#2 Thai Tea

470 90 41
                                    

Because you make everything so difficult...

.

.

.


Rena



Kata orang, cinta masa SMA itu cuma cinta monyet. Masih kata orang juga, pacaran dari SMA pasti ujung-ujungnya putus dan berakhir nggak akan bisa bersama. Dulu, waktu SMA, gue terlalu dengerin kata orang sampai akhirnya malah jadi boomerang dan sugesti untuk diri gue sendiri.


"Re, cobain deh teh ini, enak parah. Ini teh dicampur susu, pakai es batu."



Gue hanya bisa memandangi Thai Tea di depan jendela yang sudah basah karena hujan. Gelas pun mulai berembun karena esnya mencair. Setengah jam berlalu, yang gue lakukan cuma termenung memandangi kaca jendela dan gelas kaca yang mulai basah. Sialnya, sekarang mata gue jadi ikutan basah karena inget dia.

Namanya Kak Raka, dua tingkat di atas gue, sekaligus jadi pacar pertama gue. Cowok yang udah janji bakal nunggu gue di Unpad, di jurusan yang gue tempati sekarang. Cowok yang udah janji bakal selalu ada dan siap bantu gue belajar saat gue kesusahan, yang udah janji bakal ajak gue kuliner yang enak-enak keliling Bandung. Semua janjinya masih gue tunggu sampai sekarang, meski gue tau dia nggak akan pernah bisa menepatinya lagi. Sama sekali nggak akan bisa.

Karena malam itu dia pergi, tepat di malam perayaan kelulusannya masuk SNMPTN jalur undangan ke Unpad. Malam itu, waktu gue dan teman-teman seangkatannya nunggu di café yang udah direservasi khusus, tiba-tiba mendapat kabar kalau Kak Raka udah nggak ada. Kak Raka meninggal saat perjalanan dari tempat kecelakaan ke rumah sakit. Kak Raka tiba-tiba pergi tanpa pamit ke gue sama sekali. Kak Raka pergi membawa puluhan janjinya yang nggak akan pernah bisa dia tepati lagi.

Dia yang pertama buat gue, yang ternyata, tanpa sadar, membuat gue nggak percaya lagi kalau cinta itu bisa selamanya. Dia buat gue percaya kalau gue nggak boleh sesayang itu sama seseorang yang bisa gue miliki. Dia meyakinkan gue bahwa memiliki, pada akhirnya hanya akan meninggalkan bekas luka yang mendalam. Bahwa rasa ingin memiliki pada akhirnya hanya berujung dengan perpisahan dan kehilangan.

Dia membuat gue pada akhirnya memutuskan untuk nggak lagi ingin memiliki. Karena gue takut, gue benar-benar takut rasa kehilangan itu muncul lagi setelah gue kehilangan dia bertahun-tahun silam.

Selama ini gue mencoba, tapi nyatanya gue nggak bisa. Gue nggak bisa untuk membuka hati sama siapa pun karena sekali lagi, Kak Raka berhasil membuat gue ingin membuang jauh-jauh rasa ingin memiliki itu.



"Hayo!" gue nyaris menumpahkan gelas berisi Thai Tea waktu tiba-tiba adek gue satu-satunya datang sambil mengejutkan.

"Sialan lo. Siapa suruh ngagetin gue?!"

"Duh duh Kak sakit ih. Memar nanti tangan gue lo pukulin gitu. Nggak nyadar apa tenaga lo nggak beda jauh sama Chris John?"

"Bodo. Ngomong lo sama hujan."

Raffa memilih duduk di sebelah gue dan membuat suasana kembali hening karena nggak ada obrolan apa pun selama beberapa menit.

"Keingetan A Raka ya?"

Rasanya udah lama banget nggak denger Raffa ngomong A Raka karena dia tau, tau banget seterluka apa gue setelah Raka pergi. Meskipun waktu itu dia masih ada di kelas 2 SMP, tapi, seiring berjalannya waktu dia sadar kalau gue masih belum bisa rela sama kepergian Raka.

Renata & Rakel [OSH]Where stories live. Discover now