Rere
Even if we can't be together in the end, I'm glad that you were part of my life. -Pinterest
"Gak kerasa ya Re, bentar lagi mau ganti tahun aja. Gue nggak nyangka sih kalau tahun ini, gue ketemu cewek unik kayak lo buat tahun baruan."
Rakel menyadarkan gue dari lamunan panjang di dalam mobil. Bahkan, gue baru menyadari bahwa kita udah mau sampai di tujuan setelah menghabiskan 15 menit di perjalanan. Gue menoleh ke arah Rakel sebentar, lalu kembali menatap jalanan.
"Kerasa, Kel. Kerasa banget enam bulan ini waktu kita sama-sama."
Gimana enggak, kalau setiap hari, hari-hari yang gue jalani selalu sama lo? Kayaknya gue bisa menghitung dengan jari-jari tangan deh berapa hari gue datang ke kampus sendirian tanpa lo. Gue juga bisa menghitung dengan jari-jari tangan dan kaki, berapa kali lo absen nggak menemui gue selama 6 bulan ini. Jadi, semuanya benar-benar kerasa gimana kita berdua menghabiskan hampir setiap hari bersama.
"Iya, sih. Maksud gue kayak... kita haha-hihi, tau-tau mau dua ribu tujuh belas aja."
"Terus gimana skripsi lo? Udah acc?" gue mengalihkan topik.
"Dosen gue bilang satu kali lagi revisi, jadi lusa gue mau nemuin lagi beliau, Re. Doain ya! Akhirnya gue mau sidang juga."
"Of course! Akhirnya mau lulus juga, nggak jadi mahasiswa abadi nih, good job." Kali ini, giliran gue yang mengacak-acak rambutnya sementara dia masih sibuk menyetir.
Lima menit berlalu dan sampai lah kami di depan bakery langganan. Karena parkirannya cukup penuh, Rakel memutuskan parkir di depan warung gerobak nasi rames yang posisinya tepat di sebrang bakery.
"Kenapa kok nggak cobain kuliner baru, Re? Kita sih ke sini hampir tiap malam minggu. Lo nggak bosen?"
Gue menggeleng sambil menyunggingkan senyum tipis. "Enggak, kok. Selama sama lo, gue nggak pernah bosen."
Karena gue nggak tau, Kel, apa tahun depan gue bisa ke sini lagi sama lo atau enggak. Karena gue benar-benar nggak tau, Kel, apa mungkin ini kali terakhir kita ke sini sama-sama?
"Kok ngelamun?" gue bertanya lagi karena sadar ada yang berbeda dengan Rakel hari ini.
Cowok itu menggeleng lalu membuka sabuk pengamannya. "Lo hari ini bukan lo banget deh Re. Ada sesuatu yang lo sembunyiin ya?"
"Emang ada yang bisa gue sembunyiin dari lo?"
Rakel mengangkat kedua bahunya dan bergumam pelan banget nyaris berbisik, "perasaan lo?"
"Udah yuk kita masuk." Gue jadi orang pertama yang keluar dari mobil dan berjalan menghampiri pintu pengemudi. Rakel memegang tangan gue untuk menyebrangi Jl. Progo yang nggak terlalu besar itu.
Saat tiba di tempat, gue langsung menuju etalase kue sementara Rakel memutuskan untuk memesan sandwich. Jadi dia bergegas menuju etalase sandwich. Kami menghabiskan 10 menit untuk memilih dan memesan menu, lalu memutuskan untuk duduk di area outdoor. Meski cuaca hari ini cukup terik, tapi karena suasana di sini banyak pepohonan, jadi udaranya tetap sejuk.
"Kita tahun baruan bareng kan, Re?"
"Lo maunya gimana?" tanya gue balik sambil menyendokkan suapan kecil kue Red Velvet ke dalam mulut.
"Iya lah, parah banget kalau enggak."
"Hahaha, tapi kalau ada cowok lain yang ngajak gue jalan bareng di malam tahun baru, gimana?"
YOU ARE READING
Renata & Rakel [OSH]
General FictionRakel; penikmat pagi, pecinta kopi, penggemar BBQ, black forest cake dan spaghetti, penyuka puisi, gunung, dan musik pop-rock, serta rapi dan rajin. Renata; penikmat senja, pecinta thai tea, penggemar junkfood, Red Velvet cake dan fusilli, penyuka n...