chapter tigabelas || biarkan aku saja yang menyembuhkan lukamu

72 5 0
                                    

Awalnya Reo tidak mengetahui sama sekali tentang masa lalu ayah tirinya itu, apalagi dengan masa lalu ibunya sendiri. Mungkin tentang masa lalu milik ibunya, dia hanya tahu jika pernah ada hubungan di antara keduanya. Tidak sampai tahu, jika mereka tak bisa saling memiliki karena terhalang oleh sebuah restu.

Reo tidak menyangka, jika ketika seseorang yang tak mampu memiliki. Dia justru menjadi seorang pembenci, dan kemudian menyalahkan orang lain di saat tak dapat menjaganya dengan baik.

Padahal dia tidak sepenuhnya tahu tentang kenyataan yang ada. Asal menyalahkan orang lain, seakan-akan dia memang bersalah dan pantas untuk disalahkan. Reo yang mengetahuinya, tidak mungkin diam saja. Walaupun sebenarnya di posisinya terbilang aman sekali.

Ketika Hayat yang sibuk menyalahkannya, dan berkeinginan untuk membuat Reo tidak bahagia. Yang ada Reo justru tidak melakukan hal yang sama. Sebisa mungkin dia ingin menjadi kakak yang baik, seorang kakak yang bahkan mengutamakan kebahagiaan adiknya dari pada kebahagiaan dirinya sendiri terlebih dulu.

Sebenarnya Reo juga tidak ingin menanyakan apapun tentang masa lalu Kilan secara langsung. Dia hanya ingin mendengarnya dari Baksa, meskipun yang dikatakannya hanya akan menyalahkan ayah tirinya saja.

"Ibunya Hayat itu meninggal karena sakit, dia bertahan hidup dengan baik. Dan meminta pada ayah untuk memiliki seorang anak. Ayah juga nggak bisa menolaknya, karena ayah kepengin punya penerus. Dan lahirlah Hayat, dengan adanya Hayat hubungan pernikahan kami baik-baik aja. Hingga akhirnya Hiani menghembuskan napas terakhirnya."

Dari cerita itu Reo tidak mungkin beranggapan jika Kilan mengatakan sebuah kebohongan. Dari sorot matanya saja banyak sekali penyesalan, sudah bisa dipastikan bahwa dia memang tidak ingin kehilangan. Namun, dia justru kehilangan dan gagal menjaganya dengan baik.

Bertolak belakang dengan apa yang Baksa katakan, Baksa hanya sibuk menyalahkan saja. Tanpa mencari tahu kebenaran di baliknya.

"Apa Hayat tau tentang ini, yah?" tanya Reo guna memastikannya.

"Dia nggak tau sama sekali, ayah cuma kepengin Hayat hidup dengan baik. Tanpa tahu apapun tentang masa lalu orangtuanya. Karena Hayat pasti nggak akan terima, jika orang tuanya pernah nggak saling mencintai. Dan beranggapan jika dia dilahirkan bukan karena sebuah keinginan, tapi keterpaksaan," jelas Kilan dengan raut wajah sedihnya.

Bagaimana bisa Reo yang mengetahui fakta ini pun tetap tinggal diam. Padahal dia tahu apa yang perlu dilakukannya, dan dia tidak seharusnya diam saja. Seolah-olah ini bukan masalahnya juga. Jika Hayat salah paham, dan tak mau mendengarkan penjelasan apapun dari ayahnya sendiri. Maka Kilan akan berada dalam rasa bersalahnya yang besar.

Pada akhirnya hal seperti itu akan sangat menyakitkan juga untuk Kilan. Bahkan di saat seperti ini saja, Kilan belum memberanikan dirinya untuk menemui Hayat. Guna meminta maaf atas kesalahannya waktu itu. Dia terlalu keras pada Hayat, dan sampai membanding-bandingkannya dengan Reo.

"Hayat pasti bakalan nerima kenyataannya kok, Yah. Dan aku yakin, kalau Hayat nggak akan salah paham lagi. Karena ayah adalah orang tua yang baik, Hayat sudah seharusnya mengakui hal itu," kata Reo meskipun tak terlalu yakin, dia ingin membuat semuanya baik-baik saja.

Tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Reo hanya berkeinginan orang-orang yang di sayanginya tidak kenapa-kenapa. Ada seseorang yang perlu di singkirkan olehnya, agar dia pun tak menghancurkan kedamaian keluarga barunya itu.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Lama-kelamaan Hayat justru terbiasa dengan keberadaan Reo yang selalu datang ke kamarnya. Anak itu tidak menganggu Hayat sama sekali, hanya meminta Hayat menyalin buku pelajarannya. Dan kemudian dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang Hayat. Bahkan tak ada kata-kata yang di ucapkan oleh anak itu.

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang