HAPPY READING
.
.
.
."Makasih udah datang ke sini, maaf kalo Reva masih sering merepotkan kakak.." ucap Evan. "Oh ya Baby, kenalin ini Kak Feni, udah seperti kakakku sendiri.." Evan memperkenalkan Feni pada Shani sembari tersenyum.
Feni tersenyum hangat. "Repotin kakak sendiri gapapa kali, kakak gak bisa lama ya.. Bang Nando butuhin kakak nih.." katanya memperlihatkan chatnya dengan sang suami.
Jika Feni dokter pribadi Evan dan Amy dulunya dan hingga sekarang. Sedangkan Nando dokter pribadi keluarga besar Evan. Mereka berdua adalah pasangan suami istri yang ideal. Sudah dikaruniai anak laki-laki yang memiliki segudang prestasi akademik. Mewarisi kepintaran kedua orang tuanya.
Back to topik..
Evan mengangguk, "Kapan-kapan main ke sini Kak, ajak Regan juga."
"Oke deh, nanti kalo kita ada cuti bareng. Oh ya Shan, kamu cepat sembuh dan perbanyak minum.." ucap Feni mengusap puncak kepalanya.
"Makasih Kak.." balas Shani senyum.
"Sayang, aku antar kak Feni ke depan dulu ya.." pamitnya.
"Udah nggak usah, kamu disini aja dek.. Jagain Shani.." kata Feni lalu menatap keduanya kemudian beranjak pergi.
Beberapa menit kemudian, kebosanan menyelimuti mereka berdua. Shani menghela napas, bibirnya mengerucut. Evan merasa gemas dengan tingkah laku istrinya. Dia mengulurkan tangan membelai pipi Shani.
"Kenapa baby?"
"Aku laper.." Bibir Shani makin mengerucut.
Evan terkekeh pelan lalu mengajaknya untuk turun. "Mau makan disini atau dibawah?"
"Dibawah aja tapi gendong.." Rengek Shani dengan manja.
"Manja banget yang lagi sakit.."
Evan menghampiri Shani lalu menggendongnya ala koala. Dia mendudukkan Shani di kursi meja makan, mengelus rambut panjangnya, dan menciumnya singkat.
"Aku panasin dulu makanannya. Kamu diam disini," kata Evan sebelum pergi ke dapur. Dia kembali mencium bibir pucatnya lagi.
Shani memperhatikan punggung suaminya. Bosan hanya duduk, dia mendekat dan memeluk Evan dari belakang, tangannya melingkar di pinggang Evan, kepalanya bersandar di punggung suaminya.
"Masih lama.."
"Bentar lagi sayang, kamu udah laper banget ya?" Dia berbalik, memeluknya erat.
Kehangatan pelukannya, aroma parfumnya, dan detak jantungnya yang lembut menenangkannya. Dia merasa aman, dicintai, dan benar-benar bahagia dalam dekapannya.
"Sana kamu duduk, biar ini aku yang bawa.."
Shani menurut saja, dia membuntuti Evan yang sedang menyiapkan makanan di piring kosong. Lalu menggeser piring itu di depan Shani duduk. Ia pun juga duduk disebelahnya, menemani dan juga menyuapkan nasi pada mulutnya sendiri.
"Makan yang banyak biar cepat sembuh, jangan bikin aku takut lagi karna kamu sakit Shan.." Evan mengutarakan rasa takutnya pada sang istri. Rasa tak ingin ditinggal lagi menyeruak dalam hatinya.
"Tadikan kak Feni juga udah bilang, kalo aku cuma kecapean doang.." ucap Shani meyakinkan sembari menggenggam tangan suaminya.
Setelah selesai makan dan meminum obatnya, Shani terus nempel pada suaminya tak ingin berjauhan. Kini keduanya sedang santai di ruang keluarga sambil menonton siaran TV. Dikecupnya kepala Shani yang bersandar di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duda dan Keempat Istrinya
Novela JuvenilHafizhan Revan Adelio, seorang duda dengan paras tampan dengan kesuksesan diatas orang tuanya, harus merelakan istrinya pergi bertemu sang Pencipta. Umur pernikahan mereka hanya terhitung beberapa bulan. Sang istri meninggal karena penyakit yang mem...