gasih penasaran aja gua." Rendi dan Zaka saling melempar pandangan.

Zaka, yang duduk di sebelah Rendi, meletakkan pulpen dan menoleh ke arah Dewangga. "Mau kita bantu ga?" katanya, suaranya terdengar santai tapi penuh rasa ingin. "Kita juga penasaran siapa cewe yang buat seorang Dewangga Ravindra tertarik ya kan Ren," Rendi mengangguk seru. Dewangga mengangkat mengangkat bahu sambil menatap langit-langit ruangan.

Dewangga mengangkat alis, sedikit bingung. "Maksudnya kalian apa?"

Rendi dan Zaka tersenyum tipis. "Liat aja besok Ngga," godanya sambil menatap Dewangga penuh arti.

♡♡♡

Helowww~!
Dari sekian abad dan purnama akhirnya aku membranikan diri untuk membagi kisah ini ke semua yang membacanya, aku harap dia juga ^^.

Dimanapun kalian berada semoga dalam keadaan sehat dan bahagia yaaa!
Saya menerima banyak saran dan kritikan agar cerita ini bisa lebih baik kedepannya serta mampu masuk ke dalam setiap pesan-pesan yang ingin disampaikan dan terasa ke hati setiap pembaca.

Karya ini jauh dari kata baik. Jadi, saya harap karya ini bisa sedikit merilekssasikan dari hirup pikuknya bumi yang ramai ini yaa hihi.

Selamat membaca teman-teman!

RAIN IN THE DARKNIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang