20

43 2 1
                                    

Ghina terus berlari keluar masuk lift, hingga pada akhirnya ia sampai didepan ruang rawat Kevin.

Didepan sana ia bertemu dengan ibu dan ayah Kevin yang juga sedang menunggu dokter keluar dari ruang rawatnya.

Ratna dan Roni. Mereka terlihat cemas. "Kami udah nunggu selama berjam-jam tapi dokter enggak keluar-luar dari ruang rawatnya... Kami khawatir." ujar Roni sedih.

"Ibu dan bapak udah dari kapan berada disini?" tanya Ghina.

"Udah dari dua jam yang lalu." ujar Ratna.

"Kenapa ya? Udah kita tunggu aja dulu bu pak. Khawatirnya emang lukanya serius. Kita banyakin doa aja supaya mas Kevin baik-baik aja." ujar Ghina yang kemudian ikut duduk bersama mereka di kursi tunggu.

"Pin, jangan bercanda deh. Lo orang yang kuat, gue tahu banget gimana lo selama ini, lo harus bisa bertahan Pin botak... Gue takut jadi janda. Awas aja kalo lo kenapa-napa, kagak gue yasinin lu." ancam Ghina cemas dan merasa takut. Apalagi setelahnya sang mertua berkata hal menyakitkan.

"Kevin anak yang pekerja keras, dia selalu melakukan tugasnya dengan baik, dia anak kebanggaan kami dan anak kami satu-satunya yang tersisa. Hamba mohon ya Allah jangan ambil Kevin dulu dari kami." tangis Ratna membuat Ghina makin merasa sedih dengan hal ini, jadi kepingin menangis kan...

Ia bahkan sampai berkaca-kaca saat itu melihat Ratna sesegukan, lain hal dengan suaminya yang sibuk mengusap punggungnya.
Menenangkan.

Ghina pun pada akhirnya ikutan mewek saat itu. Sesegukan bareng dengan Ratna. Ia merasa sangat sedih, entah kenapa ia teringat dengan banyak hal yang Kevin lakukan selama ini, perjuangannya untuk membuatnya tetap terjaga, tetap untuk membuatnya aman dari serangan musuhnya hingga bagaimana ia memperlakukannya. Kevin sangat baik...

"Aaaaaaaa Ipin botaaaakkk..."
Tiba-tiba pintu ruang rawatnya membuka dan cukup mengagetkan saat melihat yang membuka pintu adalah Kevin itu sendiri.

"Loh kirain siapa yang nangis. Segala bilang gue botak lagi." ujar Kevin.

Mereka bertiga langsung melotot kaget ketika melihat Kevin, bahkan Ghina langsung mengecek apakah kakinya masih menapak lantai atau tidak.

"I-ini bukan hantunya Ipin?" tanya Ghina menyeka air matanya.

"Lo kira gue dedemit. Ini kenapa enggak pada masuk ke dalam malah pada nangis diluar?" tanya Kevin.

Ayahnya memeriksa ke dalam. "Loh kok dokternya enggak ada?" tanya Roni heran.

Kevin tertawa. "Maksudnya papa ngira masih ada dokter gitu disini?"

"Loh aneh beneran, kok tadi ada dokter sekarang ngilang itu dokter? Apa jangan-jangan keturunan bebegig itu dokter?" tanya Roni.

"Tembus pintu kali pah..." ucap Ratna. Kevin geleng-geleng. "Mana ada sih, jelas-jelas tadi keluar lewat pintu, kalian yang enggak nyadar aja kali." ujar Kevin.

Ghina merasa sangat lega saat itu.

"Syukur deh lo enggak apa-apa, gue ikut lega. Takutnya lo kenapa-napa aja sampe bikin kepikiran." ucap Ghina. Kevin tersenyum.

"Makasih ya istriku yang baik hati dan perhatian." ucap Kevin cukup mengapresiasi dirinya, mengusap kepalanya.

Terlihat disana Kevin memiliki beberapa spot luka di kening dan tangannya.

"Syukurlah nak kamu enggak apa-apa. Ibu sangat khawatir, takutnya kamu mengalami luka parah."

"Cuma luka ringan kok bu, untungnya kita berhasil kabur. Penyebab ini semua mafia topi hitam itu lagi bu, kayaknya dia enggak bosan-bosannya berurusan sama kita." ujar Kevin membuat mereka cemas saat itu.

Dinikahi Mas Intel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang