Yamanaka tidak pernah mengerti tentang alasan Reo masih mau peduli pada Hayat, Pdahal Hayat memberkati luka padanya. Hayat menyalahkannya, dan Hayat juga melampiaskan banyak amarahnya pada Reo.
Sementara di sini Yamanaka melihat dengan jelas, bahwa Reo tidak melakukan kesalahan sedikitpun pada Hayat. Dia berusaha mati-matian untuk menjadi kakak yang baik, walaupun pada akhirnya dia tidak diterima dengan baik.
Tidak salah jika orang-orang pun banyak mengagumi Reo, dan Reo memiliki seorang teman yang lebih membelanya. Dia memang orang yang baik, dia tidak banyak bicara. Itu sebabnya orang-orang pun menyukainya lebih dari siapapun.
Namun, Hayat menjadi sosoknya pembenci. Dia menyalahkan Reo karena harus hadir di kehidupannya. Membuat ayahnya membanding-bandingkannya dengan Reo, padahal sang ayah tidak perlu sampai seperti itu.
Hanya saja Yamanaka mulai mengerti, kenapa ayahnya—Hayat sampai seperti itu. Dia pastinya tidak sengaja, dia tidak menyangka banyak perubahan pada Hayat setelah kehilangan ibunya. Meskipun Yamanaka tidak tahu kehidupan Hayat sebelumnya, tetap saja dia tahu. Jika Hayat menjalani kehidupan yang tidak baik.
Bahkan dia menyalahkan Reo atas apa yang terjadi, hanya karena ayahnya terlalu peduli pada Reo. Yang merupakan anak tirinya.
"Jadi saat kau dibenci sama Hayat, kau ngerasa itu pantas buatmu gitu? Padahal kau bisa melakukan banyak hal. Kau bisa membela diri, dan kau bisa mengakui jika dirimu nggak bersalah," kata Yamanaka menatap tajam pada Reo.
Dia tentunya masih merasa kesal dengan apa yang sudah terjadi. Reo selalu saja diam, mana mungkin dia baik-baik saja setelah dia terluka. Hanya karena dia diam saja, dan tidak banyak bicara mengenai lukanya. Bukan berarti dia baik-baik saja kan?
Yamanaka sudah mengenal Reo dengan baik, maka dari itu. Dia pun merasa kasihan, jika Reo harus memutuskan untuk berdiam diri. Sambil menerima segala pelampiasan amarah Hayat, karena dia juga merasa bersalah atas apa yang terjadi.
"Kau juga nggak maksa ayahnya buat nikah sama ibumu kan? Derajatmu dinaikkan sama Tuhan. Bukan karena kau sendiri yang melakukan cara kotor, berhenti buat dirimu selalu disalahin!" seru Yamanaka pada akhirnya, dia mengatakan apa yang selama ini ditahannya.
Nada suaranya yang ditinggikan itu, tentunya membuat teman-teman sekelasnya pun langsung menatap ke arah mereka. Reo juga terkejut, karena baru kali ini Yamanaka terlihat sangat marah padanya.
Reo tahu bahwa dia pun memutuskan keputusan yang salah. Dia dengan sengaja membuat dirinya disalahkan, mesti dia tahu hal itu tidak adil untuknya.
"Aku juga nggak mau disalahkan kayak gini, Yaman. Lihatlah aku sebentar, lihat aku," pinta Reo membujuk Yamanaka agar mau menatap ke arahnya. "Jangan marah, dan tolong biarkan aku mengatakan yang sebenarnya.
Dengan terpaksa, dan merasa kesal pada Reo. Yamanaka pun menatap ke arah Reo. Karena bagaimanapun dia penasaran tentang apa yang akan dikatakan olehnya.
"Aku mencoba buat mengalah, dan menerima segala pelampiasan Hayat. Karena aku ingin melindungi senyuman ibuku."
Setelah mendengarnya secara langsung, Yamanaka tak mampu untuk menghakimi. Dia juga tidak mungkin menyalahkan Reo, karena di sini posisi Reo pun tidak menguntungkan sama sekali. Dia membela diri, ibunya yang akan terluka. Dan jika dia tak membela dirinya sendiri, dia jauh lebih menderita lagi.
Lantas apa yang bisa dilakukan oleh Reo? Dia hanya bisa mengalah dan menerima semua yang terjadi padanya. Bukan karena Reo benar-benar menerimanya, dia hanya terpaksa saja.
Demi ibunya, dan demi melindungi senyuman ibunya yang berharga. Bagaimanapun ibunya adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya.
"Maaf, karena aku hanya bisa menyalahkanmu di sini," lirih Yamanaka sambil meremas almamater milik Reo. "Tapi aku mohon, kalau kau memang terluka. Jangan berpura-pura kau sedang baik-baik saja. Katakan semuanya padaku, karena aku pasti akan menyembuhkan lukamu."
Reo tersenyum manis saat mendengarnya, dia mengelus-elus punggung Yamanaka dan memberikan pelukannya. "Sama Yaman, aku nggak boleh berbohong kan? Aku akan melakukan itu."
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
Seharusnya Reo tidak peduli pada Hayat, bahkan sampai berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuknya. Karena Hayat tidak pernah meminta hal seperti itu, dia tidak menginginkannya sama sekali. Bagaimanapun Hayat sangat membenci Reo tanpa sebuah alasan yang pasti. Hayat hanya menyalahkannya saja, seolah-olah kesalahan itu murni kesalahan yang dibuat oleh Reo sendiri.
Reo juga tidak pernah membela dirinya sendiri, dia tidak menyalahkan Hayat. Semuanya dia terima, seperti dia orang baik. Padahal Reo tidak mengakui dirinya sebagai orang yang baik, dia masih berusaha untuk menjadi orang baik saja. Apalagi menjadi kakak yang baik untuk Hayat, seseorang yang tidak pernah memintanya sama sekali.
"Kau di rumah ngapain aja, nih salin buku catatanku. Sebentar lagi kita ujian, jangan takut kalau ketinggalan pelajaran. Karena aku bakalan bantuin kau kok," ucap Reo memberikan buku-buku miliknya pada Hayat.
Hayat yang tadinya sedang berbaring di atas ranjangnya, kini beralih menatap Reo dan mengubah posisinya menjadi duduk. Tatapan matanya masih tajam seperti biasanya, entah sampai kapan Hayat akan seperti itu pada Reo. Yang bahkan tidak pernah memperlakukanya dengan buruk.
"Kau ngelakuin ini biar dipuji sama ayah kan? Biar ayah ngerasa kau itu anak yang baik. Dan jadi kakak yang baik buat aku, pintar juga kau cari muka," kata Hayat yang justru berpikiran seperti itu.
Sudah Reo duga juga, jika kebaikannya tidak akan diterima oleh Hayat. Namun, Reo tidak bisa membencinya. Dia sendiri yang memutuskan untuk memperlakukan Hayat dengan baik, tidak peduli jika Hayat tidak pernah menerimanya.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Reo langsung meninggalkan kamar Hayat. Dia tidak mau berdebat dengan adik tirinya itu, yang ada Hayat hanya akan mengatakan hal-hal menyakitkan saja.
Sampai saat ini Reo belum bisa terbiasa, dia memang berusaha untuk mengabaikannya. Tapi tetap saja, Reo masih merasakan sakit atas perlakuan buruknya Hayat.
"Reo, aku bahkan nggak butuh kau memperlakukanku dengan baik. Jangan lakukan hal menjijikkan seperti itu lagi!" seru Hayat membuat Reo menghentikan langkahnya.
Kemudian dia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Hayat. Senyumannya kembali terukir dengan indah, Reo selalu bisa menutupi ekspresi wajahnya yang sedang kesakitan.
"Ya aku melakukannya tanpa kau minta, bahkan jika kau menyuruhku untuk nggak peduli ataupun nggak jadi orang baik lagi untukmu. Aku enggak peduli. Aku akan tetap melakukannya, karena aku melakukannya untuk diriku sendiri juga," ucapnya yang melanjutkan langkah kakinya yang tadi sempat terhenti.
Hayat tidak pernah mengerti, kenapa Reo harus seperti itu padanya. Padahal mereka bukan siapa-siapa, sampai kapanpun Hayat juga tidak akan menerima Reo sebagai keluarganya.
Namun, Hayat akui bahwa Reo adalah orang baik. Dia tidak pernah menyalahkannya balik atas luka yang didapatkannya. Sebenarnya mau sampai kapan Hayat juga harus mengabaikan Reo? Padahal Reo selalu peduli padanya.
"Masa bodoh dengan kebaikan, Reo. Dia bukan siapa-siapa."
Yang selama ini dilakukan oleh Reo merupakan kebaikan, dia juga tulus melakukannya. Tanpa meminta imbalan sama sekali. Sayangnya untuk seseorang seperti Hayat, yang hanya sibuk menyalahkan orang lain atas lukanya. Dia tidak sepantasnya mendapatkan segala kebaikan Reo.
"Reo, gimana sama sekolahnya?" tanya Kilan yang baru saja pulang dari kantornya.
"Ya baik-baik aja kok, Yah. Ada beberapa tugas juga dari sekolah, dan aku langsung ngasih beberapa catatan ke Hayat buat di salinnya. Sebentar lagi kan ujian sekolah, makanya aku nggak mau kalau Hayat ketinggalan pelajarannya," ucapnya sambil tersenyum manis.
Seandainya saja Hayat benar-benar mau menerima Reo, kemungkinan besar dia akan merasakan ketulusan dari Reo. Yang selama ini diberikan padanya. Kilan tahu, bahwa Hayat tidak bersungguh-sungguh menerima Reo dalam hidupnya.
Di sini Kilan merasa sangat bersalah, karena di saat Reo tidak diperlukan dengan baik. Dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk Hayat, semuanya bisa menghasilkan hal yang baik pula.
Namun, yang terpenting saat ini. Kilan tidak menyerah pada Hayat. Bagaimanapun Hayat harus tahu, bahwa keluarga barunya itu mampu memberikan apapun yang dibutuhkannya.
✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩
𝑻𝑩𝑪
![](https://img.wattpad.com/cover/376783171-288-k887580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]
Подростковая литература"Aku tahu jika kau terluka. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menyembuhkan lukamu." Dari seseorang yang telah disalahkan, dan menerima segala pelampiasan atas segala amarah yang tak tersudahi. Reo tidak merasa dirinya adalah orang yang baik, tapi dia a...