Ghina sedang berpangku tangan, tepatnya ia sedang berada di kampus pagi ini.
Ia mulai merasakan perasaan tidak enak saat itu apalagi terkait dengan pekerjaan Kevin yang dekat dengan berbagai macam hal berbahaya.
"Kok gue jadi ngerasa enggak enak gini ya... Gue jadi mikir kalo tiba-tiba hal buruk terjadi sama si Ipin... Tapi kok kenapa gue jadi mikirin dia... Ya biarin aja sih, lagian mana ada hal buruk terjadi... Toh dia kan jago beladiri... Jago ngibul, jago gombal, jago kabur, jago nyamar.. Kenapa gue harus perduli.." ujar Ghina meremehkan, sok gak perduli, padahal didalam hatinya ia sangat merasa perduli padanya.
Dari tempat duduknya Aldi terus melihat ke arahnya dan didapatinya wanita yang dilihatnya terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu... Via disamping tempat duduknya ikut memperhatikannya dan bagaimana orang-orang disekitarnya sibuk memperhatikan Aldi, memandangnya kagum.
"Lo diliatin orang, eh elonya malah liatin si Ghina." ujar Via.
"Emang ada larangan gue dilarang ngeliat Ghina? Ada pasalnya gitu?"
"Udah deh lo tembak aja dia langsung... Dan buat dia bingung kayak di tipi-tipi. Kan seru tuh kalo ada adegan nangis didepan bawangnya." ujar Via."Apa sih... Lo kayaknya terlalu mendalami banget deh hidup gue. Kenapa enggak lo ribetin aja hidup lo sama pangeran impian lo itu." ujar Aldi menggerutu.
"Haha siapa lagi... Makanya kalo lo punya temen cowok sultan kasih tau gue. Biar gue pepetin dia."
"Serem juga ya lo, sukanya pepetin orang kayak mobil aja. Ati-ati. Cowok jaman sekarang banyak yang nipu... Sekalinya lo minta cowok yang kayak gitu nanti dikasihnya tukang galon lagi."
"Dih... Jangan ngomong gitu lah. Kan nanti discreening dulu sama gue."
"Kayak cek kesehatan aja segala discreening."
"Eh lo kan udah berubah jadi mirip peter parker nih, udahlah sekarang pepetin tuh si Ghina."
"Ghina udah jadi milik orang lain. Kenapa lo bersikeras banget mau gue sama dia."
"Ya lo emang enggak nyadar pandangan mata lo kemana aja dari tadi... "
"Kemana? Emang lo perhatiin gue dari tadi? Kurang kerjaan amat lo." ujar Aldi.
"Makanya kasih kerjaan dong."
"Gue kasih kerjaan nih cabutin bulu ketek gue..."
"Iihh asyemmm... Ogah... Ya terus lo mau sampe kapan gini terus..."
"Emang ada apa, cara buat supaya dia nyadar kalo gue suka sama dia?"
"Lo bilang aja kenapa sih, apa perlu gue bikin pengumuman gede di didepan kampus?"
"Gue maunya dia nyadar sendiri.. tapi kalo dia enggak nyadar juga enggak apa-apa, gue ikhlas."
"Pasrah bener ya lo... Kagak cocok jadi anggota partai.."
"Lah, ngapa jadi anggota partai."
"Lo harus buktiin lah kalo lo mampu bersaing sama tuh polisi. Kalo lo pasrah aja, Ghina enggak bakal lo dapetin."
"Entahlah gue bingung harus mulai dari mana."
"Haha gue punya ide!"
Sepulang kuliah, hujan cukup deras. Ghina juga tak membawa payung. Mendung membuat gelap langit dan suasana disana. Sangat menenangkan. Ia hirup udara yang menyegarkan itu.
"Rasanya pengen ujan-ujanan." ujar Ghina. Tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Tidak lain itu adalah Aldi. "Ayo ujan-ujanan..."
"Dih lo, main nyamber aja...emang enggak sayang sama baju lo jadi basah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Mas Intel (END)
General FictionWarning!!! Area baper dan ketawa ngikik! Pernah gak sih kepikiran kalau dia ada disekeliling kita? Mata mata, agen pemerintah dan lain sebagainya. Enggak ada siapapun yang menyadari, tapi hanya beberapa orang aja yang tahu. Seperti hantu. Dan Ghin...