BAB 1: Ketidak sengajaan.

58 19 0
                                    

"akhirnya perempuan yang akan membawakan cerita yang begitu besar ini, aku temukan."
-Ashlan Virendra.

Arnovea dengan Laurelia memang sudah berada di kantin kampus mereka. Namun wajah Arnovea begitu masam sekarang, dengan ujung kukunya yang diketukan terus menerus pada meja.

"Lia, gue ingat tadi hanya menyuruh lo deh' buat ngikuti gue tapi...KOK PACAR LO IKUT KE SINI JUGA?!!!" teriak Arnovea frustasi.

Tidak ada yang mengira Abian juga akan ada di sini. Bahkan wajah lelaki itu, tidak tau diri. Dengan kesadaran penuh, ia memesan porsi yang lebih banyak dari mereka berdua.

"Sttt! Kalau makan itu jangan berisik." sahut Abian dengan santai sambil memakan seblak yang ada di hadapannya.

"Lo emang gak tau diri, yah!"

"Siapa?" tanya Abian.

"Lo--"

"Yang nanya!! HAHAH!!!" balas Abian dengan tawaan yang begitu pecah kepada gadis di depannya itu.

Bruk!!

"BANGSAT!!!!" teriak Arnovea dan memukul meja di hadapan mereka itu, yang membuat meja itu langsung bergetar.

"Woy! Kalem bos!! Jangan tantrum di sini, gak ada juga yang beri lo duit." ucap Abian sambil memegangi mangkuk seblaknya itu.

Sudah dibayarin, rugi dong kalau jatuh.

"Lo kira gue topeng monyet?!"

"Emang-- Akh!! SAYANG! TOLONG! AKU GAK BISA BERNAPAS!" teriak Abian, saat Arnovea mencekik lehernya secara tiba-tiba.

Laurelia yang sadari tadi hanya duduk dengan tenang dan memakan seblak miliknya, tidak terganggu sedikitpun oleh pertengkaran mereka berdua dari tadi.

Sudah biasa, jadi Laurelia kalem aja' gitu.

Bibir Arnovea tertarik ke atas, membentuk seringai. "Sepertinya yang penting sekarang adalah seblak miliknya, bukan lo lagi!" ucapnya setelah itu tertawa begitu keras.

"Dasar psiko-- Akh!"

Arnovea makin mengencangkan pegangan pada leher Abian dengan tatapan tajam yang diberikan olehnya. Membuat wajah lelaki itu memucat, karena mulai kehilangan napas.

"O-okey, gue gak akan manggil lo begitu! L-lepasin gue! Gue akan berhenti bicara!"

Usai mengatakan itu, Arnovea melepaskan tangannya dari leher Abian. Lelaki itu langsung menghirup udara dengan rakus dan memegangi lehernya yang habis dicekik oleh Arnovea.

Arnovea duduk kembali di hadapan mereka dan melanjutkan makan seblak miliknya.

Suasana menjadi tenang setelah itu. Dengan ketiga orang itu sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

Tidak tenang sepenuhnya, sih. Abian sudah kembali normal lagi dan mulai membucin lagi bersama Laurelia.

Tapi apakah mereka benar-benar membucin? No. Tentu saja gadis itu lebih menomorsatukan makanan 'favorit' nya sekarang dibanding kehadiran kekasihnya itu.

Pacar nomor satu? No.
Seblak nomor satu? Yes!

Arnovea hanya diam menatap mereka berdua sambil menikmati seblak miliknya, hingga terlintas sesuatu dipikirannya.

"Kalau dipikir-pikir, dulu Lia suka gonta ganti pacar, deh. Kok bisa yah, sekarang dia ketemu cowo seperti Abian. Heran, kenapa gak kena karma tuh' anak?" batin Arnovea yang begitu fokus menatap kedua orang di hadapannya itu.

Will I recover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang