27

20 1 0
                                    

Kevin kini sedang bersama tim Birru. Tak jauh dari perumahannya, disebuah taman yang bersebelahan dengan sebuah gudang barang bekas, alias tukang rongsok yang biasa menaruh barang disana. Tentu saja Kevin kesana tidak lain karena untuk memastikan benar atau tidaknya para pencuri motor itu menjual barang curiannya disini.
Kevin berkata.

"Siapa nih yang mau kesana?" tanya Kevin. "Saya aja pak sama Faisal." ujar Rio menawarkan diri.

"Oh yaudah.... Tanya-tanya aja dulu. Barangkali infonya salah." ujar Kevin.

"Bagusnya kita nyamar jadi apa ya? Biar enggak dicurigain." tanya Faisal.

Kevin menjawab. "Jadi tukang rongsok juga enggak apa-apa..."

Faisal dan Rio saling menatap datar satu sama lain. Faisal berkata.

"Lo jadi anak yang ada didalam gerobaknya, gue jadi bapaknya yang dorong gerobak." ujar Faisal tertawa. Rio menatapnya datar.

"Apa posisi gue cocok jadi anak lu? Emang muka gue semirip itu apa sama lu?" tanya Rio.

"Ya dibanding lo jadi kipas atau abu gosoknya?" tanya Faisal. Rio mengernyit heran. "Gue bukan benda mati..." ujarnya

Kevin menertawai mereka. "Udahlah biar adil kalian ceritanya temenan aja, bukan anak sama bapak. Kejauhan. Mending temen, nah nanti kalian cari-cari motor yang dicuri. Kalo bisa minta kasih tahu dari siapa motor-motor itu didapetin." ujar Kevin.

"Okelah, kita beraksi. Yuk Rio..." ujar Faisal menarik ujung rambutnya hingga dirinya mengikuti terpaksa jalannya.

Pertama-tama hal yang mereka lakukan adalah berganti kostum, pakaian yang mereka pakai diubah menjadi lusuh mirip tukang rongsok. Membawa sebuah gerobak yang didorong oleh Faisal.

Kevin tersenyum melihat kini mereka sudah mirip dengan tukang rongsok.

"Nah gini kan enak liatnya..."

"Bos ente kagak ngikut kita jadi tukang rongsok?"

"Kenapa harus gue sedangkan ada bawahan?"

Faisal menghela nafasnya.

"Iya dah yang boss, apa-apa selalu bawahan duluan yang ngerjain... Ibaratnya tuh kita kameramen yo, yang bakal kena getahnya duluan ya kita." ujar Faisal.

"Udahlah gak usah adu nasip, nanti gue turunin pangkat lo jadi tukang rongsok beneran nih!" ujar Kevin.

"Yaudah ayo Yoo kita kesana. Semoga aja kita ditemuin sama anaknya yang ternyata cewek cakep mirip taylor swift... Enggak sengaja ngobrol, ngajak makan siang, anter pulang dan akhirnya tukeran nomer." ujar Faisal diaminkan oleh Rio.

"Bahaha bangun dari mimpi, udah kesorean..." ujar Kevin ditinggalkan oleh mereka.

Rio dan Faisal pun menghampiri gudang tersebut dan cari-cari keberadaan motor yang katanya disimpan disana, tukang rongsok mendekati mereka, namanya adalah Tono. "Ada apa ya? Mau nuker barang?" tanya Tono heran.

"Ah, perkenalkan... Saya Faisal pak, dan ini Rio temen saya. Kita mau liat-liat aja sih pak... Kayaknya gudangnya cukup gede ya pak... Usaha kayak gini udah lama?" tanya Faisal.

"Iya udah lama pak. Sekitar 12 tahunan." ujar Tono.

"Wah lama juga ya.." ujar Faisal. Mereka masih dalam keadaan mata mencari ke sekitar sana.

"Barangnya tapi masih biasa ya... Enggak ada kayak kendaraan gitu, misal sepeda atau motor?" tanya Faisal.

"Lo mau motor beneran?"

"Iya tapi maunya motor yang masih bisa dipake, yang masih cakep luarannya, enggak apa-apa enggak ada bpkbnya juga." ujar Faisal.

"Iya gue ada! Kebetulan banget, nih gue ada motor banyak coy... Ayo ikut gua." ujar Tono yang lantas berjalan memandu mereka masuk ke area lebih dalam gudang, sebuah ruangan dan didalam sana terlihat motor-motor bagus yang berjejeran.

Faisal lantas bertanya padanya untuk lebih dalam mengorek informasi tentang motor itu. "Wih banyak ya pak... Ini kalau boleh tahu dari mana ya dapatnya?" tanya Faisal.

"Dari anak muda sini... Dia tuh kayak pengepul motor yang lecet-lecet dikit kayaknya sih daru pabrik, tapi masa uya sih ya dari sana, wong enggak ada bpkbnya pak, tahu dah dapat dari mana..."

"Jangan-jangan hasil curian lagi pak?"

"Haha gak tahu dah saya. Masa iya sih pak..." ujar Tono.

"Kalau boleh tahu anak muda yang sering kesini itu siapa ya pak? Bapak tahu alamat rumahnya dimana?" ujar Faisal.

"Orang perumahan sini juga pak. Itu dibelakang dua rumah dari sini. Di Blok A. Yang ada hooknya." ujar Tono.

"Oh gitu. Namanya siapa kalau boleh tahu pak?" tanya Faisal.

"Namanya..."

Disaat yang sama Kevin terlihat sedang terfokus pandangannya pada ponsel. Ia terus berhubungan dengan Ghina melalui chat.

"Awas aja kalo lu nyari cewek bening disono... Gue sunat lo pulang nanti." ancam Ghina di chat whatsappnya. Bagi Kevin justru ini cukup menghibur, melihatnya ngambek begitu. Ia pun mengirim balasan dengan segera sambil cengengesan.

"Emang lo sendiri dirumah enggak suka liat cowok bening? Kayak upin ipin misalnya..." ketiknya lalu kirim sembari cekikikan.

"Ya gue enggak sampe kayak lo yang mintain nomer ke dia sampe diem-diem nanyain dimana nomer rumahnya sekalian nomer behanya berapa...." balas Ghina. Kevin tertawa dan kembali mengirim chat balasan.

"Gue bukan tukang beha yang nanyain dia nomor behanya. Udahlah enggak usah pake segala marah-marah, toh yang lo takutin cuma ada di pikiran lo aja." balas Kevin, tak ada lagi balasan darinya.

Ghina tak lagi online. Kevin meninggalkan hapenya, ia terus melihat ke arah Faisal didepan sana. Mereka menghilang... Kevin tersentak, ia coba mencari mereka disekeliling meski sayangnya tidak ditemukan.

"Kemane tuh dua tuyul, kok enggak keliatan? Apa jangan-jangan gue ketinggalan mereka?" tanya Kevin mulai bingung, namun tiba-tiba saja Kevin dibuat tersentak saat melihat cuplikan pesan balasan oleh Ghina di hapenya.

Yang tak lain isinya adalah... "PIN LO CEPET PULANG SEKARANG!"

"Kenapa ya dia... Pake kapital semua...pfftt..." ujar Kevin yang langsung luangkan waktu sebentar untuk pergi dari sana, menuju ke rumahnya. Setelah meninggalkan pesan terlebih dahulu pada Faisal.

"Gw ke rumah bentar." itu isinya.

Kevin akhirnya sampai didepan rumahnya dan terkejut saat melihat suasana rumahnya yang bisa disamakan dengan kapal pecah. Bahkan pintu rumahnya terbuka saat itu.

Tentu membuat Kevin mulai cemas, ia masuk ke dalam rumahnya dengan cepat sambil memeriksa ke kamarnya, ia sangat berharap Ghina ada di kamarnya dan untunglah ia temukan
Ghina didalam kamarnya sedang menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Na? Lo kenapa?" tanya Kevin melihat Ghina gemetaran tubuhnya. "Na?" tanya Kevin, Ghina langsung memeluk tubuh Kevin saat itu...

"Ada setaaaaannnn! Hwaaaaa...." Ghina berteriak sejadinya.

"Eh? Setan? Maksud lo, gue setannya?" tanya Kevin.

"Aaaaa bukaaannn, tapi ada setan dirumah ini... Udahlah kita pindah rumah aja!"

"Hilih, mana ada jam segini ada setan... Setan tuh doyannya malem-malem nongolnya. Jam segini bukan setan yang ada, tapi orang mau maling..." ujar Kevin menegaskan.

"Beneran kok, lo liat aja ke depan! Ada setan! Tadi gue liat sendiri dia pake baju serba putih didepan rumah. Bahkan katanya dia bakal ngintilin gue kalo gue keluar rumah!" ujar Ghina.

Kevin menghela nafasnya. Ngawur banget sih dia. "Mana ada sih setan, setan aja takut sama lo..."

"Aaaa apa lo bilang hah!"

Dinikahi Mas IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang