DUA PULUH LIMA

150 29 4
                                    

Jay tengah terdiam menatap istrinya yang begitu mempesona. Gadis yang terlihat semakin menawan baginya itu tengah terlihat asik memasang kutek berwarna maroon ditangannya. Rambut hitam yang terlihat semakin tebal dan berkilau itu diikat satu dan digelung tinggi agar tidak mengganggu aktivitasnya. Sesekali gadis itu mengangkat tangannya untuk melihat jenarinya yang semakin cantik setelah kukunya terlapisi kutek.

"Sudah cantik sayang." Ucap Jay membuat Nara menoleh dan tertawa.

"Iya. Kenapa dari dulu aku tidak memakai kutek ya? Belakangan ini ingin sekali rasanya."

Beringsut bangun Jay memeluk Nara dan mengecup lembut pundak terbuka gadis itu. "Sepertinya belakangan kau ingin sekali dengan banyak hal."

"Mungkin." Ucap Nara singkat, gadis itu tau sepertinya ini efek kehamilannya, karena banyak hal aneh yang dia minta. Bahkan gadis itu ingin ikut Jay kekantor beberapa hari yang lalu.

Selesai dengan kuteknya Nara menghadap Jay, mengusap lembut wajah lelaki itu yang kali ini bersih tanpa jambang. "Perasaanku saja atau kau semakin tampan meskipun ada kerutan disini, disini dan disini?" Ucap Nara menunjuk beberapa bagian yang berkerut.

Jay tertawa, lalu mencium ringan bibir Nara. "Kau menikahi pria tua sayang. Keriput sudah menyapa wajahku."

Sebuah kesedihan begitu terasa menghantam dada Nara. Gadis itu terus menyusuri wajah Jay, merekam setiap mili wajah yang nantinya pasti akan sangat dia rindukan. Wajah yang mungkin akan menurun di anak mereka nanti.

Jay dengan mata coklat terangnya yang begitu teduh, tulus dan mendamba penuh cinta. Garis rahang tegas yang menyatu dengan dagunya yang terbelah dua. Hidungnya yang tajam tetapi tidak berlebihan. Bibir tipis yang selalu memanggilnya sayang, yang selalu menciumnya, yang selalu memujanya.

Nara akan meninggalkan itu semua tidak lama lagi.

Memejamkan matanya, Nara mencium Jay dalam. Menyalurkan rasa sedihnya, rasa nelangsa yang dia tahan hampir sebulan ini. Dia sebenarnya juga tidak mampu meninggalkan Jay tapi mau bagaimana lagi.

"Jay. Bercinta denganku please." Bisik Nara lembut.

--

Hujan masih terus turun ketika Nara terbangun dan menyadari matahari sudah tinggi. Mereka bermalam di sebuah villa mewah di Falcade. Sebuah pegunungan yang menawarkan sejuta keindahan. Angin musim gugur menusuk tulangnya ketika gadis itu berdiri di balkon mengenakan bathrobe putih menatap hamparan taman yang diselimuti guguran daun pohon maple.

Semalam gadis itu bercinta dengan Jay. Mungkin untuk terakhir kalinya. Karena ketika dia mengecek emailnya, Pengadilan telah mengirimkan hasil putusan cerainya.

Nara dan Jay bukan suami istri lagi.

Sebutir air mata meluncur jelas dibarengi isakan yang tak bisa dia tahan, tersamarkan dengan suara hujan. Terbayang bagaimana rasa rindunya, bagaimana dia akan hidup tanpa Jay.

Sebuah dorongan dari perutnya membuat gadis itu berlari ke kamar mandi. Melewato Jay yang masih tertidur nyaman dengan selimut yang memeluknya.

Nara memuntahkan kembali isi perutnya hingga tak ada lagi yang keluar selain salivanya. Gadis itu terduduk di lantai kamar mandi dengan beberapa bulir keringat di wajahnya. Kembali menangis. Rasa sedihnya terlalu terasa hingga dia tidak tahu apakah akan mampu menahannya dihadapan Jay.

--

"Selamat makan!" Seru Jay ketika lelaki itu meletakan menu makan siang mereka dihadapan Nara.

"Terima kasih!" Seru gadis itu ceria.

Mengambil sesendok penuh macaroni cheese simple yang Jay masak, Nara melahapnya.

"Enak sekaliii! So creamy!" Ucap Nara.

"Benarkah?"

Gadis itu mengangguk, "Aku pikir kau tidak bisa memasak."

Jay tertawa, "Sebenarnya memang tidak. Tapi karena istriku terus merengek untuk dibuatkan makanan, aku berusaha keras."

Nara tertawa lalu mengucapkan terima kasih. Gadis itu kembali menekuni makanannya dan kembali mengerang merasakan rasa yang begitu menggelitik lidahnya.

"Nara."

"Ya?"

"Aku mencintaimu. Sangat. Aku beruntung memilikimu sayang." Ucap Jay dalam dan penuh pendambaan.

Nara terdiam menatap Jay dalam. Mendengar pernyataan cinta lelaki itu membuat kesedihannya semakin tak tertahan. Bulir air matanya menetes begitu saja. Gadis itu tersenyum lalu mengangguk sambil memaksakan diri tertawa agar air matanya tak semakin luruh.

Menghampiri Nara, Jay memeluknya erat, mencium dalam puncak kepala Nara.

"I'm so lucky to have you Nara. Please, stay with me." Bisik Jay penuh cinta.

Lelaki hampir tua itu tak pernah merasa sejatuh cinta ini sebelumnya. Tidak pada perempuan-perempuan yang pernah dia temui sebelumnya.

Hanya Nara yang mampu membuatnya seperti ini.

Hanya Nara, istrinya.

Jay Idzes - Yes, I do - Another story not about TimnasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang