12

23 3 0
                                    

Ghina ikut duduk disebelahnya.

"Makasih ya udah mau nungguin disini." ucap Ghina.

"Iya santai aja... Lagian memastikan lo baik-baik aja udah tugas dan tanggung jawab gue." ucap Kevin.
Ghina tersenyum, sedikit tersipu dikatakan seperti itu tapi coba ia tutupi dengan memalingkan wajahnya sejenak.

"Udah masuk aja banyak nyamuk disini, nanti abis lo darahnya." ucap Kevin.

"Lo sendiri emang enggak takut abis darahnya, nyuruh gue masuk lagi. Padahal yang gegaruk mulu dari tadi elo." balas Ghina.

"Gue kebal, udah biasa bergaul sama nyamuk."

"Oh maca ciii... Coba sapa nyamuknya gue mau kenalan." 

"Sayangnya nyamuknya enggak mau kenalan sama lo. Bawel sih, bisa-bisa digoreng nanti." ucapnya Ghina merasa gemas rasanya ingin mengunyel-unyel pipi Kevin seperti squishy.

"Udah masuk aja..."

"Enggak, mau nemenin."

"Dih, kenapa nemenin? Bukannya ngantuk?" tanya Kevin.

"Emang kenapa sih ditemenin malah enggak mau, orang enggak ngantuk kok." ucap Ghina. Kevin diam-diam tersenyum.

"Bukan muhrim." ucap Kevin.

"Yaudah jadiin muhrimlah..."

"Nanti bentar lagi... Tunggu ya.."
Mereka saling mesem, senyam senyum sendiri, meski tidak memperlihatkan itu secara nyata, mereka diam-diam saja berekspresi seperti itu. "Eh gimana tadi kerjanya? Lancar?"

"Yah seperti biasa, cukup melelahkan juga." ucap Kevin.

"Tadi lo mau nawarin gue sama temen lo?" tanya Ghina sambil mulai tertawa.

"Enggak kerajinan gue nawarin lo." ucap Kevin.

"Kerajinan atau emang udah tetepin di hati lo kalo gue yang bakal jadi istri lo?" tanya Ghina.

"Hahaha terbang deh lo sekarang," ujar Kevin, ia kembali berkata.

"Sebenarnya ketika gue udah komitmen, gue bakal fokus ke satu komitmen itu. Bukan karena gue enggak ada pilihan atau enggak mau cari yang lain, tapi karena gue pengen fokus ke satu aja dulu."

"Keduanya nyusul?"

"Ya enggak lah... Fokus ke satu itu sampe ke pelaminan." ucap Kevin.

"Abis pelaminan baru rencanain yang kedua? Terus gue ditinggal?" tanya Ghina. Kevin menatapnya datar.

"Mojokin terus nih. Udah selesai parkirnya?"

"Tapi gue mau tanya, lo sebelumnya pernah pacaran?" tanya Ghina.

"Enggak pernah."

"Samaaa kok bisa? Ih kok bisa sih samaan gitu. Selama 25 tahun gue hidup di dunia ini, gue enggak pernah pacaran. Itu adalah kebanggaan yang selalu gue junjung tinggi diantara teman-teman kampus gue..."

"Haha, ya enggak harus gitu juga kali."

"Gue bangga lah, harus bangga. Seenggaknya ada yang bisa gue banggain selama gue hidup di dunia ini." ujar Ghina.

"Pea!" tawa Kevin. Mereka tertawa saat itu.

"Oke itu salah satu kesamaan kita, terus hobi lo apa?" tanya Ghina.

"Hobi gue berenang."

"Di kali?"

"Ya enggak lah, di got."

"Tikus got dong lu hahaha."

"Ya dirumah lah."

"Terus pake ban bentuknya bebek?"
Kevin menatapnya datar. "Itu mungkin elo." ucapnya tersenyum.

Dinikahi Mas IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang