***
Lama Keenan membeku, mencerna pengakuan dari Anin tersebut. Keenan bisa melihat betapa Anin menderita dengan fakta yang ia pendam selama ini. Bahkan Anin merelakan hubungan mereka yang 7 tahun demi memikirkan masa depan dirinya. Keenan membiarkan Anin menangis sepuas wanita itu, ia tau Anin sudah memendam dan kini sudah waktunya untuk melampiaskannya. Setelah tangisan Anin mulai mereda, Keenan dengan lembut mengusap sisa-sisa air mata diwajah wanita itu.
"Udah? Kamu masih mau nangis?" tanya Keenan lembut, Anin menggeleng dengan sesegukan.
"Minum dulu..." Keenan menyerahkan sebotol air mineral yang sejak tadi sudah terjadi di atas meja, Anin pun menuruti dengan tenang.
Setelah Anin merasa sedikit tenang dan lega karena sudah mengaku, wanita itu menatap Keenan dengan tatapan bingung. Pasalnya, Keenan tidak memberi reaksi atau mempertanyakan lebih tentang masalah yang dialaminya itu. Anin jadi bertanya-tanya, apakah setelah mendengar pernyataannya, Keenan akhirnya akan merelakan hubungan mereka? Wanita itu takut, takut bahwa ketakutannya selama ini benar-benar terjadi. Ia takut jika akhirnya mereka harus berpisah walau Anin masih menyayangi pria yang sudah ia kenal sejak masih di bangku sekolah menengah pertama.
Keenan seakan mengabaikan kebingunan Anin, ia beranjak dan memberi Anin sebuah pelukan. Pelukan yang sudah lama tidak mereka rasakan. Anin tidak menolak, lengannya segera membalas pelukan Keenan dengan erat. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria yang ia cintai itu dengan nyaman.
"Semoga pelukanku bisa buat kamu sedikit lebih baik." bisik Keenan sambil mengusap pelan punggung Anin guna memberi kekuatan untuknya, namun ia bisa merasakan Anin kembali terisak dalam pelukan itu.
"Nin, boleh aku tidur malam ini sama kamu?" tanya Keenan, sontak saja Anin melepas pelukan mereka karena terkejut.
"Kenapa?" tanya Anin dengan suara yang terdengar parau.
"I miss you so much... Biarin aku jadi temen kamu malam ini, biar kamu merasa lebih baik." kata Keenan sambil mengusap pelan pipi Anin.
"Aku takut..." cicit Anin yang menunduk, masih sedikit terisak.
"Udah, everything will be okay, it's okay..." gumam Keenan.
"Kita istirahat, ya? Terutama kamu, kamu harus tidur sekarang." ucap Keenan yang kemudian diangguki oleh Anin sebagai tanda setuju.
Keenan tersenyum tipis kemudian membawa Anin menuju tempat tidurnya. Pria itu lalu mematikan lampu utama yang menerangi kamar Anin lalu menyusul ke tempat tidur. Keenan membawa Anin ke dalam pelukannya, untuk kali ini aja biarkan ia melewati batas karena tidak tega melihat Anin yang begitu rapuh. Keenan memutuskan untuk tidak membicarakan lebih lanjut tentang pernyataan Anin, membiarkan wanita itu lebih siap baru menceritakan lebih detail.
"Keenan, i'm sorry..." gumam Anin ketika berada dipelukan Keenan, ia masih sesegukan.
"Kamu punya alasan untuk itu, aku tau. Gak papa, aku gak marah sama sekali." jawab Keenan sembari membelai lengan Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me a Reason ; Kim Soohyun x Kim Jiwon
FanfictionHubungan lama tidak menjamin semuanya akan baik-baik saja. Saat sebuah hubungan bukan lagi menjadi prioritas, dan hanya sebatas formalitas antara dua orang lawan jenis. Bisa jadi perpisahan adalah jalan terbaik bagi dua orang yang bahkan sudah lelah...