19

39 3 0
                                    

Kevin saat ini sedang berada di tempat tugasnya, dimana itu berada di sebuah rumah kosong dan tak layak yang kelihatannya tak berpenghuni.

Kevin, Faisal, Rio saling berdiri dihadapan pintunya. "Lo yakin ini tempat yang biasa dijadiin tempat mereka ngumpulin barang ilegal itu?" tanya Kevin.

"Yakin banget... Tapi anehnya kok sepi ya." ucap Faisal heran. Ia mencoba melihat sekeliling, tapi akhirnya tidak ditemukan celah manapun untuk masuk.

"Terpaksa ini mah harus dobrak." ucap Faisal berniat mendobrak. Dirinya melihat ke arah Kevin dan Rio yang saling duduk berpangku tangan menonton dirinya yang kepingin mendobrak.

"Berasa paling kuat lo dobrak sendirian?" tanya Kevin.

Faisal tertawa, garuk-garuk kepala. "Kirain mau bareng-bareng. Ayolah gue udah enggak sabar nih, takutnya tuh orang muncul berabe kita." ucap Faisal.

"Emang congkel jendelanya enggak bisa?" tanya Rio mencoba lihat jendelanya. Ia tersentak kaget saat mencoba melihat ke dalam kaca di salah satu kamar samping.

"Penuh barang pak... Kayaknya emang bener ini tempat penampungan barang ilegal itu." ujar Rio.

Kevin penasaran dan ikut lihat ke dalam jendela. "Hmm iya.. Yaudah sekarang kita dobrak pintunya." ucap Kevin dan lantas menghampiri Faisal ikut coba mendobraknya.

Berkali-kali mereka terus mendobrak tapi hasilnya? Bahu mereka merasa sangat sakit dan pegal. Pintunya keras banget sih?!

Atau apa memang tubuh mereka yang terlalu lembek ya?

"Ini pintu keras banget sih, terbuat dari baja apa yak... Yaelah si bos juga kagak bisa lagi ngedobraknya. Terus piye iki..." keluh Faisal ngos-ngosan.

"Perasaan gue udah olahraga dah tiap hari, otot di tangan dan perut gue juga udah ngebentuk, tapi kenapa lawan pintu aje susah bener ya?" tanya Kevin heran.

Rio termenung memikirkan sesuatu sekarang, sepertinya ia sedang mencari cara terbaik untuk mereka saat itu. Kevin bertanya.

"Kira-kira gimana ya Yo caranya?" tanya Kevin.

"Ah enggak, saya bukan lagi mikirin caranya pak."

"Lah terus lo ngapain bengong?"

"Saya lagi mikirin gimana jadinya kalau pintu ini berubah jadi donat. Pasti akan lebih mudah kalau kita makan donat ini tanpa didobrak pak." ucap Rio, membuat dua temannya lantas keheranan dengan cara berpikirnya yang cukup diluar nalar.

Kevin membalas perkataannya. "Ya lo coba aja, apa lo bisa makan pintu ini? Barangkali pintu ini terbuat dari tepung dan telor." ucap Kevin heran.

Faisal mengikik geli mendengarnya, ia ikut berkata. "Kalo enggak ompong giginya ya nyangkut gigi lo." ucap Faisal.

"Eh gue coba lagi ya. Barangkali bisa. Bismillah mudah-mudahan bisa." ucap Kevin kembali mendobrak pintu itu sekuat tenaga berkali-kali, hingga pada akhirnya pun pintu itu berhasil terbuka sedikit.

Kevin tampak bersyukur, Rio dan Faisal pun mengucap syukur saat itu.

"Eh tapi kok gue dorong susah ya Yo?" tanya Kevin mencoba berkali-kali mendorong pintunya ternyata berat sekali.

Kevin sekali lagi mendobraknya dan celahnya kini kian melebar. "Wah ini sih ada barang dibelakangnya. Pantesan aja sampe botak juga bakal susah." ucap Kevin. Pintu pun kini ia dorong ke belakang hingga celah kian melebar.

Mereka masuk ke pintu yang terbuka itu. "Wih beneran ada barang dibelakangnya, pantes aja susah banget. Sampe mau boker gue malahan." ucap Faisal.

"Berarti cukup kuat dong gue... Coba kalo ada Ghina disini, pasti nanti dia bakal muji-muji otot gue sambil minjem seratus." ucap Kevin. Faisal diam-diam menertawai gerutuan dirinya saat itu. Rio kini beranjak ke berbagai ruang dan kamar dekat sana hingga akhirnya melihat ada banyak barang di berbagai sekat dan ruang.

"Kayaknya bener-bener tempat ini pak..."

"Enggak perlu lo tanyain kan tuh barang? Atau periksa barangkali isinya donat." ucap Kevin. Rio membalas.

"Baru aja mau, tapi anda keburu mengingatkan, saya jadi keburu enggak mau." ucap Rio.

Kevin menggeleng dan menghela nafasnya. Faisal berkata. "Yaudah sekarang kita kasih tahu pak Firman lebih baik pak." ucap Faisal.

"Iya sih, mending kasih tahu sekarang."

Tiba-tiba saja mereka mendengar suara dari luar pintu, membuat mereka kaget, apalagi pintu yang semula terbuka jadi menutup. Kevin langsung menghampiri pintu tersebut dan sayangnya ketika dibuka pintu itu terkunci. "Sialan!!!" kesal Kevin, beberapa temannya langsung mencari celah dari manapun, tapi sayangnya tidak ada celah manapun yang bisa mengeluarkan mereka dari tempat itu.

"Cih coba main-main mereka sama kita." ujar Kevin.

Mendadak menyala seluruh lampu diruangan itu berwarna merah api. Mengerdip-ngerdip bahkan diiringi juga sebuah suara seperti alarm yang seakan ingin memberi peringatan kepada mereka. Bahkan kini mulai terdengar suara seseorang tertawa. Bersamaan dengan itu juga muncul suara seperti hitungan bom.

"Hello Mr. Kai. Selamat datang saya ucapkan untukmu dan kalian yang berada di ruangan ini. Saya ingin memberitahu kalau waktu kalian hanya ada 1 menit untuk bisa keluar dari sini, karena saya sudah menanamkan bom dirumah ini, jadi bersenang-senanglah dengan sisa waktu terakhir kalian disini." ucap pria itu.

"Sialan!" kesal Kevin saat itu.

"Gimana ini pak?" tanya Faisal yang mencoba untuk mencari celah. Tapi hasilnya nihil.

Suara itu kembali muncul. "Ah satu lagi, perkenalkan kalau aku adalah Jason, sebelumnya apakah kalian pernah mengenalku?
Sayang sekali ya tidak tahu, untuk lebih jelasnya saya adalah orang yang selama ini kalian incar, tidak lain adalah si mafia topi hitam itu. Sampai jumpa, jangan lupa banyak berdoa ya... Supaya amalmu dapat membawamu dalam keadaan baik ke alam sana. Selamat tinggal." ucap Jason, speaker itu pun mati. Membuat salah satu dari mereka tampak panik.

"Gimana ini pak?" tanya Faisal ketakutan. "Cuma ada waktu 10 menit, kita harus cepet-cepet keluar dari sini." ujar Kevin.

"Tapi barang-barang ini gimana pak? Bukti-buktinya akan hilang." ucap Faisal.

"Ya gimana, enggak ada pilihan lain selain kita pergi dari sini." ucap Kevin.

Rio tahu-tahu sudah memukul jendelanya dengan kayu berkali-kali hingga pecah kacanya.

Kevin langsung mengikuti yang dirinya lakukan, ia bantu pukuli kayu disela-sela jendela berkali-kali. Faisal juga ikut bersama mereka hingga akhirnya mereka pun berhasil keluar di detik-detik terakhir.

Mereka langsung lompat secepat mungkin ketika bomnya meledak.
Misi gagal.

Kevin tak berhasil menyelamatkan barang ilegal yang disembunyikan oleh mafia topi hitam, Jason.

Ghina masih berada dirumahnya dan terlihat sedang menonton televisi. Ia mendadak dikejutkan dengan berita terkini, tentang ledakan di tempat yang diduga menjadi persembunyian barang ilegal.

"Meledak? Kok bisa sih?" tanya Ghina heran.

Seorang reporter melaporkan. "Diyakini pihak kepolisian yang mencoba untuk mengumpulkan bukti di rumah itu telah menjadi korban akibat ledakan ini. Diduga mereka dijebak dan dikunci didalam rumah itu dari luar meskipun pada akhirnya bisa berhasil kabur."

"Ngeri banget sih, segala ada ledakan." ucap Ghina. Tiba-tiba kilasan gambar Rio terbaring di rumah sakit itu.

"Lah, itu bukannya si Rio? Lah... apa jangan-jangan?!" Ghina mulai cemas.
Tiba-tiba ada seseorang menelepon, Ghina mengangkat teleponnya.

"Selamat siang, kami dari kepolisian ingin mengabarkan kalau suami anda..."

Ghina tersentak ketika mendengar kelanjutan perkataannya.

Dinikahi Mas Intel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang