SEBELAS

198 34 2
                                    

Jam menunjukkan pukul dua dini hari ketika Nara terbangun dan menemukan pendaran cahaya dari meja diseberang tempat tidur yang dia dan Jay tempati selama di Amsterdam. Lelaki itu terlihat masih sibuk dengan beberapa lembar kertas dan laptop dan iPad nya yang menyala. Sesekali terlihat membenarkan letak kacamata yang dia pakai.

Jay dengan kaos vneck, celana pendek, kacamata baca, serta rambut berantakannya adalah another level of hot.

Nara sengaja tidak bergerak dari posisinya. Gadis itu mencoba mendalami betapa Jay terlihat sangat mempesona.

Melepas kacamatanya Jay memijit hidungnya, lalu menatap Nara, "Sudah puas melihatku?"

Tertangkap basah menatap Jay, gadis itu tertawa ringan. "Aku hanya terbangun dan tidak mau mengganggumu. Kau tidak tidur?"

"Nanti."

"Ini jam dua, kau belum tidur dan kau akan bangun jam enam pagi. Kau ini manusia atau bukan sih Jay?" Gerutu Nara menyibakkan selimut. Gadis itu mengikat rambutnya dan turun dari tempat tidur.

Tatapan mata Jay mengikuti setiap pergerakan kemana istrinya melangkah. "Kau mau kemana?"

"Mengambil air untuk minum."

--

"Nara?" Sebuah suara mengejutkan gadis itu ketika dia sedang mencari sebotol susu segar untuk dia hangatkan. Cahaya dapur yang temaram membuatnya perlu menyesuaikan pandangannya untuk menyadari suara berat siapakah yang menyebut namanya.

Gadis itu menghela nafas lega ketika mendapati Marten berjalan dengan piyama tidurnya menuju meja dapur. "Astaga kau mengejutkanku!"

Marten tersenyum manis, mengambil duduk di sebuah kursi. "Apa yang kau lakukan?"

"Mengambil air dan mencoba menyiapkan susu hangat untuk Jay. Lelaki itu belum tidur sejak tadi. Kau mau sesuatu? Teh atau susu hangat?" Tawar Nara masih sambil mengecek isi kulkas.

"Boleh. Seduhkan aku susu hangat jika kau tidak keberatan." Jawab Marten mengamati setiap pergerakan Nara.

Gadis itu terlihat menggemaskan dengan rambutnya yang diikat asal dan kaos kebesaran sedikit lusuh yang Marten kenali sebagai kaos milik Jay. "Itu kaos milik Jay kan?"

Nara memegang kaos yang dia kenakan lalu tertawa ringan, "Iya aku kehabisan baju. Kau belum tidur?"

"Belum." Jawab Marten singkat. "Kau mau mencari apa?" Tanya lelaki itu saat Nara masih terlihat membutuhkan sesuatu.

Gadis itu menoleh, lalu menunjuk kitchen set atas, "Itu, aku akan mengambil panci untuk menghangatkan susu tapi sangat tinggi. Bisa tolong ambilkan?"

"Sure." Lelaki itu berdiri menghampiri Nara dan mengambil panci tanpa meminta adik ipar-nya itu bergeser. Marten secara tidak langsung mengurung tubuh Nara dalam 'pelukan'nya.

Bahkan begitu dekatnya mereka, Nara bisa mencium aroma maskulin milik Marten yang lembut dan menenangkan, berbeda dengan aroma maskulin milik Jay yang terlalu mendominasi dan kuat.

"Silahkan." Ucap Marten meletakkan panci di counter dapur, tubuh mereka begitu dekat. Namun lelaki itu tidak mencoba untuk bergeser menjauh dari Nara.

Alih-alih menjauh, Marten justru menunduk, mendekatkan dahinya ke dahi Nara, membuat gadis itu memundurkan kepalanya.

"Marten apa yang kau lakukan?" Tanya Nara sambil mengangkat kedua tangannya menahan tubuh lelaki yang ternyata lebih besar dari Jay.

"Seandainya hari itu aku lebih cepat memberikan jawaban pada Opa." Bisiknya lembut sambil tersenyum, namun justru membuat hati Nara mencelos. Panik namun juga salah tingkah..

Lampu dapur menyala terang membuat keduanya terkejut. Sosok Jay berdiri beberapa langkah dari mereka dengan kedua tangannya berada disaku celana pendek yang dia kenakan. Wajahnya memerah.

"Apa yang kalian lakukan disini? Mencoba membuat skandal perselingkuhan kakak dan adik ipar?" Desis Jay tajam menatap keduanya.

Nara mendorong tubuh Marten, lalu berdeham. "Jay aku bisa jelaskan, aku sedang.."

"Selesaikan urusanmu sekarang lalu naik ke atas." Titah lelaki itu tidak bisa dibantah.

Menghindari perpecahan terjadi Nara segera menghangatkan dua gelas susu. Satu gelas dia siapkan di nampan bersama air mineral untuknya dan satu gelas lagi untuk Marten. Lelaki itu berterima kasih dan tersenyun, lalu duduk di meja bar menatap Nara dan Jay yang naik ke kamar mereka.

--

"Aku sudah bilang jangan berselingkuh!" Ucap Jay keras begitu mereka memasuki kamar.

"Aku tidak selingkuh Jay. Kau pikir aku gila berselingkuh dengan iparku sendiri? Dirumah mertuaku pula?" Jawab Nara sambil meletakan segelas susu hangat.

Jay menghampiri Nara mengurung gadis iti dengan dua lengannya yang dia sandarkan di rak buku. "Lalu apa yang kalian lakukan? Berdua di dapur dalam gelap?"

Merasa kesal dituduh berselingkuh, Nara mengalungkan kedua tangannya pada leher Jay, yang justru membuat bahu lelaki itu menegang. "Aku sedang mencari panci untuk menyeduh susu hangat. Untuk SUAMIKU yang belum tidur sampai saat ini. Marten datang untuk membantuku mengambil panci." Jawab Nara mendorong tubuh Jay.

Gadis itu meneguk air mineralnya. "Minum susu nya lalu tidur. Tapi jika kau tidak mau tidur itu bukan urusanku." Ucapnya kesal, lalu kembali naik ketempat tidur membungkus tubuhnya dengan selimut.

Sementara Jay lelaki itu berdiri ditengah ruangan menatap Nara yang sudah kembali bergelung ditempat tidur. Menetralkan jantungnya yang berdegup liar karena emosi dan karena..

Karena gadis itu dengan beraninya memeluk leher tanpa seijinnya.

Jay Idzes - Yes, I do - Another story not about TimnasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang