LIMA

176 26 2
                                    

Keluarga Idzes dan Hastanaputra tak bisa menahan rasa bahagia mereka ketika akhirnya kedua cucu mereka bisa bersatu. Nara dan Jay duduk berdampingan, keduanya saling memakaikan cincin yang dibeli di Praha hampir lima puluh tahun yang lalu. Salah satu cincin terpasang dengan pas sementara cincin lain yang harusnya digunakan oleh Nara masih terasa sangat longgar.

"Cincinnya kebesaran." Ucap Jay mengangkat tangan Nara menunjukkan betapa cincin itu masih sangat kebesaran di seluruh jari Nara.

Mereka tertawa, "Maafkan kami karena hanya mencari cincin yang bagus dan sama. Tanpa memikirkan ukurannya." Ucap Opa Idzes penuh senyum.

"It's okay Opa. Aku akan membawanya ke toko perhiasan untuk menyesuaikan ukurannya. Terima kasih untuk cincinnya Akong dan Opa." Ucap Nara begitu lembut membuat kedua lelaki tua itu merasa bersyukur.

Ketika mereka semua akhirnya berbaur untuk makan siang bersama, Jay tersenyum memperhatikan bagaimana Ibunya mencoba untuk terus berada didekat Nara dan mengajak gadis itu berinteraksi.

--

"Pemberkatan dan resepsi pernikahan akan dilangsungkan di Jakarta, sederhana saja. Hanya tamu keluarga. Bagaimana dengan acara di pihakmu?" Tanya Nara ketika gadis itu duduk disamping Jay yang mengemudi Hummernya.

Lelaki itu sangat mempesona dengan kacamata hitam dan polo shirt putihnya. Definisi nyata tampan dan mapan. "Sama, hanya keluarga terdekat saja. Nanti ketika namamu masuk ke dalam RUPS perusahaan, kau akan diperkenalkan ke media bahwa kau adalah menantu keluarga Idzes."

"Media?"

Jay mengangguk, memarkirkan mobilnya disalah satu space kosong didepan toko perhiasan. "Ya. Kami pengusaha kaya. Opa punya gurita bisnis. Pasti kau akan tersorot media."

Nara mencoba mencerna kalimatnya. "Sialan pantas saja kau memintaku yang mengajukan gugatan cerai. Kau ingin membuat namamu aman ya sepertinya. Lalu bagaimana dengan nama baikku nanti?"

"Entahlah. Jika tidak mau mengajukan gugatan cerai maka, tidak usah bercerai." Jawab Jay ringan lalu turun dari mobil, membuat Nara berdecak kesal.

--

Persiapan pernikahan mereka berjalan cepat. Apalagi Jay yang sudah menjadi WNI mempermudah urusan pernikahan mereka. Untuk urusan vendor dan tema pernikahan baik Nara maupun Jay mempercayakan kepada WO pilihan orang tua mereka. Termasuk tamu undangan yang akan hadir diacara mereka. Sementara Nara gadis itu tengah mengurus rencananya untuk resign dari perusahaan karena dia akan pindah ke Itali bersama Jay.

Ketika jam makan siang tiba, Nara segera menghampiri Evan dan membawa lelaki itu untuk makan siang bersama. Mereka turun dengan cepat menuju kantin agar mendapat spot ngobrol paling asik.

"Tumben buru-buru amat sih?" Ucap Evan ketika mereka berhasil duduk disalah satu spot favorite.

Nara meneguk jusnya, "Iya. Gue mo ngomong seriusa banget sama elu."

Evan mengaduk mie ayamnya, lalu menatap Nara penasaran. "Apaan? Lu bunting ama gadun lu?"

"Ish anjing lu!" Gumam Nara kesal sambil menuang beberapa sendok sambal ke mangkoknya.

"Ya terus apaan?"

Mengaduk mie-nya, gadis itu mengambil jeda sebelum bicara. "Gue mau resign. Gue udah kirim surat resign-nya tadi pagi."

Mendengar ucapan Nara, membuat Evan tersedak mie yang tengah dia telan, membuat lelaki itu menepuk dadanya beberapa kali. "Ya ampun hampir mati gue keselek mie ayam! Lu apa-apan dah, ngapain resign? Emang lu udah kaya?"

Udah! Batin Nara menjawab, mengingat aset empat puluh miliar yang Jay berikan padanya.

"Eh kita aja cuma mampu makan enak pas awal bulan. Bisa-bisanya mau resign!" Seru Evan.

"Gue mo nikah Van. Habis nikah gue mo ikut suami gue."

Kembali tersedak, Evan menggebrak meja dengan kesal. "Eh ani-ani bisa ngga sih lu ngga usah ngadi-adi! Mo nikah sama siapa lu emangnya?"

"Sama gadun yang tempo hari jemput gue."

"Hah serius?"

Mengangguk sebagai jawaban Nara melanjutkan. "Awal bulan depan gue nikah terus langsung pindah."

"Pindah kemana?"

"Itali."

"Bangsat! Lu ngga ngerjain gue kan Ra?"

"Kagak ya nyet! Gue serius. Nih foto tunangan dan nih sample undangan." Nara menyorongkan ponselnya yang segera disambut Evan.

Mulut lelaki itu membuka dan menutup, lalu menatap Nara dan kembali menatap gambar di ponsel gadis itu.

Ternyata lelaki tampan dan mapan itu bukan cuma gadun-nya Nara, tapi calon suami sah-nya!

Jay Idzes - Yes, I do - Another story not about TimnasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang