39

6.2K 342 4
                                    


°

°

°

°

Typo tandain♥︎


×××××

Aldrich menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita berjalan bersama entah siapa disampingnya ia tak peduli.

"Elle"panggil Aldrich memastikan agar ia tak salah orang.

Merasa namanya disebut, Calista menoleh, tatapan mereka berdua bertemu hingga sebuah senyum manis hadir di wajah cantiknya.

Olivia hanya diam menyaksikan semuanya, hingga tatapnya berhenti dimana Alvino berada sembari menatap mereka berdua dengan langkah sedikit mundur.

'Ngapain dia kesini?' Batin Olivia.

Calista berjalan menuju Aldrich terlihat sedikit mengukir senyuman walau hanya senyuman tipis tapi apakah dirinya bermimpi? Seorang Aldrich Jayden Wheeler  tersenyum!?

Sebisa mungkin Calista terlihat biasa biasa saja walau jantungnya berdetak cukup kencang.

'Ngapain juga sih nih jantung? Lebay amat, moga aja nggak kedengaran' batin Calista.

Sesampainya didepannya Aldrich, Calista menghentikan langkahnya, tak mungkin juga kan terus melangkah? Tubuh Aldrich tidak tembus pandang.

Calista mengusap perutnya. "Ngapain kemari?"tanya Calista setelah selesai mengumpulkan keberanian untuk bersuara.

Aldrich tak menjawab, malah menarik lengan Calista lembut membuat Calista mau tak mau harus mengikuti.

Ia berbalik untuk berpamitan pada Olivia tak lupa melambaikan tangannya.

"Aku pamit dulu yah, makasi untuk semuanya Livia!"kata Calista sedikit berteriak.

"Iya nona, hati hati!"balas Olivia sembari membalas lambaian tangan Calista tak lupa senyuman lebar senantiasa terukir diwajahnya. Akhirnya ia sedikit lega tak terlalu lagi memikirkan takdir Calista beberapa saat.

Olivia terus menatap punggung Calista hingga jauh dan menghilang. "Saya harap, apa yang dikatakan kakek tua itu tidak terjadi"gumamnya kemudian mendongak menatap langit cerah.

"Oh Tuhan, panjangkanlah umurnya"gumamnya berdoa hingga beranjak dari sana.

"Nggak nyangka Saya, ternyata yang tadi lewat itu suaminya wanita cantik kemarin berpapasan dengan saya"curhat Dimas kepada Dian.

Dian mengangkat sebelah alisnya. "Terus? Apa hubungannya dengan saya?"

"Ck, teman nggak guna"

Baru saja sampai, Dimas kembali pergi dari saja membuat Dian semakin bingung.

"Loh?"

*****

Sebelum memasuki mobil, Calista menyempatkan berbalik menatap desa itu, dimana dia tinggal beberapa bulan ini bersama Olivia kemudian benar benar masuk kedalam mobil.

Di sebuah pohon tak jauh dari mobil itu, seorang pria terlihat terus memandangi mobil baru saja Calista masuki.

"Saya tak akan membiarkanmu pergi dari hidupku Calista. Kamu milikku dan tetap akan menjadi milikku, siapapun pria itu Saya akan membunuhnya, itu janjiku"tekadnya mantap.

Di perjalanan, suasana dalam mobil hening, tak ada suara apapun, hanya suara kendaraan saja yang terdengar.

Calista terlihat sedikit canggung dan memilih menyibukkan diri menatap pepohonan saja hingga manik matanya menangkap sebuah toko buku.

Us And Destiny (Transmigration) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang