Jangan lupa vote dan comment yaa 🥰
~🖤~
Beda dari biasanya
***
Angkasa tiba di rumahnya tepat pukul lima. Ia mampir dulu ke toko untuk membeli sebuah buku. Saat melewati gerbang, ia tersenyum kepada penjaga. Sebenarnya Angkasa tipe orang yang ramah, namun ia hanya menunjukkan keramahannya kepada orang terdekat. Berbeda kepada orang yang baru dikenalnya ia akan bersikap acuh dan judes.
Setelah memarkirkan Mercedes Benz miliknya, Angkasa mengambil paper bag berisi buku. Ia masuk melalui pintu belakang, agar lebih dekat. Saat melewati dapur, ia berpapasan dengan seorang wanita.
"Sekarang di Indo sekolah emang sore ya pulangnya ?" tanya Arletta, wanita itu sedang menyeduh teh hijau di dapur.
Angkasa yang awalnya ingin berjalan, kembali untuk sekedar salim pada mommy-nya. "Aku beli dulu buku mi."
"Kebiasaan, nggak di indo nggak di London, beli buku terus." Sebenarnya Arletta tidak mempermasalahkan uang yang dipakai Angkasa untuk membeli buku, justru ia senang anaknya jarang menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Tapi Angkasa jadi sering mengabaikan orang-orang, ia lebih fokus pada bukunya.
"Setelah mandi, turun ke bawah, temenin mommy minum teh."
"Iyaa," balas Angkasa, ia pun berlalu menuju tangga.
***
Angkasa tiba di kamarnya. Ia langsung membereskan tas dan juga seragam, menyisakan singlet berwarna putih. Wangi parfum dengan ramah masuk ke dalam indera penciumannya. Angkasa menyukai wewangian. Angkasa memperhatikan kamarnya yang baru saja di renovasi dua bulan yang lalu. Sebelum pindah, papanya merenovasi rumah secara besar-besaran.
Kehidupan dengan sendok emas sejak lahir, dengan title tuan muda kaya raya membuat Angkasa selalu tampil sempurna dari atas kepala hingga telapak kaki. Angkasa memanfaatkan semua itu dengan baik. Namun dibalik kesempurnaan itu, Angkasa kecil kurang diperhatikan ibunya, karena Arletta mengalami depresi sejak kepergian adik kembarnya Angkasa. Lelaki itu sampai harus berpindah-pindah sekolah.
Setelah dua puluh menit, Angkasa keluar dari toilet. Handuk besar berwarna putih melilit di pinggangnya, menampilkan tubuh atletis dengan kulit seputih salju. Untuk standar seorang lelaki, kulitnya kelewat putih, mau selama apapun ia berolahraga di luar, kulitnya akan kembali putih. Mungkin ini karena faktor keturunan.
Sesuai permintaan mommy-nya, ia turun ke ruang tengah untuk menikmati teh. Angkasa tidak pernah menolak ajakan mommy-nya. Ia tahu Mommy-nya kesepian, apalagi sejak pindah ke Indonesia, Arletta harus beradaptasi dengan orang-orang baru lagi.
Saat tiba, Arletta sudah duduk dengan anggun, pandangannya tertuju pada layar persegi panjang bergambar di depannya. Angkasa pun mendekat, duduk tepat di samping mommy-nya.
Arletta memandangi putranya. "Anak mommy ganteng banget mau kemana ?"
Angkasa mengambil teh hijau dari meja. "Nggak kemana-mana, cuma mau tidur." Angkasa ikut menonton televisi yang menampilkan berita nasional.
"Gimana tadi di sekolah ?"
"Biasa mi."
"Kamu suka kan di sana ? Ketemu sama Ganta dan yang lainnya nggak? Sengaja mommy telfon tante Putri buat tanya-tanya."
"Suka mi, tapi..."
"Tapi apa ?"
"Sepupu Ganta, gadis mesum itu, Angkasa nggak suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATSA ( Cinta Si Gadis Bar-Bar)
Romantizm"Sa, lo nggak suka emang sama gue?" "gue cantik loh!" "Saa, dengerin gue kek!" "Hmm..." "Dingin tapi tidak kejam!" gumam Agatha dengan suara dibuat-buat. Semakin membuat Angkasa ilfeel. "Sa pacaran yuk ?" "Nggak!" "Gue cantik, semok, agak pinter...