26

36 2 0
                                    

Ghina terus melihat ke arah jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, ia pun sudah tahu jam kerja Kevin kadang tidak menentu, kadang pulang sore, kadang pulang kemalaman.

Ghina mengalihkan matanya ke ponsel, ia lihat facebook dan dapati ada banyak status berseliweran, ia scroll dan terkejut saat melihat status temannya dan postingan sebuah foto, dimana ia bersama anak dan suaminya saling berfoto ria dalam suasana keceriaan keluarga cemara mereka.

Bahkan ada caption begini didalam postingannya.

"Enak sih nikah muda, anak udah gede dan semua hal buruk sudah terlewati begitu saja di masa-masa kita masih usia segini."

Membuat Ghina sedikit termenung akibat kata-katanya itu.

"Huft... Gue malah telat nikah jatuhnya, dan malah kepengen gak punya anak... " batin Ghina. Mendadak hapenya berbunyi, ternyata dari temannya yang lain.

"Na, gue hamil!" chatnya membuat Ghina tersenyum.

"Waa dia hamil, alhamdulillah selamat ya." ucap Ghina kemudian memberi selamat padanya di chat, meski mirisnya Ghina jadi berpikir apakah salah tindakannya yang seperti itu? Menjalankan syarat sesuai janji pra nikah mereka.

Tapi kalau tidak punya anak juga nantinya enggak enak juga. Apalagi kalau pergi kemana-mana terus ditanya...

"Kamu kapan punya anak?" balas wanita yang tadi mengechat Ghina, tentu saja hal ini langsung membuat Ghina menghela nafasnya. "Heuh... Cape de..."

Tiba-tiba pintunya diketuk, tentu Ghina langsung bangkit dari kursinya merasa sangat yakin kalau itu adalah Kevin. Ia langsung berlari menuju pintu, buka pintunya dan ternyata tidak ada siapapun.

Ghina mengernyit heran. Ia melihat ke kanan dan kirinya, ia tidak menemukan siapapun.

Namun mendadak kedua matanya teralihkan pada kotak yang ada didepan kakinya. Ghina mengambil kotaknya dan buka penutupnya. Secarik kertas yang didalamnya terdapat sebuah tulisan dengan tinta berwarna merah darah, yang isinya.

"Selamat tinggal diriku yang malang." Ghina tersentak kaget sesaat melihatnya. Ia langsung menjatuhkan kotak itu ke lantai dan tutup pintunya dengan cepat lalu kunci.

Ia merasa sangat ketakutan hingga seluruh tubuhnya dibuat gemetaran saat itu. Ia segera menelepon Kevin saat itu.

Tapi tidak kunjung diangkat, Ghina langsung pergi menuju kamarnya dan kunci kamarnya, selimuti dirinya dengan selimut.

"Ipin lo ngerjain gue banget sih. Bini lo neleponin kagak diangkat-angkat. Sesibuk apa sih lo disana! Aaaa Ipiiiiinnnn!" pekik Ghina merengek.

Disaat yang sama Kevin sedang berada di tukang martabak.

"Tuh cewek kalo gue beliin martabak bakal jadi lemah lembut gak ya kayak cewek baru selesai lahiran? Biasa pulang suka diomelin mulu, pengen gitu pas pulang disambut senyum, dipijitin, dirajain... Kagak diajak adu mulut atau perang sama dia." ujar Kevin, ia iseng melihat hapenya dan tersentak saat melihat deretan pesan masuk dan misscall dari nomor yang sama yaitu Ghina, istrinya.

Tapi responnya malah justru tertawa. "Jiah, si bini udah telepon-telepon aje kerjaannya. Pasti kangen nihh ketahuan banget... Baru ditinggal sebentar aja udah kangen. Dasar bini intel... Dan sekarang pasti dia bakal cek-cek akun sosmed gue sampe tahu dimana keberadaan gue selama seharian ini... Ih dasar gemesin. Bawaannya mau gue unyel-unyel aja tuh pipi." ujar Kevin langsung mengirim balasan.

"Gue ada di tukang martabak, sabar dulu ye... Tunda dulu kangen-kangenannya... Nanti dilanjut lagi pas udah dirumah." balas Kevin.

Ghina langsung mengirim chat balasan.

Dinikahi Mas Intel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang