chapter tiga || tak pantas disalahkan

68 12 0
                                    

Entah kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh Reo, dia yang berusaha menjadi orang baik. Nyatanya tetap gagal berkali-kali hanya karena sebuah kebencian. Hayat bahkan enggan untuk mengakuinya sebagai seorang kakak.

Sementara di sini Reo menganggapnya seorang adik yang berharga dalam hidupnya. Dia tidak akan semudah itu membenci Reo, karena bagaimanapun dia telah menjanjikan untuk menjaganya dengan sebaik mungkin.

"Reo bagaimana dengan kedekatanmu sama Hayat, kalian nggak bisa akur ya. Ayah tahu kau bukannya tidak bisa akur dengannya, Hayat yang nggak menerimamu kan?" kata Kilan yang duduk di dekat Reo.

Malam hari yang sunyi, Reo awalnya duduk seorang diri di dekat balkon kamarnya. Memperhatikan bintang yang berkelap-kelip, sambil membaca bukunya. Kilan yang ingin menjadi ayah yang baik untuk kedua putranya pun, berusaha untuk memahami mereka.

Hanya saja, dia akui bahwa tidak diterima oleh Hayat lagi. Semenjak ibunya meninggal dunia, Hayat sudah banyak berubah.

"Aku tahu kok, yah. Alasan kenapa Hayat sampai kayak gitu. Dia masih belum berdamai dengan keadaannya, dia ngerasa kalau ayah malah berkhianat. Dan lebih mementingkan kebahagiaan sendiri," ucap Reo yang tidak menyalahkan Kilan sama sekali.

"Sebenarnya ayah bisa menikah dengan ibumu itu karena ibunya Hayat yang menyuruhnya. Meskipun kami nggak saling cinta, tapi wanita itu peduli padaku. Makanya ayah menikah setelah dia meninggal. Semuanya karena kemauan darinya, bukan sepenuhnya keinginan ayah," jelasnya yang baru kali ini memberitahu Reo.

Reo yang mendengarnya pun terkejut, dia berpikir bahwa Kilan menginginkan kebahagiaannya sendiri. Bahkan dia pun mengabaikan Hayat, hanya untuk memenuhi kebahagiaannya. Sementara dengan kenyataannya pula, sang ayah terpaksa untuk melakukannya.

"Ayah, kenapa ayah nggak kasih tahu sama Hayat?"

"Karena ayah tahu, Hayat pasti nggak bakalan terima. Ayah hanya memenuhi permintaan dari ibunya, dan ayah memang mencintai ibumu Reo. Di sini ayah sudah melakukan hal buruk. Menikah setelah istrinya meninggal, dan mengabaikan putranya yang butuh kasih sayang," ucap Kilan sambil tertunduk dalam.

Sebagai seorang ayah, Kilan pasti merasa paling gagal. Dia tidak bisa menjadi ayah baik baik bagi Hayat. Saat dia memutuskan untuk menikah lagi, dia memang sengaja untuk tidak memberitahu Hayat. Tanpa dirinya duga-duga juga, jika keadaan pun akan seburuk ini.

Hayat membenci keluarga barunya, dia menganggap ayahnya seperti seorang bajingan. Bahkan beranggapan jika Tanti telah menggoda ayahnya.

"Hayat hanya belum menerima takdirnya, biarkan dia berdamai dulu. Aku yakin ayah, semuanya pasti baik-baik aja."

Hanya kalimat itu yang dapat diucapkan oleh Reo, padahal dia sendiri tidak sepenuhnya yakin. Dia tahu segala kebencian Hayat padanya, sampai-sampai Hayat terus melampiaskan kemarahannya pada Reo.

Namun, apa boleh buat. Setidaknya dia dapat menyampaikan hal baik untuk didengar oleh Kilan. Dalam keadaan seperti ini, Kilan pasti sangat menderita. Putra kandungnya yang selama ini di jaga dengan baik, justru sangat membencinya.

◆:*:◇:*:◆:*:◇:*:◆

Jangan mudah mempercayai dengan apa yang kau lihat. Yang terlihat bahagia belum tentu bahagia. Tapi yang bersedih sudah pasti memiliki kesedihan. Begitu pula cara Yamanaka mengenal Reo.

Untuknya yang berusaha memahami keadaan orang-orang disekitarnya, agar dia tidak hanya bisa menghakiminya saja. Yamanaka selalu mencaritahu terlebih dulu, sebelum dia mengatakan hal-hal yang selayaknya dia paling paham.

Saat di kelas sepuluh SMA, Reo selalu mendapatkan kebencian dari Hayat. Bahkan ketika anak itu tidak membuat kesalahan sama sekali, Hayat selalu memperlakukanya dengan buruk.

Yamanaka awalnya hanya ingin asal menilainya saja, karena bagaimanapun pasti Reo sudah melakukan kesalahan. Mana mungkin Hayat sampai semarah itu, dan membencinya tanpa berperasaan. Akan tetapi, setelah mengetahui kenyataan yang ada. Yamanaka merasa lega, dia tidak menyesali apapun yang telah dilakukannya pada Reo.

"Kau boleh lho minta tolong sama aku, biar aku yang ngasih tahu ke Hayat. Kalau nggak seharusnya dia ngomong kayak gitu, kalian kan saudara. Suka nggak suka, itu semua nggak ngubah apapun," ucap Yamanaka yang terlihat sangat kesal sekali.

"Sudahlah nanti yang ada kau di bilang terlalu ikut campur sama masalah keluarga kami."

Yang dikatakan Reo termasuk kebeneran juga, tapikan Yamanaka tidak bisa diam saja. Masa bodoh dengan apa yang terjadi nantinya, dia hanya tidak suka melihat Reo selalu diperlakukan dengan buruk.

Bahkan teman-teman sekelasnya pun terkadang membicarakan tentang keburukannya juga. Hanya karena Hayat mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya dikatakan.

Teruntuk orang-orang yang hanya suka mengatakan hal-hal yang berlagak paling tahu segalanya. Mereka pasti tidak peduli dengan apa yang merupakan sebuah kebenaran. Karena bagaimanapun, mereka hanya suka mengatakan sesuka hatinya saja.

"Terus kau suka aku diam kayak gini?" tanya Yamanaka dengan tatapan sinisnya.

"Bukannya kayak gitu, Yamanaka. Aku tahu kau peduli, tapi kau nggak akan mengubah apapun. Setidaknya kau tetap bersamaku, karena aku ingin baik-baik aja."

Setelah mendengar Reo mengatakan hal itu, Yamanaka tidak bisa melakukan hal-hal yang sesuka hatinya saja. Hanya karena dia menganggapnya benar, itu pun bukan sepenuhnya keharusan. Karena bagaimanapun Yamanaka harus memahami perasaan Reo terlebih dulu.

Beberapa saat setelahnya Hayat masuk ke dalam kelas dengan kedua teman dekatnya. Hayat langsung duduk di kursinya, berbeda dengan kedua temannya itu. Mereka justru mendekat ke arah Reo, yang saat ini sedang tertunduk dalam.

"Wah kau senang ya setelah jadi orang kayak sekarang. Kau dulu tinggal di flat kecil, dan ibumu itu juga kerja paruh waktu di rumah makan. Pasti kau pakai cara licik ini, nggak mungkin ayah Hayat sampai terpikat dengan ibumu," ucap Gema yang dari awal juga sudah membenci Reo.

Hanya saja, kali ini perkataannya sudah keterlaluan. Dia tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu, bahkan Reo tidak menerimanya begitu saja.

"Kau boleh mengatakan hal-hal buruk tentangku, tapi jangan ibuku," kata Reo yang langsung bangkit dari duduknya. "Kau pikir aku pun bakalan tinggal diam gitu? Aku selama ini diam karena malas cari ribut."

"Hahaha."

Suara gelak tawa tercipta, sang oknum pun menepuk-nepuk pundak Reo dengan lembut. Kemudian menatapnya dengan tatapan yang tajam. "Jadi di sini kau berlagak seperti korban ya. Lucu sekali."

"Woi Devan apa maksudmu?!" sentak Yamanaka yang pada akhirnya tidak bisa menahan diri.

Di saat seperti ini, Reo bahkan tidak bisa melakukan apapun. Dia seharusnya memberikan pembelaan pada ibunya, seseorang yang telah dinilai buruk oleh seseorang. Yang kemungkinan besar akan membuatnya di benci oleh siapapun, karena telah menggoda pria baya yang kaya raya.

Padahal kenyataannya tidak seperti itu, sudah pasti Hayat yang sudah mengatakan hal-hal yang tidak termasuk kebenaran yang ada.

"Jadi sisi gelapnya ketua OSIS kita itu, dia anak dari seorang wanita jalang!" ucap Gema dan keras.

"Oh gak salah lagi sih, pantesan dia keliatan menjijikkan gitu," sahut Zahra membuat keadaan semakin memanas.

Namun, Reo tidak bisa berkata-kata. Matanya juga berkaca-kaca karena dia tidak bisa melakukan apapun di sini. Tubuhnya bergetar dengan hebat, dia menatap tidak percaya ke arah Hayat.

Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti ini padanya, dia boleh saja melampiaskan banyak hal. Tapi jangan ibunya, Reo ingin melindungi ibunya dengan cara apapun. Hanya saja kali ini dia justru gagal melakukannya.

╬╬═════════════╬╬
ᴛbc🥀

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang