I just miss the moment
when my heart melts
by someone's hug
Rere
Gue benci banget sama yang namanya junk food karena makanan itu selalu berhasil bikin gue gemuk dan sakit di kemudian hari. Tapi, malam itu gue inget lagi ngerjain tugas dibantu Kak Raka. Karena nggak ada makanan apa pun, akhirnya cowok gue pesenin junk food. Sempat berdebat sengit bahkan gue hampir pulang waktu itu karena nggak mau makan tapi Kak Raka maksa.
"Kamu nggak akan gendut hanya karena sesuap pizza, Re. kamu juga nggak akan mendadak gendut hanya karena sepotong fried chicken. Dan, kalau pun kamu jadi gendut, aku nggak akan undur diri buat jadi pacar kamu kok."
Kalimat itu pada akhirnya berhasil membuat gue mau memakan junk food meskipun masih sedikit-sedikit. Sekarang, setiap kali gue datengin Mc.Donald, KFC, Pizza Hut, dan resto makanan cepat saji semua, satu-satunya orang yang terlintas dalam pikiran gue hanya Kak Raka.
Kalau pun kamu jadi gendut, aku nggak akan undur diri buat jadi pacar kamu kok.
Kak, bisa gak ya gue nemuin seseorang sebaik lo lagi?
"Re, maafin gue soal yang tadi." Kali ini suara Rakel berhasil menarik gue dari masa lalu. Ah, maksudnya kenangan masa lalu.
"Lo boleh benci gue. Lo boleh marah banget sama gue. Lo mau maki-maki gue juga nggak papa. Tapi please, jangan pergi."
"Kenapa?"
Setelah gue yang dari tadi diem, kini giliran Rakel yang mendadak berhenti mengunyah pizza-nya. Padahal, kayaknya dari tadi dia semangat makan. Terbukti dari potongan pizza sekarang yang tersisa 3 potong lagi. Padahal seinget gue, gue baru makan 2 potong.
"Kenapa ya Re?"
Lah? Gimana ceritanya dia malah nanya gue balik?
"Nggak tau, gue ngerasa cocok aja temenan sama lo. Dari banyaknya cewek yang pernah jalan sama gue, cuma lo yang mau nerima lagu pop-rock di media player mobil gue. Dari puluhan temen gue, cuma lo yang nggak julid kalau gue lagi baca buku puisi. Dari banyaknya cewek yang pernah jalan sama gue, cuma lo yang nggak nolak saat gue ajakin mendaki ke Gunung Papandayan. Padahal, waktu itu lo baru pulang liburan dari Pangandaran." Rakel menggeleng pelan, terus menghela napas sejenak.
"But, above of all, maybe it's because you're Renata Claris."
Kita berdua tatap-tatapan bentar sampai akhirnya Rakel melanjutkan kalimatnya.
"Dari banyaknya perbedaan kita, lo masih tetap mau nerima gue. Seusil apa pun gue ke elo, lo nggak pernah pergi dan menghilang. Gue suka ketika lo bisa nerima keabnormalan yang gue punya. Lo inget nggak kalimat apa yang bikin kita jadi deket sampai sekarang?"
Gue dan Rakel tatap-tatapan lagi sampai akhirnya gue bersuara, "being normal is bored. So, would you be my partner to do lots of abnormal thing?"
Tanpa gue sangka, Rakel juga ikut mengucapkan kalimat yang sama dengan lancar. Tanpa kurang satu kata pun. Hitungan detik setelahnya kita berdua langsung ketawa nggak jelas kayak orang gila. Tapi nggak lama sih, kita berdua akhirnya diem-dieman lagi.
Gue mengambil potongan pizza ketiga. Dengan tatapan menerawang, tiba-tiba gue melontarkan pertanyaan ke Rakel—masih tanpa natap dia. "Kel, lo tau nggak kenapa gue suka junk food?"
YOU ARE READING
Renata & Rakel [OSH]
Ficção GeralRakel; penikmat pagi, pecinta kopi, penggemar BBQ, black forest cake dan spaghetti, penyuka puisi, gunung, dan musik pop-rock, serta rapi dan rajin. Renata; penikmat senja, pecinta thai tea, penggemar junkfood, Red Velvet cake dan fusilli, penyuka n...