SEMBILAN

185 25 4
                                    

Musim panas di Amsterdam memang terlalu nyaman. Sinar matahari cukup hangat di suhu udara yang hanya menyentuh angka dua puluh tiga derajat. Sebuah mobil berhenti di drop off menampilkan Jamie, lelaki yang usianya sepertinya tidak jauh dari Jay. Lelaki itu adalah supir keluarga Idzes yang bertugas menjemput Jay dan Nara.

Jamie menyapa mereka lalu membantu menaikan beberapa koper yang mereka bawa, sedangkan beberapa koper besar lainnya langsung dikirim ke Itali, karena Jay dan Nara akan tinggal disana setelah acara resepsi di Amsterdam selesai.

Mobil yang dikemudikan Jamie membelah jalanan Amsterdam, suasana pagi ini cukup cerah dan nyaman, membuat Nara tidak bosan-bosannya mengalihkan pandangannya kearah jalanan.

Menyadari istrinya yang terlihat antusias dengan kondisi Amsterdam membuat Jay memutuskan satu hal. Menikmati pagi menyenangkan bersama dengan Nara. Lelaki itu meminta Jamie untuk menurunkan mereka disalah satu sisi kanal yang dipenuhi pohon rindang dan cafe-cafe yang berjajar.

"Kau pulanglah, aku dan istriku akan sarapan disini. Kami akan pulang naik taksi." Ucap Jay dalam bahasa Belanda yang tidak dipahami Nara.

Jay turun dari mobilnya, lalu berputar membuka pintu penumpang disisi Nara. Lelaki itu menunduk dan mengulurkan tangan. "Mari kita membeli sarapan dan berkencan?" Ucap Jay tersenyum manis membuat Nara mengerjap beberapa kali.

"Kita turun disini?"

Jay mengangguk, lalu menggerakan tangannya mengingatkan Nara bahwa ketika Jay mengulurkan tangannya seperti ini Nara harus menggenggamnya. Gadis itu memakai tas selempangnya, lalu menerima uluran tangan Jay, turun dari mobil dan menatap sedan mewah itu berlalu dari hadapan mereka.

"Kau belum pernah kemari kan?" Tanya Jay merapikan anak rambut Nara yang mencuat dari ikatannya. Membuat Nara menahan nafasnya karena tiba-tiba dia merasa salah tingkah.

Gadis itu menggeleng ringan sebagai jawaban. "Belum, aku hanya pernah ke Paris, Brusel, Edinburg dan London."

Jay mengangguk, meminpin acara jalan kaki mereka sambil terus menggenggam tangan Nara. "Baiklah, kalau begitu biarkan suamimu mengajakmu berlibur di Amsterdam satu minggu ini." Mengedipkan sebelah matanya Jay tersenyum menggoda Nara.

Membuat gadis itu tertawa ringan, "Baiklah. Terima kasih suamiku."

--

Nara begitu menikmati pagi ini. Amsterdam begitu menyenangkan, udaranya, ambiencenya, aroma poffertjes dan omelet telurnya membuat gadis itu nyaman. Ah sepertinya ada satu lagi yang membuatnya nyaman, Jay Idzes. Lelaki itu masih terus menggenggam tangan Nara. Mengajaknya bercerita berbagai hal, memberitahu dimana letak sekolahnya dulu dan apa menu sarapan favorite keluarga mereka.

Mereka juga membahas kehidupan mereka yang akan datang. Jumlah kamar di apartemen Jay yang bisa membantu mereka untuk tetap tidur terpisah, petugas kebersihan yang membersihkan apartemen dua hari sekali, jam berapa Jay akan ke kantor dan kapan lelaki itu akan kembali, jadwal tennis di Rabu sore dan golf di Kamis atau Minggu pagi, pergi ke club di akhir minggu dan acara lain yang mungkin akan Jay datangi bersama Nara nanti.

"Bolehkah aku memasak? Karena aku tidak mungkin tidak melakukan apapun kan selama kau bekerja?" Tanya Nara ketika lelaki itu menyelesaikan kalimatnya.

Jay mengangguk, "Tentu. Kau boleh memasak. Lakukan apapun yang kau inginkan. Berbelanja, yoga, pilates, eksplore apa saja yang kau inginkan selama aku bekerja. Kau bisa melakukan apapun."

"Apapun?"

"Ya. Kecuali berselingkuh. Karena kau harus menjaga nama baik keluargaku. Kau tahu?" Jelas Jay.

Nara mengangguk lalu tersenyum, "Tentu saja. Thanks so Jay."

Jay merogoh cluthc bag nya mengeluarkan credit card hitam miliknya. "Gunakan ini untuk apapun. Just tap and everything's done."

"Sure? No limit?"

"Of course, belilah semua yang kau mau. Kecuali mobil. Pajaknya sangat besar, jika kau mau mobil kita akan beli di Indonesia."

"Baik."

Langkah mereka terhenti disalah satu sudut jalan di sisi kanal, ada sebuah cafe dengan kursi outdoor menjual berbagai sarapan mulaindari poffertjes, english breakfast hingga pastry. "Kita makan disini?"

Nara mengangguk setuju, mereka memilih menu makan pagi ringan. Pastry dan coffee untuk Nara dan Poffertjes omelet serta coffee untuk Jay. Lelaki itu melepas genggaman tangannya pada Nara untuk membayar pesanan mereka. Membuat Nara melihat tangannya yang sedikit berkeringat terlalu lama digenggam oleh Jay. Seulas senyum tersungging dibibir gadis itu yang dia lipat kedalam, menahan debaran di dadanya dan rona merah dipipinya.

Astaga, Jay terlalu act of service untuk dirinya yang hanya berstatus sebagai istri selama satu tahun.

Jay Idzes - Yes, I do - Another story not about TimnasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang