4. Hadiah di Waktu yang Salah

895 125 35
                                    

FOLLOW AKU DULU!!!! VOTE JUGAAAAA😡😰😫 barang siapa yang vote dan follow aku, hari menuju pernikahan kimkim berjalan sehari lebih cepat🥳🥳🥳

















Pagi itu, sinar matahari masuk dengan lembut melalui tirai apartemen kecil mereka. Hyunwoo dan Haein duduk di meja makan, sarapan bersama. Hidangan mereka sangat sederhana—selembar roti panggang yang dibagi dua, dengan sedikit selai kacang. Meskipun menu yang tersaji jauh dari makanan mewah yang biasa mereka santap di masa lalu, ada kehangatan yang aneh menyelimuti suasana pagi itu. Mungkin karena kebersamaan yang semakin mereka temukan setelah segala cobaan, atau mungkin karena rasa saling membutuhkan yang tak lagi bisa mereka pungkiri.

Hyunwoo tersenyum kecil, lalu dengan lembut menyuapkan potongan roti panggang ke mulut istrinya. "Makanlah, Haein-ah. Ini enak kok," ujarnya sambil menatap Haein dengan mata penuh perhatian.

Haein menerima suapan itu dengan enggan, sedikit tersenyum, namun tanpa diduga, rasa aneh tiba-tiba menyerang perutnya. Wajahnya berubah seketika. "Tunggu... aku..." Haein buru-buru menutup mulutnya, merasa mual yang tak tertahankan.

"Kenapa, Haein-ah?" tanya Hyunwoo panik, dengan cepat bangkit dari kursinya.

Haein tidak sempat menjawab. Ia langsung berlari menuju kamar mandi, dengan Hyunwoo mengikuti di belakangnya. Sesampainya di kamar mandi, Haein segera berlutut di depan kloset dan memuntahkan apa yang baru saja ia makan. Hyunwoo, meskipun cemas, dengan sigap memegang rambut istrinya, memastikan rambut Haein yang panjang tidak menghalangi.

"Sabar, Haein-ah... pelan-pelan..." Hyunwoo berbisik, meski di dalam hatinya dia juga merasa panik.

Setelah beberapa menit berlalu, suasana kamar mandi menjadi hening. Haein terduduk di lantai, berusaha mengatur napasnya, sementara Hyunwoo menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Kedua pasang mata mereka bertemu dalam keheningan yang tak biasa, penuh dengan kecemasan yang sama-sama dirasakan. Haein memegang perutnya dengan ragu, kemudian bertanya, dengan suara nyaris tak terdengar, “Kapan terakhir kali aku menstruasi?”

Hyunwoo terdiam sejenak, merenung. Dia tak langsung menjawab, karena memang ia tidak terlalu memerhatikan hal semacam itu. Namun, melihat ekspresi wajah Haein yang semakin khawatir, ia tahu bahwa ada hal yang lebih besar sedang terjadi.

"Kau merasa hamil?" tanya Hyunwoo dengan hati-hati, suaranya penuh kebimbangan.

Haein menggigit bibirnya, tidak tahu harus menjawab apa. Jika benar, ini adalah momen yang sangat tidak tepat. Baru saja mereka mulai membangun kembali hubungan mereka, baru saja mereka mencoba untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Pikiran tentang kehamilan membuatnya takut. Ia akhirnya hanya mengangguk pelan.

Hyunwoo berdiri. "Aku akan ke apotek sebentar," katanya tegas, tanpa menunggu jawaban dari Haein.

Beberapa saat kemudian, Hyunwoo kembali membawa kantong plastik. Dengan gugup, ia memberikan isinya kepada Haein—beberapa alat uji kehamilan. Haein menatap benda-benda itu dengan tangan gemetar. Perasaannya berkecamuk di antara takut dan tidak siap.

"Kalau positif bagaimana?" tanya Haein dengan suara bergetar, matanya terfokus pada plastik di tangannya.

Hyunwoo terdiam sejenak, lalu menatap Haein dengan tatapan tenang. "Kau coba saja dulu, Haein-ah. Kita hadapi setelah kita tahu hasilnya."

Haein akhirnya menutup diri di kamar mandi, melakukan tes yang terasa seperti selamanya. Dia menatap alat uji itu dengan jantung berdegup kencang, menunggu hasil yang akan mengubah hidup mereka. Ketika akhirnya hasil itu muncul, dua garis merah tampak dengan jelas di alat uji kehamilan.

Haein tidak bisa menahan perasaannya lagi. Air mata jatuh tanpa henti. Dia menangis terisak-isak di dalam kamar mandi. "Bagaimana ini bisa terjadi...?" gumamnya dengan suara yang nyaris patah. Dia tidak tahu harus bersyukur atau takut.

⏳Queen of Missqueen | Soohyun JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang