Ghina masih terpejam. Rika menerobos membuka pintu ruang rawatnya dan masuk bersama ayah dan ibunya. "Ya Allah... mbak Ghina..." ujar Rika tidak percaya."Pantes aja ibu merasa enggak enak perasaannya, ternyata Ghina diginiin sama orang jahat... ya Allah nak... kamu yang kuat ya nak." ujar Rina.
Feri berkata. "Harusnya Ghina udah punya calon bu, biar kemana mana bisa dilindungin sama dia. Hal semacam ini enggak bakal terjadi." ujar Feri.
"Ah si bapak, kayak enggak tahu anak kita aja, boro boro mau punya calon, orang anaknya enggak mau."
"Ya karena mereka belum pernah ketemu, kalo udah ketemu pasti dia bakal suka." ujar Feri.
"Kalo mbak Ghina enggak mau buat Rika aja deh bu, pak... kan bisa juga suami aku ngelindungin kakak iparnya hehe.. " ujar Rika.
"Itu sih mau kamu..."
"Masih harus kuliah kamu... jangan mikir kejauhan. Saking jauhnya sampe ke terminal." ujar Feri. Rika cemberut, sebal.
"Oh iya kamu bilang gih dia suruh kesini... jengukin calon istrinya gitu." ujar Rina.
"Iya nanti bapak bilangin ke anaknya." ujar Feri.
Beberapa hari kemudian, Ghina membuka kedua matanya dan sedikit heran saat melihat dirinya ada di ruangan serba putih.
Tidak lain itu adalah ruang rawatnya. Ia segera membangunkan tubuhnya meski sakit bekas luka jahitan diperutnya masih terasa.
"Duh dimane nih... setahu gue, gue enggak sadarkan diri pas ditusuk. Nah sekarang gue ada di ruangan serba putih, bersih yang kagak ada satupun noda, yang kutu aja pada gegelindingan kalo lewat sini... apakah gue ada di surga sekarang?!" ujar Ghina penasaran. Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya meski sakit, ia berjalan menyelinap dan intip pintunya. Ia terkejut saat melihat ada suster dan dokter saling lewat.
"Apakah di surga ada suster sama dokter juga ya?" tanya Ghina.
Lebih terkejut lagi saat Kevin muncul didepan pintu. Ghina tersentak kaget saat melihat Kevin disana."Ada malaikat juga? Oh my gosshh ada malaikat!"
"Hah?"
"Tuan malaikat apa kabar hehe..."
"Kok bisa ada nih cewek disini? Apa gue salah masuk ruangan? Perasaan bener ini." batin Kevin, ia langsung lihat ke atas pintu dan ternyata benar ruang rawatnya bernama Melati 1.
"Eh tuan malaikat... tapi kok saya kayak pernah liat kamu ya... hmmm dimana ya.." ujar Ghina sambil berpikir.
"Jawab gue dengan jujur apa nama lo Ghina?" tanya Kevin.
"Eh? Kok tuan malaikat bisa tahu sih nama gue?" tanya Ghina heran.
"Astagfirulloh, jadi... Ghina yang mau dijodohin sama gue itu elo?!" tanya Kevin tak percaya, membuat Ghina terdiam heran. "Eh?"
"Ah amsyong dah, masa elo sih yang mau dijodohin sama gue... aaaa god please ganti jangan diaaa..."
"Ih maksudnya apa sih? Gue mau dijodohin sama lo?"
"Orang tua kita ngerencanain perjodohan. Dan pengen kita menikah."
"Haaaa?!"
Tiba tiba Rina dan Feri muncul menghampiri mereka. "Ya Allah nak kamu udah sadar? Kenapa enggak ngomong kalo kamu udah sadar?" tanya Rina mencium kepala Ghina.
"Ibu? Bapak?" tanya Ghina. Ada mereka, berarti belum ada di surga!
"Kamu udah saling akrab nak?
Kenalkan ini nak Kevin, pria yang akan dijodohkan sama kamu." ujar Rina.
Ghina tersentak.
"D-dijodohin?" tanya Ghina. Ghina merasa heran saat melihat Kevin, berasa mengenalnya.
"Kok kayak kenal." ujar Ghina yang langsung teringat setelah menatap selidik.
"Lo kan! Orang gila yang waktu!!!" belum selesai berbicara Kevin langsung membekap mulut Ghina.
"Ah enggak kok om tante... kita enggak saling kenal. Kita baru aja ketemuan disini hehehe." ujar Kevin.
Ghina berontak dan langsung melepehi tangannya. "Lo kan cowok yang jadi orang gil--!" Kevin kembali membekap mulutnya.
"Setiap cewek yang deket ke saya emang suka gitu om tante... suka pengen kenalan gitu. Mbak Gina kayaknya ngefans banget sama saya hehe." ujar Kevin.
"Bu pak... dia---"
Kevin masih terus membekap mulutnya. "Kadang ada yang suka kejang kejang malahan karena enggak dapat tanda tangan saya. Saking ngefansnya mungkin hehe." ujar Kevin. Mereka semua terkekeh.
"Yasudah... kalian yang akur ya... Kevin anak baik baik kok Na... kamu harus banyak belajar dari dia... dia juga kerja di kepolisian. Dia juga jago bela diri. Kalo ada apa apa minta bantuan dia aja enggak masalah." ujar Rina.
"Asal jangan minta mobil aja hehe." kekeh Feri membuat mereka tertawa.
Ghina manyun."Masa iya si orgil ini mau dijodohin sama gue... kalo dia beneran gila gimana... aaaaaaaa...."
Mereka pun akhirnya ditinggal berduaan di ruang rawat Ghina. "Jangan mikir aneh-aneh. Kerjaan gue emang kayak gitu, kalo enggak nyamar jadi orang gila gue bakal ketahuan inceran gue sendiri." ujar Kevin.
"Inceran? Emang lo diincer siapa?"
"Yah lo kayak enggak tahu aja kerjaan gue kan emang kayak gitu. Tapi sebenarnya gue enggak gila kok. Gue waras... " ujar Kevin. "Tapi kok lo kayak terima aja sih gue katain gila terus, bukan sama gue aja tapi sama yang laen... lo enggak ngomong kalo lo waras gitu, dan itu semua cuma akal akalan lo doang supaya enggak ketahuan target?"
"Kalo gue kasih tahu nanti malah bahaya buat gue. Privasi itu nomor satu bagi orang orang macam gue. Tapi mungkin pengecualian buat lo yang bakal jadi calon istri gue."
Ghina cemberut. "Lo bahkan tadi ngomong kalo lo enggak mau jodohnya gue... yaudah kalo enggak mau lo bisa ngundurin diri jadi calon gue." ujar Ghina. Kevin melempar senyum.
"Emang semudah itu? Orang tua gue udah mutusin itu elo... bukan yang lain..."
"Terus gimana? Lo mau gue yang nolak perjodohan dan ngomong langsung ke orang tua lo?" tanya Ghina.
"Haha, enggak lah jangan... kayaknya mereka udah terlalu yakin sama keputusan, siapa coba yang bisa menghentikan rencana mereka."
"Ya terus lo mau aja nikah sama gue? Nanti lo nyesel terus umbar umbar ke sosmed kalo lo nyesel nikah sama gue terus buat pengumuman di akun tiktok kalo lo enggak bisa hamil." ujar Ghina.
"Kok gak bisa hamil? Lu kira gue lucinta luna?"
"Aaaaa gue gak mau kawin sama cowok yang kagak cinta sama guaaaa aaaaa!!!"
"Dih enggak gini... ya bakal bertahap... enggak langsung cinta dulu... tahu perkataan nikah dulu baru pacaran?" tanya Kevin.
"Aaaaa nikah dulu baru punya anak... aaaa gue gak sanggup punya anak... gue masih nete!!!"
"Hidihhh emang lo bayi!"
"Udahlah lo enggak perlu khawatir, gue enggak bakal ngelakuin aneh aneh kalo lo enggak mau... apa perlu kita menikah pake perjanjian pranikah?
Perjanjiannya kita enggak saling melakukan hubungan intim. Gimana? Deal?" tanya Kevin.
"Y-yaudah deal.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Mas Intel (END)
General FictionWarning!!! Area baper dan ketawa ngikik! Pernah gak sih kepikiran kalau dia ada disekeliling kita? Mata mata, agen pemerintah dan lain sebagainya. Enggak ada siapapun yang menyadari, tapi hanya beberapa orang aja yang tahu. Seperti hantu. Dan Ghin...