Pernikahan

4.5K 228 1
                                    

Hari ini adalah hari yang paling dinanti oleh banyak orang. Hari di mana Lian dan Salsa akhirnya akan melangsungkan pernikahan mereka. Segala persiapan yang dilakukan dalam waktu singkat kini telah rampung. Gaun, dekorasi, tamu undangan, semua sudah siap. Namun, di balik semua kebahagiaan yang tampak di permukaan, ada hati yang masih diliputi keraguan.

Salsa duduk diam di depan cermin, dikelilingi oleh tim rias yang sedang menyempurnakan penampilannya. Riasan lembut menghiasi wajahnya, gaun putih dengan detail elegan membalut tubuhnya, dipadukan dengan hijab sederhana yang anggun. Semua tampak begitu sempurna. Tapi mata Salsa… masih menyimpan sisa tangis dari malam sebelumnya.

Di sampingnya, Mama Rita duduk sambil memegang tangan putri semata wayangnya. Semalam, Salsa menangis dalam pelukannya. Bukan hanya karena keraguan pada pernikahan ini, tapi juga karena rasa kehilangan. Ia akan meninggalkan rumah tempat ia tumbuh, meninggalkan kedua orang tuanya yang selama ini selalu ada di setiap langkah. Apalagi dengan Papa Denis, sosok yang sangat memanjakan dirinya dan begitu dekat dengannya. Menyadari bahwa dirinya akan segera menjadi istri orang membuat hatinya sedikit sesak.

Salsa memang belum sepenuhnya siap, belum sepenuhnya menerima. Tapi ia tak ingin mengecewakan siapapun, terutama nenek Rika yang terus bertahan demi bisa menyaksikan hari ini. Ia tahu, cinta bisa tumbuh. Ia hanya perlu waktu, dan ia bersedia berusaha.

"Cantiknya anak Mama…" ujar Mama Rita sambil menatap putrinya dari balik cermin. "Kayaknya Lian bakal makin jatuh cinta lihat kamu sekarang."

Senyum tipis muncul di wajah Salsa. Meskipun hatinya masih bergejolak, ia tak ingin menunjukkan kesedihannya hari ini. Hari ini adalah hari bahagia, bukan hanya untuknya, tapi untuk semua orang yang mencintainya. Ia ingin belajar ikut bahagia, walau masih harus melangkah dengan perlahan.

"Terima kasih, Ma," jawab Salsa lembut, mencoba menyembunyikan suara bergetarnya.

Mama Rita memeluknya perlahan dari samping, membelai pelan punggung putrinya. "Pelan-pelan ya, Nak. Cinta itu nggak harus langsung besar. Kadang yang paling indah justru cinta yang tumbuh perlahan, dari ketulusan, dari niat yang baik."

Salsa mengangguk kecil, memejamkan mata sejenak, menguatkan hatinya.

Hari ini mungkin bukan awal dari kisah cinta yang sempurna. Tapi ini adalah awal dari perjalanan dua orang yang mau saling belajar, saling menerima, dan saling memperjuangkan. Dan itu sudah cukup.

***

Di depan gedung, Danis berdiri menyambut kedatangan rombongan mempelai pria. Suasana begitu hangat, meskipun dibalut dengan nuansa sakral dan haru.

Tak lama, seorang perwakilan dari WO menghampiri ruang rias.

"Permisi, Bu. Pihak mempelai pria sudah tiba. Bapak meminta Kak Salsa dan Ibu untuk segera turun ke bawah. Ijab qabul akan segera dimulai," ucap sang WO dengan sopan.

"Baik, terima kasih. Kami segera turun," jawab Mama Rita sambil tersenyum kecil.

Beberapa menit kemudian, Salsa dan ibunya turun menuju lokasi akad. Langkah Salsa terasa berat, tapi juga pasti. Di dadanya, perasaan bercampur aduk, ada gugup, haru, dan sedikit keraguan yang ia tekan dalam-dalam.

"Di sini saja, Sayang. Dari sini suaranya terdengar jelas," ucap Mama Rita, menuntun putrinya duduk di kursi tak jauh dari meja ijab qabul.

Penghulu yang sudah duduk di meja akad, menatap ke arah Lian yang duduk tenang di hadapannya.

"Mas Lian, sudah siap?" tanyanya dengan suara tenang namun tegas.

Lian menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang