Dua hari terbaring lemah tak berdaya, membuat Lian merindukan keceriaan istrinya. Demam yang menggerogoti tubuhnya perlahan mereda, meninggalkan rasa lemas yang menyelimuti. Namun, di balik rasa lelah itu, terbersit keinginan untuk mewujudkan keinginan istri nya untuk berkunjung ke Negeri Sakura. Dua minggu berlalu, kekuatan Lian kembali pulih. Senyum lebar terukir di wajahnya, menyertai tekad bulat untuk mengajak istrinya berpetualang ke Tokyo. Lian tahu, perjalanan ini bukan sekadar liburan, melainkan bukti cintanya yang tak terhingga, sebuah hadiah untuk menyembuhkan luka hati istrinya yang terluka karena melihatnya sakit dan rasa lelahnya
untuk mengurus nya.Cahaya lampu kamar tidur mereka memancarkan kehangatan yang menenangkan. Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan harum detergen, menandakan kesibukan mereka di malam hari. Senyum merekah di wajah mereka berdua, seiring dengan tawa yang terkadang pecah di tengah kesibukan mereka. Hari ini, suasana rumah mereka dipenuhi dengan aroma khas detergen dan tawa bahagia. Mereka tengah asyik mempeking baju-baju untuk perjalanan satu minggu ke depan, menuju negeri Sakura, Tokyo. Bayangan menara-menara tinggi, taman-taman indah, dan kuliner lezat memenuhi benak mereka. Setiap lembar pakaian yang dilipat dengan hati-hati mencerminkan semangat dan kegembiraan mereka untuk menjelajahi kota metropolitan yang penuh pesona itu.
"Sayang, udah selesai belum? Aku ngantuk banget, mau bobo," rengek Lian dengan suara serak
"sebentar tanggung ini. aku bentar lagi selesai kok. Kamu istirahat dulu aja," ujarnya sambil menuntun Lian ke tempat tidur.
"Tapi aku pengen bobo bareng kamu," rengek Lian lagi,
"aku ga bisa bobo kalo ga nen ca..," Salsa tertawa kecil mendengar bayinya merengek,
"Kebiasaan sih!, iyaudah kamu bobo duluan aja ya, aku kasih nen tapi aku ngga ikut tidur aku selesaiin ini dulu, sebentar lagi kok. Kamu tidur dulu aja sambil nen, nanti kalo kamu udah bobo Peking nya aku lanjut" Lian pun menurut, menyerahkan tubuhnya ke dekapan hangat Salsa.
"kalo aku belum bobo jangan di lepas," bisik Lian sebelum tertidur.
"iya bayii, udah buruan nih," ucap salsa membuka kancing baju nya. Lian pun tersenyum dan memasukkan Puting salsa kedalam mulutnya.
Salsa tersenyum melihat wajah Lian yang mulai terpejam. Dengan lembut, ia mengusap kepala Lian, menelusuri rambutnya yang sedikit berantakan. Gerakan tangannya perlahan, menenangkan Lian yang masih terjaga karena rasa kantuk yang menggerogoti.
"emang bayi gede kamu tuh, kalo ga nen gabisa bobo," ucap salsa terkekeh geli
Salsa terus mengelus rambut Lian, menunggu hingga suaminya tertidur lelap sebelum melanjutkan pekerjaannya. Ia tahu, perjalanan mereka ke Tokyo sudah dekat, dan ia ingin memastikan semuanya sudah siap untuk menyambut petualangan mereka di negeri Sakura.
***
Sinar mentari pagi sudah hadir menemani Salsa yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Aroma harum masakan memenuhi ruangan, menandakan hari yang penuh cinta dan kebahagiaan. Tiba-tiba, ia merasakan sebuah pelukan hangat dari belakang.
"Kenapa nggak nungguin aku bangun, Kenapa aku di tinggalin?," rengek Lian dengan suara serak khas bangun tidur, menempelkan wajahnya di leher Salsa.
"Kalo nungguin kamu bangun lama, kita harus ke bandara jam 10 Li," ucap Salsa sambil terkekeh pelan,
"Nanti ketinggalan pesawat lho."sambung salsa
"Lepas dulu pelukan nya, kamu mending mandi sana gih. Nanti habis mandi sarapan," titah Salsa, namun Lian malah mengeratkan pelukannya
"Lian lepas dulu ish, aku ngambek nih ya?," ancam salsa membuat Lian melepaskan pelukan nya
"Iya, iya. Aku mandi nih," jawab Lian sambil mengecup pipi salsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Our Marriage" adalah kisah tentang Lian, seorang pria muda yang sukses, dan Salsa, seorang wanita cerdas dan berambisi. Keduanya dihadapkan pada sebuah perjodohan yang tak terduga, sebuah permintaan terakhir dari nenek Lian yang sedang sekarat. Lia...