Memang sudah pasti jika Hayat membenci keadaan yang ada, di saat ibunya meninggal ayahnya justru mencari seorang pengganti. Bahkan ketika ibunya belum lama meninggal, itu pun ayahnya tidak mengatakan apapun padanya.
Hayat merasa bahwa dirinya tidak di anggap ada, apa salahnya jika ayahnya membicarakan tentang apa yang ingin dilakukannya. Bukan seenak hatinya saja, seakan-akan Hayat akan menerimanya dengan mudah.
Setelah kejadian itu, dan di saat ayahnya membawa keluarga barunya. Hayat tidak mampu menerima dengan baik. Dia sudah membenci mereka dari awal, memperlakukan dengan buruk. Dan beranggapan jika mereka adalah orang rendahan, yang telah menggoda ayahnya dengan licik.
"Hayat kau nggak makan dulu? Kau selalu nggak makan di rumah. Memangnya kau makan di mana?" tanya Tanti yang benar-benar peduli pada Hayato.
Akan tetapi, Hayat justru menatapnya dengan tajam. Dia juga mendekatinya tanpa merasa takut. "Memangnya aku mau makan makanan yang di masak olehmu? Aku takut jika kau justru meracuniku."
Sudah cukup, Reo tidak tahan lagi mendengarnya. Dia tidak suka jika Hayat mengatakan perihal buruk pada ibunya. Reo akan baik-baik saja, jika hanya Reo yang diperlukan dengan buruk.
Tapi ibunya juga, seseorang yang benar-benar tulus padanya justru diperlakukan seperti ini. Reo tidak terima, dia tidak suka melihatnya. Hayat susah keterlaluan jika seperti itu.
"Mana mungkin ibu meracunimu, kau pikir ibuku itu penjahat?!" sentak Reo yang menggepalkan tangannya. Rasanya dia juga ingin sekali melayangkan pukulannya pada wajah Hayat.
"Tentu aja kau percaya bahwa dia orang baik. Karena perbuatan jahatnya akan kau anggap seperti seorang malaikat, bukan seorang iblis."
Plak!
Tamparan itu diberikan oleh Kilan, dia mendengar semua yang dikatakan oleh Hayat. Perkataan yang tidak seharusnya terucapkan, dan ditujukannya pada seseorang yang kini sudah menjadi keluarganya.
Kilan sudah memperingati Hayat berkali-kali, dia tahu jika hal itu terlalu memaksa putranya. Hanya saja dia ingin memberikan Hayat ketenangan, karena telah memiliki keluarga baru yang menyayanginya. Tapi siapa sangka juga, jika Hayat justru tidak menyukainya.
"Sayang kau nggak seharusnya nampar Hayat kan? Ini udah berlebihan lho," kata Tanti mencoba untuk menenangkan Kilan.
Sementara dengan Hayat yang merasakan sakit dari tamparan ayahnya pun hanya bisa diam. Dia tidak menyangka, bahwa ayahnya akan menamparnya hanya karena membela orang-orang yang tidak di sukai olehnya.
"Kau udah kurang ajar kalau ngomong kayak gitu, sejak kapan kau jadi seberengsek ini? Pikiran macam apa yang sudah kau pikirkan itu. Kau merasa sudah paling benar?!" seru Kilan tak mampu menahan emosinya lagi.
Namun, Hayat tidak menjawab setiap perkataan yang diserukan kepadanya. Dia langsung berlari untuk memasuki kamarnya, mungkin hanya Reo yang dapat melihat dengan jelas. Jika Hayat menangis, karena posisinya tepat berada di depan Hayat.
Entah siapa yang pantas untuk disalahkan, Reo tidak bisa menyalahkan siapapun di sini. Sang ayah maupun Hayat sama-sama kurang interaksi, itu sebabnya mereka pun menjadi tidak memahami satu sama lain.
Di saat Reo mengetahui luka Hayat, dia bahkan tidak mampu untuk menyembuhkannya. Karena itu juga Reo menyalahkan dirinya sendiri, lagi-lagi dia memberikan luka pada adiknya. Padahal dia berjanji, bahwa dia tidak akan memberikan luka padanya.
Namun, sudah banyak kesalahan yang diperbuat oleh Reo. Karena dia tidak bisa melindungi adiknya dengan baik.
━━━━━━。゜✿ฺ✿ฺ゜。━━━━━━
S
aat berada di sekolah pun, Hayat dengan terang-terangan memperlakukan Reo dengan buruk. Dia sengaja menumpahkan minuman dinginnya di atas buku-buku pelajaran Reo. Dia sampai tersenyum miring saat melakukannya, penuh dengan kemenangan karena dapat melampiaskan kekesalannya pada Reo.
Padahal di sini Reo tidak sepenuhnya bersalah, dia sudah berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuk Hayat. Cowok itu saja yang tidak menerimanya, dan selalu memperlakukanya dengan buruk. Seakan-akan perlakuannya itu sudah paling benar.
"Bukumu basah kan? Nih pakai bukuku aja. Nanti aku jelasin ke guru, lagian Hayat tuh kenapa lagi?" ucap Yamanaka sambil meletakkan bukunya di atas meja Reo.
Reo justru tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun. Bukan karena dia tidak mau memberitahu Yamanaka apa yang sudah terjadi. Hanya saja, dia takut jika akan menangis. Bagaimana tidak, dia merasa sudah melakukan kesalahan terbesar. Sampai-sampai Hayat pun dengan berani melampiaskan kemarahannya di depan semua orang.
Jujur saja, saat ini Reo merasa takut. Takut jika orang-orang menganggapnya buruk. Mereka juga tahu bahwa Reo dan Hayat hanyalah seorang saudara tiri. Kemungkinan terbesar mereka pun akan langsung tahu, bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja.
"Jangan salahkan dirimu sendiri, nanti ada rapat OSIS lagi. Kau dapat tugas buat ngasih hukuman ke murid-murid yang terlambat lho, kalau kau kenapa-kenapa jangan ragu-ragu buat kasih tahu aku. Aku pergi dulu ya," kata Yamanaka yang sebenarnya tidak mau meninggalkan Reo.
Tapikan di saat seperti ini, Reo pasti butuh waktu untuk sendirian. Dia membutuhkan ketenangan, apa yang sudah terjadi padanya pasti menyakitkan sekali.
Hayat selalu saja seperti itu, dia memperlakukan Reo yang baik padanya. Tanpa memikirkan perasaan Reo sama sekali. Padahal Reo saja tidak pernah melakukan hal yang serupa, yang ada Reo berusaha mati-matian untuk menjadi kakak yang baik.
"Bisa-bisanya kau berantem sama Hayat, ada masalah apa kau sama keluargamu? tanya Zahra secara terang-terangan itu.
Bahkan di hadapan banyak orang, dia tidak merasa ragu sama sekali. Di sini Zahra sangat membenci Reo, alasannya juga karena Reo selalu menyalahkannya dalam banyak hal. Tidak seharusnya juga Zahra seperti itu, karena Reo pun tidak pernah berniat bersaing dengannya.
Reo yang malas untuk berdebat pun, langsung pergi begitu saja meninggalkan Zahra. Di ambang pintu Adip hanya memperhatikannya saja. Dia juga tidak menyukai Reo, lebih tepatnya Adip sangat membencinya.
Ketika Reo mengalahkan mereka dengan mudah dalam segala hal, dia terlihat mada bodoh dengan sekitarnya. Seolah-olah dia sedang memamerkan kehebatannya itu, dan tidak peduli pada orang-orang yang dikalahkannya.
Sementara dengan kenyataannya sendiri pula, Reo tidak pernah melakukan hal seperti itu pada mereka. Dia bukannya selalu menang, orang-orang disekitarnya saja yang memaksanya untuk berjuang. Sampai-sampai dia berada di posisi yang tidak di inginkannya.
"Kau mau diam aja sampai kapan? Reo tuh lama-kelamaan bikin aku darah tinggi tahu. Dia keliatan banget masa bodoh, dia juga gak niat tuh jadi ketua OSIS. Tapi kenapa dikit-dikit Reo aja terus," celoteh Zahra yang langsung duduk di kursinya.
Adip yang tersenyum tipis itu, sempat memperhatikan Reo yang meninggalkan ruangan kelas. Kemudian dia mendekat pada Zahra, dan duduk di atas mejanya.
"Lama-kelamaan juga aku kepengin banget buat Reo terkena masalah. Atau buat dia ditindas habis-habisan. Dia gak sadar sifat masa bodohnya itu, ngebuat beberapa orang ngebenci dia," katanya dengan percaya diri.
Di sini Reo tidak pernah tahu jika ada yang membencinya. Dia memang tidak sepenuhnya peduli pada keadaan sekitarnya. Karena apapun yang menurutnya tidak penting, tidak seharusnya dipikirkan. Namun, bukan berarti Reo benar-benar merasa masa bodoh.
Hanya orang-orang yang membencinya saja yang menganggapnya seperti itu. "Kalau bisa kau buat dia nggak sombong lagi."
"Ketua OSIS kita beda lho, kau buat dia punya luka dikit aja. Semua orang pasti marah ke kita, maka dari itu mainnya pun yang rapih," sahut Adip tersenyum puas dengan apa yang sudah direncanakannya.
Mereka orang-orang yang membenci Reo hanya karena merasa dikalahkan. Seseorang yang tidak berniat bersaing dengan siapapun, justru dia benci dengan alasan yang tidak murahan sekali. Reo berusaha untuk menjadi orang baik, hanya saja pasti akan ada orang-orang yang tidak menganggapnya seperti itu.
❢◥ ▬▬▬▬▬▬ ◆ ▬▬▬▬▬▬ ◤❢
To be continued 🥀
![](https://img.wattpad.com/cover/376783171-288-k887580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]
Novela Juvenil"Aku tahu jika kau terluka. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menyembuhkan lukamu." Dari seseorang yang telah disalahkan, dan menerima segala pelampiasan atas segala amarah yang tak tersudahi. Reo tidak merasa dirinya adalah orang yang baik, tapi dia a...