Bugh! Bugh!
"Jadi cowo kok lemah banget. Kek bencong aja lo."
"Eh, eh, eh! Kok lo nangis?! Kocak banget!"
Ada yang bisa menebak ini pembullyan atau penyiksaan?
Yah, bisa keduanya sih' sebenarnya.
Oh, mau tau gak siapa orangnya?
Perkenalkan dia Arnovea Raveena. Gadis yang mempunyai rambut berwarna biru tua, yang panjangnya sampai bahunya. Oh, biasanya ia dipanggil dengan sebutan 'Ara'.
Nama panggilan yang pasaran sekali bukan? Padahal nama aslinya bagus.
Itu karena Ayahnya Arnovea, katanya biar kalau diingat gak susah. Soalnya, kalau ketemu bisa lupa nama anak sendiri.Maklum, kan' Bapak-bapak.
Gadis yang mempunyai julukan 'si Ratu penyiksa' oleh semua orang yang satu kampus dengannya, bahkan sampai semua guru juga ikut memberi panggilan seperti itu.
Kata semua orang; Arnovea itu gadis bermasalah. Benar, itulah dia. Dari yang membolos, menindas orang lain, dan hal paling buruk ia lakukan adalah menyiksa orang lain. Bahkan sampai ada korban yang masuk rumah sakit karena perbuatannya itu.
Apa semua guru di kampusnya diam saja, saat melihat kelakuan buruknya seperti itu? Gak, mereka sudah berulang kali memberi hukuman pada gadis itu dan bahkan mengancam mengeluarkannya dari kampus, tetapi apa? Ia bahkan tidak peduli sedikitpun dengan semua ancaman dan hukuman yang diberi oleh semua guru di kampusnya itu.
Hah?! Emangnya seorang gadis bisa begituh? Iya, bisalah kocak.
"Ara!"
Saat mendengar teriakan itu, ia langsung berhenti dari 'aktivitas' yang sedang dilakukannya itu. Ia menoleh mencari sumber dari teriakan tersebut dan terlihat seorang gadis sedang berlari ke arahnya. Membuat kedua bola mata Arnovea berputar dengan malas. Ah! Ia lagi tidak ingin diganggu, apa lagi harus berhadapan dengan 'gadis itu' sekarang.
"Ck, mulai, mulai. Berhenti, deh, kebiasan teriak lo itu, bikin telinga gue sakit, tau gak?!" teriak Arnovea dengan kesal dan melepas kerahan baju milik lelaki yang sedang menjadi korbannya itu sekarang.
"Biarin! Kalau itu bisa membuat kamu berhenti menyiksa orang lain seperti ini, aku akan terus berteriak sampai telinga kamu sakit terus. Kalau bisa tuli aja sekalian!"
Nah, ayo kita kenalan dulu.
Kenalin Laurelia Argantara.
Gadis yang mempunyai rambut berwarna coklat. Kulitnya itu seputih susu, bahkan Arnovea kalah putih dengannya. Dia emang cerewet, itu mengapa ia meneriaki arnovea segitunya tadi. Tenang, itu sudah hal biasa. Toh' mereka juga sudah temenan dari Sekolah dasar, jadi ia sudah biasa mendengar teriak seperti itu."Ck, ya kalau lo cuman mau berteriak, ya udah, ke mesjid sana. Kalau bisa lo adzan aja sekalian!" ucap Arnovea dengan jengkel karena terganggu dengan kehadirannya.
"IH!!! Aku, kan, di sini buat menghentikan kamu buat menyiksa orang lain, kenapa malah disuruh adzan, sih?! Dasar nyebelin, hmph!" sahut Laurelia dengan menunjukan bibir cemberut, berharap dirinya menjadi imut sekarang.
Gimana reaksi Arnovea?
"Dih? Lo kira imut begitu? Enggak! lo pergi, deh, sekarang. Eneg gue lihat wajah lo di sini," usir Arnovea dengan masih memakai nada bentak kepada sahabatnya itu.
Mata Laurelia langsung berkaca-kaca setelah dirinya di usir secara kasar oleh Arnovea.
Tap! Tap! Tap!
Terdengar suara langkah kaki begitu cepat dari arah belakangnya. Belum juga berbalik, orang itu sudah melewatinya dan menghampiri Laurelia yang sudah terisak tangis.
"Sayang! Ada apa? Kenapa kamu menangis? Siapa yang telah melukai hati kamu, Sayangku?!" ucap seorang lelaki dengan nada begitu khawatir, sambil memegangi wajah Laurelia yang sudah dipenuhi air mata.
Nah, kalau ini Abian Stevanno. Pacar dari Laurelia. Mempunyai kulit coklat tapi dia manis, rambut berwarna hitam dengan wajah yang menawan. Namun, sepertinya kemenawanan dari wajahnya itu tidak akan berguna lagi, karena memiliki sifat sangat menyebalkan.
Cocok sih' mereka pacaran, kelakukan tidak beda jauh.
"Cuih! Alay. Pergi sono lo berdua. Di larang orang stres buat ada di sini, karena yang boleh di sini hanya orang waras," ucap Arnovea sambil mengibaskan rambutnya. Yakin kamu waras, dek?
Abian langsung melotot ke arah Arnovea, "Maksud lo apa, hah?! Ooohh, pasti lo, kan? yang udah berani banget buat cewe gue nangis!" tuduh Abian dengan melepaskan pegangan tangannya dari wajah Laurelia, setelah itu melangkah ke hadapan Arnovea.
"Kalau iya, kenapa? Itu juga salah Lia sendiri, datang-datang teriak. Bagaimana gue gak kesal?! Nih, telinga gue sampai sakit dengar teriakannya itu!"
Arnovea tidak membantah akan tuduhan dari Abian katakan tapi juga tidak ingin mengalah untuk berdebat dengannya, sambil menunjuk ke arah telinganya.
"Nggak ada ya! Cewe gue nggak pernah salah. Lo aja yang bermasalah!" balas Abian yang sama saja tidak ingin mengalah dari Arnovea.
"Stres..." Arnovea menghela napas kasar dengan tatapan jengkel ke arah Abian. Tidak Laurelia, tidak Abian. Mereka sama saja menjengkelkan, pantas saja pacaran.
"Ya udah, gue minta maaf." Arnovea akhirnya memilih mengalah karena sudah capek berdebat terus menerus dengan lelaki gila di depannya itu.
"Dih?! Enak aja bilang maaf doang, nggak, nggak! Lo itu harus sujud kalau perlu!" sahut Abian yang terlihat belum puas, membuat Arnovea memutar bola matanya dengan malas.
"Stres lo, bangsat! Lia, kita beli seblak aja, yok. Tinggalin aja, cowo stres lo ini sendirian di sini!" ucap Arnovea sambil meraih tas miliknya yang ada di dekatnya itu dan setelah itu berjalan pergi lebih dulu dari sana.
Saat mendengar makanan kesukaannya keluar dari mulut sahabatnya itu. Laurelia langsung berhenti menangis dan tersenyum lebar."Okey!! Yukss!!!" sahutnya dengan semangat dan langsung berlari ke arah Arnovea, meninggalkan Abian sendirian dengan ekspresi kebinggungan.
"Lah? Jancok! Capek-capek belain, malah di tinggal begitu saja. Sayang!" teriak Abian dengan frustasi, akibat kelakukan pacarnya itu sekarang.
Segitu dulu, bantu vote supaya aku makin semangat, maaf ya kurang jelas kerna pemula hehe.💕💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Will I recover?
Misterio / Suspenso[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!!] "Kalau gue hari ini merasakan sakit, itu berarti gue harus bikin orang lain lebih sakit dari gue rasakan hari ini." "Pundak gue sudah tidak kuat. Terlalu banyak beban yang gue tanggung di sini." "Rumah aku berisik dan...