Ghina masuk kuliah sekarang, Aldi menghampiri Ghina. "Kamu kemana aja dari tiga hari yang lalu?" tanya Aldi.
"Gue jalan jalan, emang gue belom ngasih tahu lo ya?" tanya Ghina.
"Wih enak banget jalan-jalan. Gak ngajak gue lu." ujar Aldi. Via menghampiri mereka.
"Kemana aja lo, jalan jalan gak ngajak ngajak gue lagi, ke mekkah jangan-jangan." ujar Via.
"Emang dia laporan ke lu?" tanya Aldi ke Via.
"Iya lah, gue kan emaknya." ujar Via.
"Aaaa penuh bunga bunga, sangat menyenangkannnnn..."
"Dia lagi kesemsem nih Al.."
"Kesemsem?"
Ghina berputar putar layaknya menari balet saking merasa senangnya melampiaskan rasa senang itu hingga pada akhirnya kejedot dan dirinya pun mengaduh sakit. "Aww..."
Aldi menghampirinya dan mengusap kepala Ghina yang sakit. Membantunya bangun. Via langsung menyetop mereka. Menarik tangan Aldi.
"Udahlah jangan bantu dia Al... lo bentar lagi punya saingan loh, nanti dicemburuin lagi sama dia." ujar Via.
"Saingan? Dicemburuin?"
"Lo sih kelamaan nembak Ghina, jadinya udah diduluin sama orang lain."
"Tunggu, maksudnya gimana?"
"Ghina dijodohin sama polisi."
"Eh? O-oh..."
"Iya nyebelin gak sih... tahu tahu dijodohin terus ketemu sama polisi...
enggak ngomong ngomong lagi." ujar Via."Via maaahh ember banget sihh..." ujar Ghina.
"Lo kenal dia dari mana?" tanya Aldi.
"Kenal dari emak gue... katanya sih dia anak dari temen emak gue." ujar Ghina.
"Dan lo terima aja dijodohin sama dia?" tanya Aldi.
"Y-ya habis gimana... emak gue yang mau."
"Kan yang menikah lo bukan ibu lo?" tanya Aldi.
"I-iya sih... ya daripada diembat adek gue? Gue kan udah cukup umur Al, kata emak gue mau nunggu kapan lagi... keburu tuwir katanya, gue dipepetin terus deh supaya mau." ujar Ghina.
"Eh tapi denger denger lo waktu jalan jalan sempet ditusuk ya sama orang?" tanya Via.
"Iya gue ditusuk sama orang jahat." ujar Ghina yang langsung menceritakan saat peristiwa penusukan beberapa waktu lalu, tentu membuat mereka kaget selama mendengar ceritanya.
"Lo ditolongin sama polisi yang dijodohin sama lo itu? Gila keren banget..."
"Hehe... die kagak tahu aje penampilan tuh polisi pas lagi nyamar. Bisa bisa ketawa ngikik dia ampe ginjalnya geser.... Gue sebut si ipin polisi biar kerenan dikit aje." gumam Ghina.
"Oh iya gue minta fotonya dong... Harus gue seleksi dulu lah, masa main lulus screening aja." ujar Via.
"Hmmm nanti aja di pertunangan kita. Kalian diundang kok."
"Emang kapan pertunangannya? Kayaknya buru buru amat lo nikah?" tanya Via.
"Enggak tahu sih. Tapi kayaknya nyokap gue yang bakal tentuin. Dan kayaknya enggak bakal lama lama deh. Gue ada feeling aja mereka punya rencana laen." ujar Ghina.
Via berbisik pada Aldi. "Al... Gimana tuh... Mereka bakal menikah loh... Kelamaan sih lu." bisiknya. Aldi hanya terdiam saat itu.
Ghina melihat respon Aldi yang terlihat diam saja sejak tadi.
"Al lo napa diem aja? Si Via pasti nih gara garanya... Lo ngapain sih Vi pake segala ngomporin Aldi... kita itu cuma temen udahlah..."
Aldi menarik tangan Via dan membawanya pergi meninggalkan Ghina sendirian. "Dih kok gue ditinggal sih! Woi!"
Aldi berbicara empat mata dengan Via.
"Udahlah lo enggak usah ngurus gue... Toh sekarang udah ketahuan dia mau nikah sama siapa." ujar Aldi.
"Dih kok lo nyerah gitu aja sih... Kalo lo suka ya perjuangin lah... Jangan maunya meratapi kesedihan aja. Ayo dong perjuangin kemerdekaan lo sendiri." ujar Via.
Aldi terdiam. Dia berkata persis seperti tokoh pahlawan yang ada di uang kertas atau dipajang ditembok kelas. "Gue enggak tahu, memangnya apa yang bisa gue lakuin buat ngerebut dia..... Bentar lagi dia nikah..."
"Hmmm gimana kalo lo rubah penampilan lo dulu." ujar Via menatap selidik Aldi.
"Penampilan? Emang ada yang salah sama penampilan gue?" tanya Aldi.
"Salah banget... Berani nyoba?" tanya Via tersenyum menyeringai, Aldi mulai merasa cemas dan tidak enak perasaannya.
Ghina dikelas terlihat sangat fokus membaca bukunya di kelas. Apalagi skripsi sudah didepan mata, ia tak mau kalah dari adiknya... pokoknya ia akan lulus kuliah dengan nilai ipk yang tinggi! Ia sangat bertekad seperti itu.
Ghina yang sedang membaca bukunya tiba-tiba berilusi kalau didalam bukunya ada bayangan wajah Kevin.
"Ihh kok nongol muka dia sih!!! Aaaa Ghina lo udah mulai gila! Kayaknya gue disantet sama si botak??? Aaaaa... Nanti keluar paku dari perut gue, biarin aja gue jualin entar tuh paku ke toko matrial......." tangis Ghina.
Tiba-tiba ponsel Ghina berbunyi. Tentu saja lebih kaget lagi saat orang yang sedang dipikirkannya menelepon. Kevin.
"Eh lo lagi ngumpatin gue ya? Gue kesandung barusan." ujar Kevin.
Membuat Ghina batuk-batuk pada akhirnya. "E-enggak... Lagian mana ada sih gue ngumpatin lo... Aneh banget si lo malah laporan abis kesandung." ujar Ghina heran.
"Yah enggak apa apa, sengaja aja lagi ngabisin pulsa."
"Sultan ye lo."
"Tolong bilangin ke ortu lo, kata ortu gue, buat ngerencanain acara pertunangan gimana kalo kita adain acara dinner?" tanya Kevin.
"Ya-yaudah..."
"Oke malam minggu ya acara dinnernya... bilang ke ortu lo. Eh ngomong-ngomong kampus lo yang namanya Bimasakti ya?"
"Kenape ngomongin kampus gue?" tanya Ghina.
"Coba lo ke depan pintu gerbang sekarang..."
"Eh? Lo ada disana?" tanya Ghina.
Telepon langsung dimatikan."Ish misterius banget sih ni orang.... Awas aja kalo cuma ngerjain." umpat Ghina.
Beberapa saat kemudian Ghina pun sampai didepan gerbang kampus.
"Mana sih tuh orang?" tanya Ghina keheranan, ia mencari kemanapun, tapi sayangnya tidak juga ia temukan.
Ia mencoba menelepon Kevin. "Pin dimana sih?" tanya Ghina.
"Nih gue berdiri didepan gerbang ya..." ujar Kevin. Ghina mencari dan temukan Kevin yang sedang menyamar menjadi tukang cilok. Ghina menganga. "Lo jadi tukang cilok?!"
"Yah begitulah..."
Ghina mengurut keningnya merasa cukup pusing dengan hal ini.
"Kenapa lo? Ngurut kening gitu? Keren ya gue jadi tukang cilok?" tanya Kevin.
"Jauh dari kata keren.."
"Lo harus bangga lah, jarang kan cewek cakep kayak lo mau sama tukang cilok.."
"Udah deh lo kesini mau ngapain? Jangan bilang mau dagang cilok di kampus gue?" tanya Ghina.
"Gue butuh bantuan lo bisa gak?"
"BANTU BELI CILOK ATAU DAGANG CILOK?"
"Enggak usah ngegas gitu dong... Gue mau lo anter cilok ini ke dosen lo yang namanya pak Rendi."
"K-kok lo bisa kenal pak Rendi?" tanya Ghina heran.
"Tahulah, lo ngeremehin kekuatan polisi?" tanya Kevin.
"Apa sih rencana lo?" tanya Ghina makin heran. Kevin membisiki Ghina hingga membuat Ghina melebar matanya ketika dibisiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Mas Intel (END)
General FictionWarning!!! Area baper dan ketawa ngikik! Pernah gak sih kepikiran kalau dia ada disekeliling kita? Mata mata, agen pemerintah dan lain sebagainya. Enggak ada siapapun yang menyadari, tapi hanya beberapa orang aja yang tahu. Seperti hantu. Dan Ghin...