3. Uang Belanja untuk Sebulan, Bukan Sehari!

775 109 41
                                    

Hari itu, Haein memutuskan untuk pergi berbelanja. Ini pertama kalinya ia berbelanja setelah kepindahannya dengan Baek Hyunwoo ke apartemen kecil mereka di Seoul. Meskipun situasi mereka kini jauh dari kehidupan mewah sebelumnya, Haein masih membawa gaya hidup lamanya—selalu ingin membeli barang terbaik, tanpa mempertimbangkan harga. Sambil mengenakan dress berwarna pastel dan sepatu hak tingginya, Haein melangkah mantap ke pusat perbelanjaan. Matanya berbinar saat melihat rak-rak berisi makanan impor, sayuran organik, serta berbagai bahan makanan berkualitas tinggi.

"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kami," pikirnya sembari melemparkan beberapa potong daging wagyu ke dalam keranjang belanja. Kemudian, perhatiannya teralihkan oleh deretan makanan siap saji. Tanpa berpikir panjang, ia menambahkan beberapa paket ke dalam keranjang—pasta gourmet, beberapa kotak sushi, serta makanan penutup dari toko roti premium.

Tidak berhenti di situ, Haein melihat toko pakaian di sudut mall. Godaan untuk membeli baju baru terlalu besar untuk diabaikan. "Aku butuh beberapa pakaian baru untuk menyesuaikan dengan situasi baru," pikirnya. Tanpa ragu, ia masuk dan memilih beberapa pakaian kasual namun tetap elegan. Meski lemari pakaiannya di rumah sudah penuh dengan pakaian mewah, entah kenapa, Haein merasa masih perlu beradaptasi dengan gaya hidup barunya.

---

Sore itu, setelah seharian berbelanja, Haein akhirnya kembali ke apartemen dengan banyak tas di tangannya. Sesampainya di rumah, ia menata semua barang belanjaan dengan hati-hati di dapur dan lemari pakaian. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan bagaimana Baek Hyunwoo akan terkejut dan senang melihat persediaan yang ia beli. Ia berharap, ini bisa menjadi langkah awal bagi mereka untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik, meski sederhana.

Sementara itu, Hyunwoo pulang larut malam setelah seharian mengikuti wawancara pekerjaan. Wajahnya terlihat lelah dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang masa depan mereka. Setiap kali ia pulang, ia selalu bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa bertahan di tengah kondisi yang tidak menentu ini. Namun, yang pertama kali menarik perhatiannya begitu ia sampai di apartemen bukanlah suasana tenang rumah, melainkan notifikasi yang masuk ke ponselnya.

Matanya melebar saat melihat jumlah uang yang baru saja dihabiskan oleh Haein. "Uang sebesar ini dalam sehari?" gumamnya dengan perasaan campur aduk antara heran dan kecewa.

Setelah melepaskan sepatu dan meletakkan tas kerjanya, Hyunwoo berjalan perlahan ke arah dapur, di mana Haein tengah menata makanan di meja makan dengan senyum puas di wajahnya. Dia menyadari kehadirannya dan dengan ceria menyapanya, "Hyunwoo, kau sudah pulang? Lihat, aku sudah membeli banyak bahan makanan dan pakaian baru. Kita bisa makan enak malam ini."

Hyunwoo menatap Haein dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia ingin menegur, tapi rasa lelah yang teramat sangat menahannya. Dengan suara pelan tapi tegas, ia berkata, “Haein-ah... uang yang aku berikan kemarin... itu untuk kebutuhan kita selama sebulan, bukan sehari."

Senyum di wajah Haein perlahan memudar, tergantikan oleh tatapan bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya, meskipun dalam hatinya, ia sudah mulai merasakan ada yang salah.

Hyunwoo mengambil ponselnya dan menunjukkan notifikasi transaksi yang dilakukannya hari itu. "Kau sudah menghabiskan semua uang bulanan kita hanya dalam satu hari. Kita tidak bisa hidup seperti dulu lagi, Haein-ah. Kita harus menghemat. Hidup kita sudah berubah."

Wajah Haein seketika pucat. Ia menatap layar ponsel suaminya dengan kaget. "Aku... aku tidak bermaksud..." suaranya mulai bergetar, dan ia menunduk, merasa sangat bersalah. "Aku pikir... aku hanya ingin membuat kita lebih nyaman. Aku ingin membantu... maafkan aku..."

Hyunwoo menarik napas panjang, mengusap wajahnya yang lelah. “Aku tahu kau ingin membantu, tapi kita harus lebih berhati-hati sekarang. Aku belum punya pekerjaan tetap, dan kita tidak bisa terus mengandalkan tabungan. Ini bukan masalah kecil, Haein-ah.”

Rasa bersalah yang makin dalam menghantam Haein. Dia terbiasa hidup dalam kemewahan, selalu mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa berpikir panjang. Tetapi kini, realitas kehidupan mereka yang baru mulai menghantam keras. Haein menunduk, suaranya hampir berbisik, “Maafkan aku... Baek Hyunwoo... aku sungguh tidak tahu apa yang harus kulakukan...”

Hyunwoo menghela napas lagi. Dia ingin marah, tapi kelelahan yang dirasakannya membuat semua emosinya teredam. “Sudah... kita bicarakan besok. Aku lelah, Haein-ah.”

Setelah mengucapkan itu, Hyunwoo meninggalkan Haein di dapur dan berjalan menuju kamar tidur. Haein berdiri di tempatnya, merasa terpukul. Dia tidak pernah membayangkan Hyunwoo akan berbicara sedingin itu padanya. Selama ini, Hyunwoo selalu lembut dan pengertian, bahkan dalam situasi tersulit sekalipun. Tapi kini, situasi benar-benar berbeda.

Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia masuk ke kamar, mengambil selimut dan bantal, lalu kembali ke ruang tamu. Dengan hati yang berat, Haein membaringkan dirinya di sofa, membelakangi arah pintu kamar. Pikirannya berkecamuk, dan tangisnya makin deras. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa sangat tidak berguna. Hatinya terasa begitu sakit.

Sementara itu, Hyunwoo duduk di tepi ranjang, termenung. Setelah beberapa menit, ia mendengar suara isakan dari ruang tamu. Hatinya mencelos ketika menyadari bahwa Haein tidur di sofa, menangis. Meskipun ia lelah dan kesal, ia tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan istrinya merasa terabaikan seperti ini.

Dengan langkah pelan, Hyunwoo keluar dari kamar dan mendekati sofa. Di sana, ia melihat Haein yang meringkuk, wajahnya sembab karena menangis. Tanpa banyak kata, Hyunwoo berjongkok di sampingnya dan menepuk lembut punggung Haein.

"Haein-ah..." bisiknya.

Haein terkejut dengan sentuhan itu, dan ketika ia berbalik, air matanya semakin deras. Dengan suara gemetar, ia berkata, “Aku minta maaf, Baek Hyunwoo... aku benar-benar menyesal... Aku akan berubah... Aku akan belajar...”

Hyunwoo menghela napas panjang dan mengangguk. Ia tahu Haein sedang berusaha, meskipun masih jauh dari sempurna. Ia membelai lembut rambut istrinya, lalu berkata, “Aku tahu kau berniat baik, tapi kita harus menghadapi ini bersama-sama. Kita tidak tau kapan keadaan akan membaik, tapi yang pasti, kita tidak boleh menyerah.”

Haein memeluk Hyunwoo dengan erat, dan Hyunwoo membiarkan dirinya larut dalam pelukan itu. Mereka sama-sama tahu bahwa perjalanan ke depan tidak akan mudah, tetapi setidaknya malam itu, mereka tidak harus menghadapinya sendirian.

“Kau sensitif sekali akhir-akhir ini, tidak galak seperti biasanya.”

Haein termenung sejenak, memikirkan sesuatu sebelum menelan ludahnya kasar.

🍀

25092024

wow apakah ada request lain guys??? silakan kalau ada. see ya!!! follow aku biar cerita ini dilanjut.

⏳Queen of Missqueen | Soohyun JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang