22

17 2 0
                                    

Dirumah Jason, Kevin tetap berdiri dibelakang mengawasi pertunjukkan yang masih terus berjalan.

Dimana teman-teman Michael saling melingkar didepan Aldi, membantunya memukuli Aldi. Lain hal dengan Aldi yang terlihat sudah sangat lemah saat itu.

Salah satu dari teman mereka pun mendapat telepon dari Kevin. Kevin berbisik diteleponnya. "Sekarang." ujarnya.

Teman Michael itu pun segera memberi kode pada teman-temannya, mereka langsung membekap Michael dari belakang dengan sapu tangan yang sudah diberi sleep paralysis, dimana lantas membuatnya pingsan seketika.

Kevin dari kejauhan lantas kembali berkata di telepon salah satu dari mereka. "Bawa dia dengan cepat keluar, ingat jangan sampai ketahuan, kalau enggak nanti kalian yang akan kena sasarannya. Ikutin gue, gue bakal kasih tahu kalian jalan mana yang enggak ada kamera cctvnya." ujar Kevin.

"Iya pak." ujar teman Michael yang langsung membopong Michael membawanya pergi dari sana.

Termasuk juga Aldi. Menjauhkan diri mereka dari tempat itu mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Kevin.

Terus berjalan hingga mereka pada akhirnya berhasil keluar dari rumah besar itu kemudian hanya tersisa Michael saja di mobil itu bersama Kevin dan Aldi, Kevin memborgol tangan Michael supaya lebih aman untuknya nanti.

Kini waktunya untuk dirinya pergi ke suatu tempat untuk menyelesaikan misi dan dendamnya di masa lalu.

Disaat yang sama sekertaris Jason menghampiri. Sepertinya ia mulai menyadari kepergian sang anak majikan.

"Tuan, anak tuan sudah tidak ada lagi dirumah. Sepertinya beliau pergi bersama teman-temannya membawa korbannya tadi." ujar pria itu.

Jason mendecih. "Ah sudahlah saya tidak memperdulikannya lagi." ujar Jason.

Namun tiba-tiba saja sebuah chat masuk dari nomor tak dikenal, sangat mengejutkan ketika dilihatnya sebuah foto tertampil dari hasil kiriman nomor itu.

Foto Michael yang tertutup mulutnya dengan plester dan tangannya yang diborgol tampak tak sadarkan diri didalam sebuah mobil.

Tidak lain itu adalah hasil kiriman chat dari Kevin.

Bahkan terdapat sebuah tulisan setelahnya.

"Halo Mr. Jason.... Say hi to your son... Tinggal pilih, mau diambil organnya sambil dijual ke luar negeri atau disiksa dulu baru dijual ke luar negeri?"

"Persetan!" Jason menggebrak mejanya dengan kencang.

"Ini pasti ulah pria itu! Orang yang pernah berurusan dengan kita di masa lalu. Saya titahkan kepadamu untuk mencari tahu nama seluruh keluarga dari anak lelaki yang pernah kita jual waktu itu! Sudah bisa dipastikan ini pasti Kai dan saudara dari anak lelaki itu adalah orang yang sama." tandas Jason.

Disaat yang sama Rio masih terus mengharapkan kehadiran Kevin dimarkasnya, di sebuah rumah kosong, dirinya tak sendiri, ia ditemani oleh beberapa temannya dari tim Birru.

Faisal dan Soni juga, ditambah ada pak Firman juga disana.

"Kenapa pak Kevin masih belum muncul ya. Gimana mau mulai penyelidikan kalo gini." ujar Faisal yang sedang main gaplek bersama teman-temannya.

"Gue rasa pak Kevin masih pengen libur, pengen memperpanjang masa dunia milik berduanya sama istri baru. Ahh mass, kamu nakal deh... sini cium... Ih genit deh... Kok cium tangan sih, emangnya aku ibu kamu." ujar Soni sembari memperagakan kegenitan pikirannya dan langsung dihadiahi lemparan bantal oleh Faisal.

"Itu elu kali!"' tandas Faisal.

"Terus nanti bilang kayak gini. Mas guling kamu ada ilernya, boleh enggak aku minta tolong kamu cuciin, sekalian cuciin piring juga ya sama sekalian cuciin pantat kamu soalnya item." ujar Firman yang ikut-ikutan nimbrung dengan mereka.
"Tahu-tahunya pantat panci yang diliat." ujar yang lain.

Mereka menertawakan lain hal dengan Rio yang menghela nafasnya dan geleng-geleng. Setidaknya ia yang paling bener diantara mereka yang sibuk memikirkan kisah pernikahan atasannya itu.

Tiba-tiba Rio mendapati hapenya berbunyi, tak disangka itu dari Kevin, ia yang sedang meminum sesuatu langsung tersedak ketika dilihatnya foto yang dikirim Kevin tak lain adalah foto Michael yang tadi dikirim kepada Jason juga.

"I-ini..." ujar Rio tak percaya, menunjukkan juga pada teman-temannya. Tak disangka mereka pun ikut dibuat tak percaya dengan hal ini.

"Anaknya mafia topi hitam. Enggak disangka Kevin seberani itu. Dia bener-bener sendirian ngadepin tuh orang?" tanya Soni tak percaya.

"Gue yakin dia bakal dikenai sanksi sama tuh Michael jason... Enggak nyangka gue. Apa perlu kita bantuin dia?" tanya Faisal.

"Kayaknya dia enggak mau kita ganggu deh. Tapi akan lebih baik kita tanyain langsung ke pak Kevin barangkali dia emang butuh bantuan kita." ujar Rio langsung mengirim balasan padanya.

Beberapa waktu kemudian, Michael membuka kedua matanya dan tahu-tahu sudah mendapati dirinya berada didalam sebuah ruangan dengan suhu sangat dingin.

Sepertinya ia sedang berada di dalam gudang pendingin, tempat biasa mendinginkan makanan beku.

Pintunya terutup dan kedap udara juga, bahkan seingatnya ia sedang bersama teman-temannya memukuli Aldi tapi kenapa malah justru dirinya tak sadarkan diri dan tahu-tahu berada di ruangan pendingin itu? Ulah siapa sebenarnya ini?!

Apakah mungkin teman-temannya yang sengaja menjebaknya?! Kepalanya sedikit pusing, apakah mungkin ini akibat dari sleep paralysis atau karena dirinya terlalu lama tidak sadarkan diri?

Ia kemudian bangkit dengan sempoyongan lalu gebrak-gebrak pintu yang terbungkam itu. "Tolong! Buka! Buka woiii! Gua bisa mati kedinginan disini sialan! Woi buka pintunya! Buka!!" pekik Michael.

Kevin dari balik pintunya tersenyum menyeringai, memutarkan kuncinya dijari. "Cih, apa bakal semudah itu? Ini bakal menjadi kuburan lo asal lo tahu." ujar Kevin.

Tiba-tiba suara batuk seseorang terdengar. Kevin menghampiri Aldi yang ternyata cukup ia abaikan sejak tadi. "Lo enggak apa-apa?" tanya Kevin yang langsung memberikannya air minum.

Aldi meminumnya meski terasa sakit ketika dirinya bergerak. "K-kenapa bisa ada lo disana?" tanya Aldi terbatuk.

"Karena kebetulan. Kebetulan gue dapet informasi kalo mafia topi hitam rumahnya disana, jadi gue langsung kesana tanpa sepengetahuan siapapun, dan bingo gue ketemu sama lo dan ternyata emang bener informasi itu, gue berniat untuk membalas dendam atas kejadian waktu dulu yang menimpa adik laki-laki gue, yang pernah dibunuh sama anak mafia topi hitam itu." ujar Kevin.

"J-jadi... uhuk... Jadi dia anak mafia topi hitam yang terkenal itu? Ya ampun... Gue bahkan enggak tahu sama sekali gue berhadapan sama siapa tadi." ujar Aldi masih tak percaya.

"Dia memang kayak gitu, kelakuannya semena-mena, adik gue aja jadi korbannya. Lo masih beruntung enggak sampe mati ditangan dia." ujar Kevin.

"Makasih ya bang atas bantuannya."

"Iya, kebetulan emang gue berencana untuk membalas dendam ke dia. Jadi lo enggak perlu merasa berhutang budi gitu." ujar Kevin.

"Gue ngerasa lo itu keren aja. Dan salut juga sama Ghina, dia beruntung punya lo, gue ngerasa lo emang yang terbaik buat dia. Enggak kayak gue yang belom jadi apa-apa." ujar Aldi.

Dinikahi Mas IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang