8

59 6 0
                                    

Disampingnya seorang wanita berambut gelombang berdiri, sudah menyediakan berbagai jenis perlengkapan dihadapan.

Membuka tutup gunting yang sedang dibawanya. Membuat Aldi menelan ludahnya ngeri.

"Cucok ya... Oke kita eksekusi." ujar wanita itu langsung berniat mengeksekusinya tapi lelaki itu langsung menyetopnya.

"Tunggu ini mau diapain? Via mana lagi.. Ninggalin gue gitu aja..." kesal Aldi.

"Tenang aja say, aku bakal bikin perubahan baru ke hidup kamu..."

"Bikin apa? Jangan aneh-aneh! Itu kenapa guntingnya juga gede banget, kayak mau motong rumput!" tandas Aldi.

"Aku akan.... menggunting burungmu hyaaaa!!!"

"Aaaaaa!!!"

Via jauh didepan sana terlihat sedang membeli gorengan. "Loh itu perasaan kayak suara Aldi? Apa dia udah mulai diesksekusi ya? Hehe kasihan... Banyak yang bakal kepotong kayaknya."

"Kasihan tuh anak, suka udah lama sama si Ghina tapi malah keduluan mulu sama orang. Awas aja kalo usaha gue gagal... Gue bakal yang ngawinin mereka." gerutu Via sambil memakan gorengannya.

"Tapi keren juga sih Ghina bisa dijodohin sama polisi. Yah dibanding gue yang cuma ampas tahu... Kalo kagak sama anak kampus ya palingan temen SMA. Nasip nasip... Circle gue yang makin sempit...." ujar Via, tiba-tiba saja kedua matanya teralihkan pada sosok pria didepan sana yang mencuri perhatiannya.

Ia memang tidak pernah memalingkan wajahnya selain kepada cowok yang menurutnya keren.

Mirisnya yang menjadi pusat perhatiannya adalah Kevin. Dia telah menjadi korban akibat kejelalatan mata Via.

Tapi mirisnya kekerenannya semua buyar saat Via melihat Kevin memakai baju tukang sampah. Berasa jatuh dari ketinggian ribuan meter.

"Ganteng-ganteng malah jadi tukang sampah... Haiss... Dunia emang seadil itu ternyata... Sayang banget sih aaaa kenapa gak CEO ajaaaa... " ujar Via yang memakan gorengannya makin ganas bahkan memakan cabainya banyak. Meski berakhir kepedasan dan minum-minum.

Disaat yang sama Kevin sedang mencoba menelepon Ghina. Sejujurnya ada hal yang ingin dirinya katakan padanya sekarang. Ah, akhirnya diangkat.

"Halo Na, nanti malem disuruh makan malam ya. Jangan lupa."

"Iye, tenang aja nyokap gue juga udah masak tadi. Nih gur lagi bantu masak." ujar Ghina.

"Bisa lo masak? Masak apaan? Kadal?" tanya Kevin.

"Sembarangan, masak apa kek yang penting enak." ujar Ghina.

"Yaudah gue mau lo masakin yang enak enak... Rasanya jangan aneh-aneh... Nanti ada rasa keteknya lagi..."

"Tenang aja gue taburin bulu ketek entar." ujar Ghina. Kevin berekspresi datar.

"Yang banyak biar lu keblinger."

"Eh gue barusan masak nasi loh dan nasinya enggak kelembekan, hebat banget kan gue..."

Kevin meremehkan. "Hebat, terus nasinya bisa berubah jadi nasi uduk gak?"

"Hah?"

"Atau berubah jadi beras lagi?"

"Hah?"

"Hebat kan menurut lo?" tanya Kevin namun tiba-tiba saja telepon langsung dimatikan secara sepihak oleh Ghina. Kevin mengikik tertawa.

"Marah dia... Haha pundung nih ceritanya." ujar Kevin.

Ghina terlihat jutek sehabis mengakhiri teleponnya.

Dinikahi Mas Intel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang