Reo tidak pernah menyangka bahwa dia harus menjadi ketua OSIS di tahun keduanya, padahal dia berniat untuk tidak lagi mengikuti organisasi di sekolahnya. Apalagi Reo juga seorang kapten voly, walaupun dia sudah mengundurkan diri. Orang-orang tetap membutuhkan bantuannya.
Untuk menolaknya Reo tidak bisa, maka dari itu. Reo membuat dirinya direpotkan. Beruntungnya Yamanaka selalu mengerti perasaannya, membuat Reo dapat menyampaikan keluh-kesahnya melalui Yamanaka.
Karena Yamanaka yang tidak mengabaikannya, Reo bisa menjalani kehidupan sekolahnya dengan baik-baik saja.
Saat ini Reo bersama Yamanaka sedang memberikan hukuman pada murid-murid yang terlambat. Mereka memang selalu disibukkan oleh hal-hal seperti ini. Yamanaka sebenarnya ingin sekali komplain pada para guru, karena seharusnya bukan mereka yang melakukan hal merepotkan seperti sekarang.
"Masa kita terus yang ngasih hukuman ke mereka, lagian hukumannya cuma bersihin toilet sekolah. Capek kalau cuma nungguin gitu dong," kata Yamanaka sambil menghela napasnya.
"Ya apa kita bisa komplain nih? Aku juga capek tahu."
Seketika Yamanaka langsung menatap ke arah Reo. Dia tidak menyangka, jika Reo akan mengatakan hal seperti itu. Padahal dia selalu menerimanya, dan terkadang tidak mengeluhkannya secara langsung pada Yamanaka.
Tapi kali ini justru berbeda. Barangkali Reo terlalu muak saja, apalagi menjadi ketua OSIS bukan keinginannya sama sekali. Walaupun nilainya akan ditambah karena aktif ikut dalam organisasi sekolah, Reo merasa bahwa itu pun tidak memuaskan.
Menjadi ketua osis hanya merepotkan baginya, apanya yang keren. Jika dia saja tidak bisa membagi waktunya untuk belajar.
"Sebenarnya jadi ketua OSIS tuh keren tahu, aku aja sujud syukur waktu kepilih jadi wakilnya. Karena memang sekeren itu, tapi buat Reo yang cuma suka belajar. Mungkin memang ketua OSIS gak ada apa-apanya ya," ucap Yamanaka yang sudah mengenal Reo dengan baik.
Itu sebabnya dia pun mengatakan perihal dengan apa adanya saja. Dan memang merupakan kebenaran, karena Yamanaka tidak suka mengarang.
"Kapan masa jabatanku berakhir ya?" tanya Reo dengan lesu. Di saat seperti itu saja, Reo masih sempat-sempatnya membaca buku.
"Nanti pas kenaikan kelas juga bakalan berakhir. Bentar lagi pun, nanggung kali kalau kau mau mengundurkan diri," sahut Yamanaka menepuk-nepuk pundak Reo, dan tersenyum tipis.
Beberapa saat setelahnya, Adip dan Zahra justru mendekati Reo. Mereka menatapnya dengan sinis, dari awal Reo juga sudah tahu. Bahwa Adip dan Zahra tidak menyukainya. Hanya saja dia tidak peduli, lagian apa urusannya juga. Buang-buang waktu saja jika harus meladeni kebencian mereka.
Jujur saja sebenarnya Reo bukan seseorang yang mau direpotkan. Apapun yang menurutnya merepotkan, dia pasti akan mengabaikannya. Hanya saja tidak banyak yang tahu tentang sifat aslinya, kecuali Yamanaka.
"Kau punya hubungan yang nggak baik ya sama, Hayat. Orang-orang cuma sibuk ngebelain kau, tapi mereka gak tahu apa-apa tentang kebenerannya. Kau malah jadi menjijikkan," ucap Adip tersenyum miring.
Reo tidak pernah mengerti, kenapa mereka berdua harus membenci Reo. Awalnya Reo berpikir bahwa mereka menganggapnya sebagai saingan, hanya saja lama-kelamaan mereka justru membencinya.
"Kau bisa diam nggak? Jangan ngerasa paling tahu di sini!" bentak Yamanaka yang mendorong Adip agar menjauh dari Reo.
Tidak semuanya harus memiliki alasan, apalagi jika membenci seseorang. Adip juga tidak pernah mengatakan alasan kebenciannya, dan dia pun tidak tahu kenapa harus menjadi seorang pembenci. Mungkin karena Reo selalu berada di atasnya, dia merasa bahwa Reo perlu disingkirkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]
Teen Fiction"Aku tahu jika kau terluka. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menyembuhkan lukamu." Dari seseorang yang telah disalahkan, dan menerima segala pelampiasan atas segala amarah yang tak tersudahi. Reo tidak merasa dirinya adalah orang yang baik, tapi dia a...