PROLOG

686 42 13
                                    

Aroma kacang goreng memenuhi penthouse mewah dengan pemandangan kota Roma. Suara blender dan air mendidih melengkapi suasana siang ini. Suara tombol pintu penthouse berbunyi diiringi dengan pintu yang terbuka memunculkan sosok pria berusia empat puluh tahun dengan tubuh tegap berbalut kemeja biru muda. Rambutnya rapi dilapisi pomade ternama.

"Oh kau pulang?" Seorang gadis muncul dari dapur dengan apronnya, menyapa pria tampan yang berjalan menghampirinya setelah sebelumnya meletakan ransel dan jasnya.

Lelaki tersebut mengangguk mengusap rambut hitam gadis dengan apron coklat tuanya. "Aku mampir setelah ini aku kembali ke kantor." Ucapnya beralih ke dapur, mengintip berbagai sayur dan saus kacang tengah disiapkan. "Kau memasak gado-gado?"

"Pecel sayur." Jawab gadis itu meniriskan tauge yang sudah dia rebus.

"Tapi ini peanut sauce. Pasti gado-gado." Sang lelaki mendebatnya.

Meletakan tauge pada piring saji gadis itu memutar kedua bola matanya. "Ini pecel ya Jay. Aku bilang ini pecel sayur. Peanut sauce not only for gado-gado. Orang Indonesia baru enam belas tahun jangan ngeyel sama yang udah dua puluh lima tahun jadi WNI deh."

Lelaki bernama Jay itu tertawa renyah, mengambil sebotol air mineral dingin dan menghampiri gadis tersebut. "Baik WNI senior. Aku menunggu makan siang pecel sayurnya. Panggil aku jika sudah matang. Aku ingin tidur sebentar." Ucapnya meletakan botol yang sudah tandas isinya.

--

"Apa rencanamu setelah kita bercerai nanti?" Gadis itu bertanya pada Jay ketika mereka menikmati menu makan siang mereka. Pecel sayur, telur dadar dan tempe.

Jay terlihat berpikir sesaat lalu mengelap bibirnya dan menatap gadis dihadapannya, "Kau berpikir aku akan menceraikanmu Naraya?"

Nara mengangguk bersemangat, gadis itu telah selesai dengan sepiring menu makan siangnya. "Tentu saja. Aku ingin bercerai darimu. Lalu hidup menikmati masa muda, mencari lelaki yang aku cintai dan menikahinya. Memang kau tidak ingin? Kau bisa mencari istri yang kau cintai di usiamu yang sudah empat puluh tahun Jay. Percayalah."

Mereka baru menikah dua bulan yang lalu dan kini sang istri sudah bersemangat membahas perceraian dan rencana setelahnya. Sungguh sangat diluar nalar.

"Memang ada yang mau dengan lelaki berusia empat puluh tahun? Kau saja mau karena kita dijodohkan." Ucap Jay meletakan piringnya ke sink cuci piring lalu mencuci kedua tangannya dan mengeringkan dengan lap tangan.

Menyusul suaminya, Nara turut meletakkan piring kotornya dan mencuci tangan. "Banyak, aku bisa membantumu jika kau mau. Kau luar biasa tampan dan kaya, tidak sulit mencarikanmu istri."

"Tidak usah, terima kasih." Jawab Jay setelah meneguk segelas air dingin dari kulkas. Lelaki itu berdiri bersandar di counter dapur, berhadapan dengan Nara yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa tidak mau?"

Menegakkan tubuhnya, Jay berjalan mendekat kearah Nara perlahan menatap dalam mata gadis yang sudah menyandang status sebagai istrinya sejak dua bulan lalu itu. "Karena aku, sudah menemukan gadis yang aku cintai dan aku inginkan." Ucapnya dengan nada meyakinkan.

"Astaga benarkah?" Seru Nara bersemangat.

Jay menggangguk mantap sambil tersenyum manis.

"Siapa?"

Menunduk, Jay mendekatkan wajahnya kehadapan Naraya, "Kau." Ucapnya mantap diikuti dengan kepalanya yang semakin mendekat untuk mencium bibir Naraya. Membuat gadis itu membatu beberapa saat sebelum akhirnya mendorong dan menyiram Jay dengan segelas air dingin disampingnya.

--

Orang gila.mana yang bukannnya namatin cerita malah bikin cerita baruuuuu

Maapin ya pembaca yang terhormat

Selamat menikmati ♡

Jay Idzes - Yes, I do - Another story not about TimnasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang