47

2K 190 16
                                    

****

Jangan lupa vote dan komen♡♡♡

Typo tandain

****

×××××

"Tuan, anda tak berniat melihat sedikit pun wajah anak anda?"tanya Alavin disela langkahnya.

"Tidak"sahut Aldrich lalu memasuki sebuah mobil.

Alavin berhenti disamping mobil, menatap diam mobil itu yang mulai berjalan hingga menghilang dari pandangan matanya.

Ia menghela nafas, setelahnya melangkah pergi entah kemana.

"Vin, kamu nggak papa kan?"tanya Irene sembari mengupas apel.

Chaiden menggelengkan kepalanya. "Yeah, I'm not okay"jawab Chaiden walau ia sempat meringis sembari memegang sudut bibirnya yang luka.

"Nggak usah bicara Revin, kamu kan bisa mengangguk aja"Irene mengoceh hingga mendapatkan cegiran dari pria itu.

Ruangan itu kembali sunyi, Irene masih sibuk mengupas apel sembari menatap kosong ke depan hingga tanpa sadar ia malah menyayat jarinya.

Chaiden tadinya sibuk menutup matanya hingga sebuah cairan yang menjatuhi tangannya membuat ia cukup terganggu. Ia membuka matanya, ingin melihat cairan apa yang terus mengenai lengannya itu hingga ia membulatkan matanya ternyata cairan itu adalah darah, dengan dihujani rasa kepanikan dan kekhawatiran, ia langsung memukul pelan pipi Irene tak mempedulikan tangannya yang sakit.

"Ren hey, kenapa melamun?"tanyanya kepada Irene yang sudah tersadar sepenuhnya.

Irene menutup rapat mulutnya, hanya bisa menggeleng pelan.

Chaiden menghela nafas, setelahnya mulai memencet sebuh tombol.

"Yah, aku mengerti privasi kamu"

****

Hari sudah berganti pagi, seorang wanita memasuki sebuah ruang di rumah sakit yang cukup luas. Ia berjalan mendekati hospital bed terdapat seorang wanita yang terbaring kaku disana.

Wanita itu mendudukkan dirinya dikursi lalu meraih tangan Calista yang tak terbalut impus.

"Iv, pasti disana lo lagi bersama dengan Calista yah? Tapi gue boleh minta satu permintaan sama lo nggak? Lo bisa nggak sih jangan ninggalin gue sendiri disini? Alasan gue ada di dunia ini karena lo Iv, bukan yang lain, hanya lo aja"ujar Irene sembari mengigit kuat bibirnya agar tak mengeluarkan suara isakkan.

"I-ivana, gue nggak masalah lo komanya satu tahun kek, tiga tahun kek, tapi satu masalah yang gue takuti. Lo-lo ninggalin gue sendiri didunia ini, kalau nggak ada lo siapa nanti yang bakalan temenin gue?"

"Jadi gue mohon, sangat memohon, lo cepat bangun yah? Ada banyak orang yang menyayangi lo, menunggu lo bangun, termasuk Aldrich. Gue tau, pasti ada rasa cinta yang mulai hadir dihati lo bukan Iv? Tapi lo nggak nyadarin"

"Ren"panggil seorang pria baru saja masuk menggunakan kursi roda.

Irene tak langsung berbalik, melainkan mengusap pipinya terdapat bekas air mata setelah itu mulai berjalan menghampiri pria itu sembari tersenyum.

"Aku sudah selesai, kita balik, lagian kamu juga ngapain si pengen ikut?"Irene bertanya heran sembari mendorong kursi roda Chaiden.

"Biar calon istri dan ibu dari anak anakku tidak terlalu lama sedih dan.."Chaiden sengaja menjeda ucapannya.

Us And Destiny (Transmigration) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang