Hayat juga sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan mengakui Reo dan Tanti sebagai keluarganya saat ini. Karena keluarganya hanyalah ayah dan ibunya saja, seseorang yang kini telah saling kehilangan. Membuat ayahnya justru memutuskan untuk lebih baik menikah.
Apakah pernikahan itu hanyalah sebuah permainan untuk memuaskan napsu satu sama lain? Jika memang seperti itu adanya. Kenapa juga harus menghadirkan seorang anak. Bahkan Hayat tidak ingin dilahirkan sama sekali, jika kenyataannya pun memang begitu adanya.
Seseorang yang tiba-tiba menjadi keluarganya, berperan sesempurna mungkin selayaknya seorang keluarga. Padahal Hayat tidak membutuhkannya sama sekali. Mereka tidak akan menggantikan siapapun di sini, karena dari awal mereka pun tidak akan diterima oleh Hayat begitu saja.
Saat ayahnya menjelaskan dengan cara baik-baik pada Hayat, cowok itu justru tidak ingin mendengarkannya. Bagaimanapun dia tetap menganggap ayahnya sebagai pria berengsek. Tidak seharusnya dia menikah setelah istrinya meninggal baru beberapa bulan yang lalu.
"Kau ini memang bisa ya buat ayah bangga, kau jadi ketua OSIS dan lihatlah nilaimu nyaris sempurna. Ayah bangga padamu," puji Kilan pada Reo pagi ini.
Reo awalnya hanya ingin memberitahu ibunya saja, dia ingin memperlihatkan bahwa sudah berhasil mendapatkan nilai yang bagus. Hanya untuk membanggakan pada ibunya saja. Akan tetapi, Kilan yang tidak sengaja melihatnya justru ikut merasa bangga.
Mendengar pujian dari ayah tirinya, dan pengakuan seperti itu. Membuat Reo merasa senang, karena ayah kandungnya tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Padahal tidak seharusnya Reo merasa senang di sini, karena yang ada Hayat semakin membencinya.
"Aku nggak sempat sarapan," ucap Hayat yang baru keluar dari kamarnya.
Setidaknya juga Hayat tidak mendengar pembicaraan itu, Reo yakin sekali. Karena Reo juga baru saja keluar dari kamarnya, setelah sang ayah memujinya tadi.
Hayat juga tidak terlihat kesal, dia bahkan menerima bekal yang diberikan oleh ibunya. Entah akan sampai kapan Hayat berperan selayaknya keluarga, yang terpenting Reo mampu melindungi apa yang ingin dilindungi nya saja.
"Kau nggak mau nungguin ayah dulu biar kita bisa berangkat bareng?" tanya Kilan membuat Hayat menghentikan langkahnya.
"Aku udah ditungguin sama Gema tuh," jawabnya sambil mengukir senyumannya.
Melihat senyumannya yang terukir dengan indah, membuat Reo tidak menyangka. Bahwasanya Hayat akan menyempurnakan keadaannya, padahal dia tidak benar-benar menyukai apa yang saat ini terjadi.
Dia harus menjadi bagian dari keluarga yang tidak diinginkannya. Hanya dalam waktu semalam saja Hayat berubah, itu pun dia tidak bersungguh-sungguh. Di sini hanya Reo yang mengetahui kenyataan yang ada, karena dialah yang membuat Hayat seperti itu.
Tapi mau bagaimana lagi, Reo juga tidak bisa melakukan apapun. Dia berusaha melindungi ibunya dengan cara apa saja, setidaknya Reo bisa melihat ibunya tetap tersenyum.
"Nanti kita berangkat bareng ya? Kau selesaikan makannya," kata Kilan yang bersungguh-sungguh berperan selayaknya seorang ayah itu.
Kilan tidak pernah menganggap Reo sebagai bebannya. Dia menerima apa yang Tanti miliki, Kilan memang mencintai Tanti. Bukan berarti dia membenci seorang anak dari seorang pria lain. Bagaimanapun apa yang dimiliki Tanti, akan dilindungi oleh Kilan.
Namun, Kilan tidak pernah menyadari. Bahwa ada seseorang yang terluka karena beranggapan, bahwa dia telah dibedakan.
◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐
"Reo cari mukanya pintar kali tuh, masa pamer sama ulangan harian kemarin. Memang sih dia selalu dapat peringkat satu, tapi apa perlu kayak gitu?" ucap Devan yang terlihat sangat kesal setelah mendengar cerita dari Hayat.
Ternyata Hayat mendengar apa yang terjadi tadi pagi, maka dari itu dia cepat-cepat berangkat ke sekolah. Dia juga meminta Gema untuk menjemputnya.
Bahkan sesampainya di sekolah Hayat membuang bekal yang diberikan oleh Tanti. Dia tidak perlu mengatakan bahwa sudah memakannya. Jika Tanti menanyakan di mana wadah bekalnya, dia hanya perlu menjawab jika tertinggal disekolah.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Devan yang kini mengepalkan tangannya.
Melihat hal itu Hayat hanya bisa tersenyum, teman-temannya memang peduli padanya. Mereka akan melakukan apa saja, bahkan jika harus ikut campur. Mereka mana pernah memikirkan apa yang akan dikatakan orang-orang, yang terpenting mereka bisa membela Hayat.
Sementara mereka tidak mau mencari tahu sebuah kebeneran. Bahkan jika itu merupakan kesalahan, mereka tidak akan menyesalinya sama sekali.
"Kalian tahu sendiri Reo punya kuasa di sini. Kalian mau menjelekkan dia bagaimanapun caranya, orang-orang akan membelanya mati-matian," sahut Hayat sambil mengukir senyumannya dengan tipis.
Lantas Gema berdecak kesal, orang-orang yang membelanya adalah orang-orang yang menganggapnya suatu kebenaran. Dan membela seseorang yang di kagumi oleh mereka. Reo juga manusia, pastinya dia tempatnya salah.
Karena terlalu menyalahkan orang lain, Gema juga tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya. Bahkan di sini dia juga sudah melakukan kesalahan.
"Aku memang nggak tahu harus ngapain nih, tapi kalau kau kenapa-kenapa. Mana mungkin kami tinggal diam," kata Devan yang langsung duduk di samping Hayat.
"Untuk sekarang aku baik-baik aja, aku hanya ingin memainkan peran yang diinginkan oleh Reo. Setelah itu aku akan menghancurkannya berkeping-keping, jika dia mengambil perhatian ayahku."
Sebenarnya apa kesalahannya Reo di sini, tidak seharusnya Hayat sampai membencinya seperti itu. Reo yang berusaha menjadi kakak yang baik, justru dibenci karena dia menjadi bagian dari keluarganya.
Jika dipikir-pikir semuanya tidak adil sama sekali. Hayat hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan apa yang dilakukannya. Sibuk menyalahkan orang lain, seakan-akan hanya dia yang terluka di sini.
"Jadi seperti ini juga caramu," tutur seseorang dengan suaranya yang lirih.
Kemudian dia berlalu pergi sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Dia tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya karena merasa geli. Ternyata ada juga seseorang yang merasa paling menderita.
"Teruslah seperti itu, sampai kau merasa paling benar."
"Woi Asyar kau mau bolos lagi? Buruan masuk ke kelas!" seru teman sekelasnya yang sudah mencari keberadaan Asyar.
Ya, dia adalah—Asyar. Dari dulu dia juga tidak menyukai Hayat, kemungkinan saat mereka masih berada di bangku kelas sepuluh. Bagaimana tidak membencinya, jika Asyar yang mengetahui kenyataan yang ada. Dan melihat apa yang terjadi.
Di sini Hayat memang egois, dia menyalahkan orang lain atas takdir yang tidak dapat diterimanya. Lagian Reo tidak akan rugi jika tidak di akui. Karena dia tidak pernah berniat menghancurkan kebahagiaan milik orang lain.
"Mungkin kedepannya nih ya, Reo bakalan jadi benalu buat kau," ucap Devan memperhatikan ke arah Reo yang baru masuk kedalam kelas.
Hayat mengukir senyumannya dengan tipis, dia juga sudah memikirkan hal seperti itu. Entah apa yang akan dilakukannya, yang terpenting dia benar-benar tidak menyukai Reo.
Semenjak Reo dan ibunya menjadi anggota keluarganya, banyak yang telah berubah. Bahkan ayahnya hanya peduli pada Reo, seolah-olah Reo memang pantas untuk dipedulikan.
Nantinya jika semua yang dilihat Hayat merupakan hal yang menjijikkan. Dia tidak akan tinggal diam, akan dilakukan apapun untuk menjaga kedamaiannya. Karena sedari awal tidak seharusnya Reo menghancurkan kebahagiaannya.
"Kenapa mereka menatapmu seperti itu, lama-kelamaan aku benci juga sama Gema tuh," bisik Yamanaka yang menyadari tatapan kebencian dari Gema.
"Sudahlah kau nggak perlu memikirkannya, lebih baik kita memikirkan apa yang harus dilakukan buat kegiatan OSIS nanti."
Walaupun Reo terlihat tenang, dan baik-baik saja. Sebenarnya tidak seperti itu adanya, bagaimanapun dia merasa tertekan. Karena di sini, Hayat terlihat jelas tidak bersungguh-sungguh untuk memerankan perannya. Pasti ada saatnya Hayat kembali bertindak seperti dulu, yang membuat Reo tidak mampu melindungi ibunya.
╬╬═════════════╬╬
TBC 🥀⭐

KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]
Ficção Adolescente"Aku tahu jika kau terluka. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menyembuhkan lukamu." Dari seseorang yang telah disalahkan, dan menerima segala pelampiasan atas segala amarah yang tak tersudahi. Reo tidak merasa dirinya adalah orang yang baik, tapi dia a...