#11 Absurd Feeling

263 54 36
                                    

Will you stay with me,
a bit longer?




Rakel



Astaga, hari ini tuh kenapa sih? Dari semenjak gue bangun tidur sampai sekarang, ada aja hal yang bikin gue pengin ngamuk. Bangun kesiangan, digangguin fans nggak penting lewat telepon, diomelin Arsya karena gue ketiduran pas ngechat sama dia, sampai kampus ternyata dosen pembimbing gue berhalangan hadir. Tepat setelah gue nungguin beliau satu jam di depan ruangannya. Eh, sekarang ditambah lagi ketemu Ica dan Juna yang lagi jalan sambil ketawa-tawa.

Kayaknya kita nggak cocok deh Kel. Hubungan kita terlalu kaku.


Kaku lo kira hubungan kita kanebo kering?



Tiap kali inget salah satu kalimat Ica waktu minta putus bikin gue empet banget. Waktu pacaran yang nggak sebentar ternyata nggak bikin cewek itu mikir dua kali untuk minta putus dari gue. Lucu, ya. Setelah pacaran lama, ngabisin waktu berdua, dia minta putus dengan alasan nggak cocok. Terlalu kaku. Terus lo ketawa-ketawa selama sama gue tuh kepaksa, gitu? Aduh, mumet banget kan pikiran gue sekarang.

"Kak Rakel!"

Gue kaget begitu ada suara seseorang yang tanpa permisi langsung gandeng tangan gue. Pas gue noleh, ternyata Arsya. Dia nyengir lebar dan matanya membentuk bulan sabit kalau dia lagi senyum. Manis, sih. Tapi...

"Kakak ke sini jemput aku ya?"

"Sya lepas dong jangan gandeng-gandeng. Lo kira gue truk?" ucap gue asal sambil menepis gandengan Arsya.

"Dih kok ngelucu sih?" terus dia ketawa renyah.

"Woy Kel!"

Mampus. Juna sama Ica liat gue sambil berjalan mendekat dan melambaikan tangannya. Begitu mereka udah di depan gue, tatapan Ica langsung mengarah ke Arsya yang keliatan nggak suka sama sekali. Keliatan banget meskipun dia berusaha menutupi itu.

"Nggak bareng Rere lo?" ini Juna yang tanya.

"Nggak, dia lagi ada kelas."

"I think she's the only one, Kel. But the truth is..., she's just one of ya?"

Gue mengernyit sambil menatap Ica tajam. Meskipun gue sebel banget sama pertanyaan dia, tapi gue nggak bisa menyangkal kalau itu memang bener. "Both of them are my friends. So what's wrong?"

Arsya masih menatap gue dan Ica gantian dengan tatapan bingung kali. Nggak tau deh, gue lagi nggak mood banget hari ini. Gue butuh Rere sekarang juga.

"Kak, makan yuk!" suara Arsya akhirnya membuyarkan suasana hening di antara kami berempat.

"Gue mau balik ke kosan Sya. Sorry gue duluan." Setelah meninggalkan mereka, gue bergegas menuju parkiran mobil sambil sesekali menendang batu atau pun daun yang ada di depan pandangan gue. Sial, kenapa gue harus marah di saat apa yang Ica bilang itu bener? Tapi, yang gue nggak ngerti, apa gue marah karena omongan Ica atau marah karena ngeliat Ica bisa ketawa sebahagia itu sama Juna ya? Sementara kondisi gue sekarang ya... gitu deh.


Setelah masuk mobil, gue nggak berniat nyalain mesin sama sekali. Gue malah termenung. Pikiran gue flashback ke waktu bertahun-tahun lalu, saat nyokap masih ada di rumah. Saat gue jadi satu-satunya orang yang diperhatikan dan disayangi. Apa gue nggak berhak buat dapetin kasih sayang dan perhatian ya? Apa orang kayak gue nggak pantes untuk dicintai sama orang lain? Iya, tau. Gue bajingan. Gue nakal. Gue brengsek. But still, I'm a human too. I want to live as a normal person in this world. I just want to be loved and to be cared. Are those too much to ask?

Renata & Rakel [OSH]Where stories live. Discover now