11

30 3 0
                                    


Setelah melalui proses yang cukup panjang untuk mengalahkan Prasetyo dan antek-anteknya, Kevin pun pulang ke rumah keduanya.

Terlihat dirinya yang basah kuyup, lepek, kotor penuh darah dan sedikit berantakan, tampaknya kejadian barusan benar-benar menguras tenaganya.

Ia perlu mandi sekarang. Ia mandi di shower kamar mandinya.
Selesai mandi ia langsung keluar. Menyiapkan pakaian yang akan dipakainya saat ini. Ia duduk di kasur, melihat video toktok tadi.

Memandanginya serius. "Gue enggak habis pikir dia kepikiran mau poliandri. Ih tapi kenapa gue jadi mikirin gini sih? Jangan-jangan gue cemburu lagi... hello mana ada sih seorang Kai, Kevin cemburu. Ketua tim Birru cemburu. Mau ditaro dimana muka gue? Langseng? Bah.." ujar Kevin meremehkan.

Tiba-tiba saja ia merasa kalau dibalik tirainya kamarnya tepat di balkon seperti ada bayangan seseorang. Ia curiga dan langsung mengambil langkah untuk menghampirinya, waspada, menyiapkan kuda-kudanya, mengambil pistol dari dalam lacinya.

Ia langsung buka tirai dan terlihat seseorang menulis sesuatu dibalik jendelanya dan ketika disadari ia langsung kabur detik itu juga dari sana.

Kevin coba menembaknya sekali tembakan, tapi sayangnya tidak kena dan keburu jauh perginya. "Damn it!" gerutunya.

"Siapa sih tuh orang?" tanya Kevin yang lantas mengalihkan matanya ke arah kaca jendela, ia terdiam tidak percaya dengan isi tulisan di kaca jendelanya.

Bertinta merah darah yang bertuliskan "Selamat tinggal calon istriku." itu isi tulisannya yang masih membuat Kevin terdiam terpaku melihatnya.

Ia langsung cepat-cepat mengambil ponsel dari mejanya, tapi mirisnya tidak diangkat. Berkali-kali lagi ia coba hubungi tapi sayangnya tetap mailbox.

Ia pun langsung chat, ah tidak! Ia langsung keluar dari kamarnya, hendak untuk pergi ke rumah Ghina detik itu juga!

Disaat yang sama Ghina terlihat sedang berkeringat deras, ternyata ia sedang memakan samyang. "Seumur-umur ini pertama kalinya gue makan mie beginian... Si Rika bilang gak pedes tapi ternyata bikin seisi perut hampir mau meleduk kayak tabung gas... Emang sesat tuh bocah..."

Ia duduk kemudian di kursi tengah rumah. Melihat hapenya dan ia melotot saat ada deretan misscall sebanyak 105 kali.

"Ini orang ngapain sih? Berasa banyak pulsa apa gimana? Atau caper dia, cih saking cemburunya gue sama Aldi jadi kayak gitu lu bambang. Muehehe usaha tarik ulur gue dapet kan? Dia jadi posesip ama gueh hyahahaha! Ghina berhasil, berhasil, berhasil oyeee.." ucapnya dengan sedikit nada dibelakang.

Ia langsung menghentikannya saat Rika menatapnya dengan pandangan datar.

"Potret cewek nerd yang berhasil nipu cowok tajir." ucap Rika.

"Sembarangan, bilang apa lo!" tandas Ghina rusuh.

"Oh iya berhubung lo udah mendeklarasikan diri mau kawin sama pak polisi itu, gue boleh dong ambil teman lo yang giginya dipagerin itu?" tanya Rika.

Ghina mengernyit. "Tahu dari mana lo soal Aldi?" tanya Ghina heran.
Rika memperlihatkan video toktok yang tadi fyp, yang tadi sempat diberitahukan Kevin.

Ghina mengusap wajahnya. Ia menggerutu. "Kenapa juga mesti fyp di beranda dia aaaaa..... Hidup gue yang penuh privasi dan ketersembunyian kini terbongkar sudah... aaaa..."

"Rika pokoknya mau temen mbak yang itu." ucap Rika.

"Kagak!"

"Ih napaaaaa!!!"

"Aldi itu aset berharga yang enggak sembarang orang bisa sentuh."
Rika langsung tertawa membahak.

"Maksudnya dia harta karun gitu?" tanya Rika.

"Semacam itu. Lo kan udah enggak suci lagi otaknya."

"Hah?!"

"Ghina!!" pekik Kevin yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka berdua, didepan pintu. Kevin menghampiri Ghina.

"Lo... lo enggak apa-apa?" tanya Kevin terlihat panik. Seakan habis lari-larian keringatnya mengucur deras.

"Iya gue sehat walafiat."

"Lo enggak luka, enggak lecet, enggak korengan, bisulan, kurapan, panoan, borokan---"

"Stopp!! Apaan sih!" Ghina menyetopnya karena seakan berlebihan tindakannya saat itu.

"Kenapa sih? Kok lo bisa ada disini?" tanya Ghina makin heran.

"Ah syukurlah lo enggak kenapa-napa. Gue lega sekarang." ucap Kevin yang langsung terduduk didepan pintunya, lesehan. Ghina merasa ada yang aneh dengannya.

"Kok lo kayak lega gitu? Gue emang barusan abis dibuat keringetan sih."

"Heh? Maksudnya lo abis lari-larian dikejar orang jahat?"

"Bukan."

"Terus?"

"Abis makan samyang."

"Bah!" Kevin berasa dijatuhkan dari ketinggian ribuan meter.

"Ya emangnya lo mikir gue kenapa?" tanya Ghina heran.

"Tadi ada yang nulis ini di kaca jendela gue. Orang jahat kayaknya." ucap Kevin mengunjukkan sebuah foto yang sengaja ia ambil tadi dari balkon jendela kamarnya. Tulisan tadi dan lantas membuat Ghina serta Rika kaget.

"Parah, ini beneran ditujuin ke gue?" tanya Ghina jadi beralih takut sekarang.

"Iya makanya jangan kemana-mana dulu ya lo... Takutnya yang dia tulis ini beneran." ucap Kevin.

"Iya. Makasih ya lo jadi bela-belain dateng kesini buat ngeliat kondisi gue... so sweet banget sih." ucap Ghina tersipu malu.

"Iya nanti habis ini gue bakal jaga 24 jam terus disini." ucap Kevin.
Ghina jadi cengar-cengir sendiri disitu.

"Jangan geer, ini emang udah tugas gue membela kebenaran. Biasanya sih kalo sama orang kudu bayar." ujar Kevin. Ghina berasa dihujam panah dari berbagai sisi. Ia marah.

"Oh maksudnya lo pengen gue kasih duit berapa? 10 juta? 20 juta? Sebutin." ucap Ghina sewot.

"Yee kok malah ngambek sih. Gue cuma bilang kalo lo gak perlu bayar alias gratis karena lo cewek gue."

"Tadi enggak ngomong gitu, kayak nyinggung seakan gue kudu bayar."
Kevin menghela nafasnya. "Heuh susah ngomong sama cewek pms." keluh Kevin.

Mendadak Rina muncul menghampiri mereka. "Loh kok ada nak Kevin kesini? Na, kenapa kamu enggak kasih dia air putih malah disuruh duduk dibawah. Ayo duduk diatas nak Kevin." ucap Rina mengajak.

Kevin pun langsung bangkit. "Ah iya bu, saya barusan ada masalah sedikit sama Ghina dan diharuskan untuk menjaga Ghina selama 24 jam ini disini." ucap Kevin.

"Eh? Emang ada apa Kev? Kok gitu?" tanya Rina.

Kevin pun menceritakan semuanya padanya, Rina dibuat tak percaya atas hal ini, ia merasa miris.

"Ya ampun, kok bisa sih... Yaudah nak Kevin ibu minta tolong jaga Ghina ya... Takutnya kenapa-napa. Ghina juga jangan ngajak ribut mulu, kamu harusnya tertolong loh sama mas Kevin." ucap Rina.

"Iya mah.."

"Kamu harus bersyukur loh nak Kevin mau lindungin kamu, nak Kevin kan sibuk orangnya. Enggak bisa selalu ada di samping kamu."

"Iyaaa..."

Kevin merasa seakan diatas saat itu bahkan tampak membanggakan dirinya, kipas-kipas, lain hal dengan Ghina yang merasa jauh berada dibawah kakinya. Ghina memonyongkan mulutnya ke arah lelaki itu.

Malam harinya, Ghina berada didalam kamarnya dan mengintip melalui jendelanya, Kevin yang bermalam didepan rumahnya, menepuk berkali-kali nyamuknya hingga menguap karena menahan kantuk.

Dia pasti lelah. Ghina memahami kalau ia pasti cukup letih karena pekerjaannya seharian tadi, dan sekarang malah disuruh untuk berjaga semalam suntuk. Ghina merasa tidak enak jadinya.

Ia pun memutuskan untuk pergi keluar saat itu juga. Hendak menemani Kevin yang sedang menahan kantuknya.

"Lah? Kok keluar?" tanya Kevin saat tiba-tiba melihat Ghina berjalan

Dinikahi Mas IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang