16

17 2 0
                                    

"Ada orang jahat yang ngincer dia... Awalnya sih ngincer kakaknya, tapi dia yang malah jadi korban. Yah mungkin memang sudah takdirnya dia meninggal dalam keadaan seperti itu.... Enggak ada yang tahu." ucap Ratna.   

"Dia... Meninggal di tangan penculik bu?" tanya Ghina.

"Mereka bukan penculik, mereka sindikat jual beli organ dan narkoba, alias anak buah mafia topi hitam."

"Mafia topi hitam?"

"Inilah alasan kenapa Kevin bertekad ingin menjadi polisi hingga akhirnya dia masuk ke sekolah tinggi intelijen negara, dikarenakan dendamnya terhadap mafia itu sendiri." ucap Ratna membuat Ghina tak percaya mendengar ceritanya barusan.

"Jadi itu alasan utama kenapa mas Kevin ingin menjadi polisi. Karena ingin membalas dendam ke mafia topi hitam itu?"

"Iya, tapi sayangnya susah sekali nangkap mafia topi hitam itu, bahkan sampai Kevin berdiri setinggi sekarang pun dia masih belum bisa menangkap pria dibalik nama mafia topi hitam itu.

Semua entah TNI, Polisi hingga presiden pun sampai enggak berani nangkap dia." jelas Ratna.

"Apa alasannya ya?" tanya Ghina.

"Karena jaringan mereka terlalu banyak bahkan bisa menyebabkan kerusuhan kalau dia ditangkap." ujar Ratna.

"Tapi kok bisa adiknya terlibat sama mafia itu bu?" tanya Ghina penasaran.

"Saat itu Riko menjadi korban tawuran, dia enggak ikut-ikutan, dia cuma sekedar numpang lewat disana, disangkanya dia bagian dari mereka makanya dilukai, kemudian Riko mencoba melawan, karena enggak terima dipukul sama salah satu dari mereka. Lalu mirisnya pria itu malah justru dibuat hampir sekarat sama Riko. Lalu dihari berikutnya orang-orang itu nyamperin ke sekolahnya untuk meminta pertanggung jawaban. Riko sangat takut saat itu sampai dia pulang ke rumah lagi dalam keadaan kelaparan setengah mati, dia enggak berani ke kantin untuk membeli makanan karena takut mereka muncul dan tiba-tiba nangkap dia,  dia selalu bilang telat makan sepulang sekolah, tiap hari dia bilang sakit perutnya enggak mau sekolah, dia merasa bersalah. Lalu suatu hari Riko pulang telat, bodohnya kami malah meremehkan semua keluhannya selama ini, yang selalu bilang tidak mau sekolah. Mirisnya.... Keesokan harinya Riko enggak pulang ke rumah. Dia hilang selama tiga hari... dan baru ditemukan didalam sebuah truk pendingin di China, dalam keadaan kaku." ucap Ratna.

Ghina tidak menyangka ia hampir akan meneteskan air matanya saat itu. "Kenapa kok bisa bu?"

"Ternyata yang kemarin hampir dibuat sekarat sama Riko adalah anak dari mafia topi hitam."

"Anaknya?"

"Ya, jadi sebelum Riko meninggal, dia sempat diculik dan mau dijual ke luar negeri, tapi sayangnya pas di China dia diharuskan masuk ke dalam truk pendingin bersama ratusan orang lainnya dan meninggal ditruk itu juga."

"Ya Allah kasihan banget Riko." ucap Ghina merasa sangat miris mendengarnya.

"Makanya itu yang menjadi cikal bakal kenapa Kevin dari dulu sampai sekarang selalu mengintai tiap pergerakan mafia topi hitam." ucap Ratna.

Ghina kembali meminum air tehnya.
"Makanya jangan coba-coba deh berurusan sama mafia, apalagi setingkat mafia topi hitam, ini yang bakal jadi akibatnya. Sekalipun enggak sengaja, kalau bisa libatkan polisi kalau memang memiliki permasalahan yang kompleks dengan mereka." ucap Ratna.

"Iya bu." jawab Ghina. Tiba-tiba Kevin muncul. "Loh kok ada Ghina?" tanya Kevin heran.

"Ipin... Mau ngomong sama lo." ucap Ghina.

"Untung pulang cepet. Mau ngomong apaan?" tanya Kevin.

Ghina tersenyum pada ibu Kevin.

"Bentar ya bu." ucap Ghina kemudian menarik tangan Kevin. "Soal tadi..."

"Masih soal tadi?"

"Iya maaf. Mau minta maaf... Maapin.."

Kevin terdiam dan menghela nafasnya kemudian berkata. "Emang kenapa mesti minta maaf, cuma pengen menegaskan aja kalo lo punya dua pilihan sekarang. Tetap lanjut atau tinggalin gue." ucap Kevin.

"Kok ngomongnya gitu sih..."

"Ya elo maunya kayak gimana... Kan katanya kalo deket sama gue gak bakal buat lo aman dan nyaman."
"Lanjut..."

"Bener?"

"Iya..."

"Yakin bener?"

"Iyaa..."

Ratna tersenyum mendengar separuh percakapan mereka.

"Udah deh kalian berdua enggak usah pada ribut-ributan. Lagian kamu tega Vin, Ghina jauh-jauh kesini loh kan katanya dia lagi diincer orang sekarang. Malah kamu omelin."

"Oh iya Vin lupa bu, Na... Lo enggak apa-apa kan selama perjalanan kesini? Enggak ada yang ngejar atau apa-apain lo tadi?" tanya Kevin cemas.

"Enggak apa-apa sih, nih masih lengkap. Full set hehehe." ucap Ghina nyengir. Kevin tersenyum merasa betapa kekanakannya Ghina saat itu.

"Dasar tembem." saking gemasnya hingga membuat Kevin mencubit pipinya.

"Ihh, melar..." gerutu Ghina.

"Kevin kamu mandi dulu gih, nanti baru ajakin Ghina ngobrol. Kebauan dia, kamu pulang-pulang bau kecut." ucap Ratna membuat Kevin dan Ghina tertawa.

"Iya bu dari tadi saya tahan-tahan idungnya." ucap Ghina. Kevin menertawakan dan lantas mencapit hidung Ghina gemas. Ghina meringkih kesal, Kevin langsung masuk untuk mandi.

Tak berapa lama setelah menunggunya selesai mandi, Kevin langsung menghampiri Ghina, duduk tak jauh darinya.

"Lo udah lama kesini?" tanya Kevin.

"Udah lumayan. Dari semenjak lo chat gue tadi siang." ujar Ghina.

"Gue jadi enggak enak, lo sampe segitunya menyikapi masalah tadi, gue kira lo enggak terlalu mikirin tentang hal ini." ujar Kevin.

"Emang menurut lo gue kayak gimana, lo aja ngomongnya kayak gitu ke gue, kayak sebel gitu, gimana bisa gue menghabiskan waktu gue dirumah tanpa memikirkan hubungan diantara kita." ucap Ghina kembali memasang mata berkaca-kaca mirip gaya upin-ipin sok diimutin.

Kevin mengernyit heran. "Ekspresinya itu loh bikin gemes. Berasa pengen unyel-unyel." gerutunya.

"Tapi syukur deh lo sekarang udah baekan... Gue jadi seneng."

"Seneng enggaknya gue apakah cukup berpengaruh buat lo? Gue sejujurnya merasa kalo lo emang lebih pantas sama orang yang satu kalangan sama lo, lebih aman, tenteram dan enggak buat lo takut mati. Sejujurnya gue juga enggak mau egois, tapi itu konsekuensi untuk menjadi pasangan gue, dan konsekuensi gue juga sebagai suami lo adalah melindungi lo dan mencoba berbagai cara supaya lo enggak celaka. Gue tahu sih hal seperti ini emang bakal lo rasain di masa depan nanti. Hanya aja perkara ini udah jadi persoalan duluan dari sekarang."

Ghina terdiam.

"Dan ketika lo ngomong kalo lo pengen lanjut, itu gak lebih membuat gue lega ternyata lo udah bisa melewati perkara semacam ini yang akan terjadi di masa depan." ucap Kevin, Ghina senyam-senyum sendiri.

"Au akh... Lebay... Segala ngomong lega emang abis berak apa..." ujar Ghina, Kevin memasang wajah datar.

"Yee diem-diem kesemsem kan lu..."

"Kagak... Apaan sih... "

Dinikahi Mas IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang