Sekarang kamu di sini,
Besok kamu tetap di sini,
Lusa kamu masih di sini,
Tahun depan, mungkinkah kamu pergi?
Rena
Sore itu, waktu Kak Raka selesai belajar intensif untuk ujian, dia bela-belain dateng ke rumah gue. Padahal gue tau dia kecapekan. Padahal gue tau mukanya waktu itu pucat mungkin karena telat makan. Tapi, dia tetep dateng ke rumah. Alasan sederhana, karena dia tau gue takut hujan dan gelap. Dia tau gue sendirian di rumah karena nyokap bokap gue masih kerja. Karena adek gue biasa pulang bareng nyokap. Dan sore itu, dia beneran dateng pakai jas hujan warna biru navy, lalu kita berdua duduk di teras rumah. Dia minta dibuatin Teh Susu anget kesukaannya, terus kita ngobrolin banyak hal. Waktu gue ajakin masuk, dia bener-bener nolak keras katanya dia takut dia macem-macem ke gue. Tau sendiri hormon anak SMA cowok nanggung kayak gimana, kan?
Hari itu, sambil menikmati Teh Susu anget dan Pop Mie seadanya, kita ngabisin waktu sore menjelang malam di teras rumah. Hari itu, gue menyadari kalau gue yang masih kecil dari segi umur, tapi udah bisa menyayangi orang sedalam itu. Hari itu, gue semakin jatuh cinta sama kebaikan dan kesederhanaan seorang Kak Raka yang padahal famous abis di sekolah.
"Kak kenapa sih kok kamu nggak pacaran sama orang lain aja? Kenapa kamu harus nembak aku?"
Kak Raka senyum manis sambil menyeruput Teh Susu-nya. Dia natap gue intens dan ngasih jeda beberapa detik sambil akhirnya dia buka suara, "kamu mau jawaban serius atau bercanda?"
"Loh?" gue bingung sambil mengerjap-ngerjapkan mata. "Hmm, bercanda?" tanya gue ragu-ragu.
"Karena cuma kamu yang bisa bikinin aku Teh Susu enak." Kak Raka ketawa, gue menggerutu. Bercanda, emang. Tapi ngeselin. Terus dia ngomong lagi, "Hahaha, kan kamu bilang bercanda. Ya itu jawabannya."
Meski kesal, tapi diam-diam gue ikut tersenyum. Ya gimana nggak senyum kalau liat Kak Raka ketawa tuh eye smiling-nya manis banget, gue nggak tahan liatnya.
"Ya udah, sekarang serius deh."
"Beneran mau tau?"
"Iya cepet. Kalau nggak ntar aku suruh kamu pulang."
"Emang kamu berani tinggal sendiri gelap-gelap dan hujan gini? Nanti ada petir gima—"
"Kak!"
Kak Raka terkekeh sendiri lalu beberapa detik kemudian dia berhenti dan menatap gue dengan sorot meneduhkan. Teduh banget bikin kekesalan gue langsung lenyap terbawa angin sore.
"Karena cuma kamu yang bikin aku merasa dibutuhkan, Re. Cuma kamu, cewek yang berhasil bikin aku rela ngelakuin apa aja selama aku bisa. Cuma kamu cewek yang butuh aku tanpa memanfaatkan kondisi aku sekarang. Dan ya, untuk cowok seumuranku ini, mencintai seseorang emang butuh alasan. Dan alasan itu udah lebih dari cukup kenapa aku pilih kamu."
Pada akhirnya sekarang gue tau dan ngerti banget, kenapa gue sesayang itu sama Kak Raka. Kenapa setelah lewat bertahun-tahun lamanya, gue nggak bisa untuk lupain dia bahkan sekedar merelakannya. Karena hari itu, gue sadar kalau gue udah mencintai terlalu dalam. Di usia gue yang bahkan mungkin masih terlalu muda. But yes that was I am.
If you love too much, you will hurt so much.
See? Sampai detik ini gue masih sering ngerasa sakit tiap kali inget dia. Ah, bahkan setiap hari gue masih selalu mengingat dia. Sedalam dan sesering itu.
YOU ARE READING
Renata & Rakel [OSH]
General FictionRakel; penikmat pagi, pecinta kopi, penggemar BBQ, black forest cake dan spaghetti, penyuka puisi, gunung, dan musik pop-rock, serta rapi dan rajin. Renata; penikmat senja, pecinta thai tea, penggemar junkfood, Red Velvet cake dan fusilli, penyuka n...