Tak Sama Seperti yang Dulu

5 1 0
                                    

Kamu tidak akan bisa mundur dari apa yang harus kamu lalui (Kinar)

Kinar mengendarai mobil dengan bersungut-sungut, bagaimana tidak. Mobil Shafiyah telah selesai diservis, sekarang Kinar harus mengganti biaya servis mobilnya. Sedangkan mobilnya sendiri belum diperbaiki sama sekali. Yovi berdalih teman-teman bengkelnya lagi banyak pekerjaan. Untung saja ada mobil double cabin yang bisa ia pinjam untuk menemui Shafiyah. Kinar gengsi jika ia masih memakai mobilnya yang penyok untuk menemui Shafiyah.

Kinar tak menemukan mobil Shafiyah di parkiran café tempat ia dan Shafiyah membuat janji bertemu. Kinar tak mau ambil pusing, Yovi sudah memberinya range berapa kira-kira ganti rugi yang harus ia bayarkan. Awas saja jika bu dosen itu mark up biaya service.

Kinar terperanjat, saat mengedarkan pandangan mata untuk mencari keberadaan Shafiyah, ia menemukan gadis itu duduk dengan seseorang yang ia kenal. Beruntung keduanya belum melihat Kinar, hingga ia bisa menarik langkah kembali ke teras cafe.

Keep calm Kinar, hadapi! kamu tidak akan bisa mundur dari apa yang harus kamu lalui.

Kinar menarik napas panjang lalu dihembuskannya perlahan. Ketika ia merasa denyut jantungnya telah normal dan meyakini rona terkejut di raut wajahnya telah hilang, ia melangkah dengan mantap ke arah Shafiyah.

Kamu juga tidak akan bisa mundur dari apa yang harus kamu lalui.

Kinar mematri kalimat itu dalam hati, tetapi tak lama kemudian ia terperanjat oleh memory ingatannya. Kinar membelokkan langkah ke toilet. Di depan kaca wastafel ia mengamati pantulan dirinya.

Setelah apa yang telah ia lakukan padanya, maukah Kinar menghadapi lelaki itu dengan berpura-pura tidak pernah terjadi sesuatu diantara mereka? Kinar memejamkan mata di satu sisi ia ingin mengubur kenangan masa lalu, di sisi lain hatinya meronta-ronta untuk menuntut keadilan.

Kinar membuka mata, ia amati lagi pantulan dirinya di cermin. Sekarang ia sudah berubah. Jauh telah berubah. Ia kini telah menjadi wanita dewasa yang cantik. Ia juga seorang penulis dan pebisnis. Kini ia tak lagi sama seperti yang dulu. Pesona dan materi telah ia miliki, tidak hal yang membuatnya harus menunduk dihadapan Haka.

Kinar melakukan touch up ke riasan wajahnya. Ketika mengoleskan bibir dengan lipstik merah marun sebuah ide terlintas di benaknya. Kini ia siap menemui Haka dan Shafiyah.

***

"Sudah lama nunggunya Mbak?" Kinar berbasa-basi kepada Shafiyah setelah dipersilakan duduk.

"Enggak Mbak, baru sekitar sepuh menit yang lalu kita datang," Shafiyah menyeimbangi sikap ramah Kinar, walaupun hatinya merasa janggal.

Kinar meletakkan tas di kursi seberang Shafiyah, ia duduk di kursi sebelahnya berseberangan dengan lelaki yang ia kenal.

"Haka?" Kinar pura-pura terkejut.

"Mbak kenal sama Mas Haka?" tanya Shafiyah.

"Kita teman SMP sampai SMA," jawab Kinar.

"Mbak Shafiyah ternyata istrimu tho?"

Haka nge-blank diajak bicara oleh Kinar. Belum hilang rasa terkejutnya mendapati Kinar kini ia mengajaknya bicara. Harusnya tadi ia bertanya pada Shafiyah siapa nama orang yang mobilnya ia tabrak.

"Kami baru saja bertunangan Mbak," Shafiyah menimpali.

"Syukurlah... Mbak beruntung, Mas Haka ini orangnya sangat menghargai wanita, kalem dan nggak suka ngomong kasar," sanjung Kinar, sekaligus ia menyindir sikap Haka dulu padanya.

Shafiyah mesam-mesem.

Kinar memesan orange jus ketika seorang pelayan menghampiri. Di depannya Haka tidak juga bersuara. Merasa tidak ditanggapi Kinar masuk ke inti pertemuan.

"Servisnya habis biaya berapa ya Mbak?"

"Saya bawa notanya Mbak," Shafiyah merogoh salah satu kompartement tasnya.

"Ini," ia menyerahkan secarik kertas nota.

Kinar melihat jumlahnya sesuai dengan perkiraan Yovi.

"Okey, tunggu sebentar," Kinar meraih tasnya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari tasnya lalu menyerahkan pada Shafiyah.

"Sudah Mbak, nggak perlu dikembalikan," tolak Kinar.

"Ini kebanyakan Mbak," Shafiyah mengeluarkan dompetnya.

"Tolong diterima Mbak," Shafiyah meletakkan beberapa lembar uang di depan Kinar.

Kinar terpaksa menerimanya.

"Kemarin itu saya minta maaf ya Mbak? saya gugup dan dikejar waktu jadinya saya marah-marah ke Mbak."

"Sudah Mbak nggak perlu dibahas lagi," Shafiyah berusaha memaklumi.

Orange jus pesanan Kinar datang, ia meneguk minuman pesanannya secara perlahan. Ia mencuri pandang pada Haka yang sedari tadi memainkan ponsel-nya, tentu saja hal itu ia lakukan agar tidak terlibat pembicaraan dengan Kinar.

Tanpa sepengetahuan dua orang didepannya, Kinar telah menjatuhkan sebuah benda tabung di dekat kakinya, benda dengan permukaan licin itu ia tutupi dengan telapak kaki kanannya, siap ia gunakan untuk mengejutkan kedua orang di depannya.

Kinar melirik jam tangannya.

"Maaf Mbak saya nggak bisa lama-lama karena sudah ada janji," Kinar berdiri ia mengajak Shafiyah bersalaman sebelum beranjak. Hati Kinar bersorak ketika Haka juga berdiri, rencananya pasti berhasil. Kinar menangkupkan kedua telapak tangan untuk berpamitan pada Haka.

"Auww...!" Kinar terpeleset ketika hendak berlalu, spontan Haka menangkapnya. Kinar menjatuhkan tubuhnya ke dada Haka, didekapnya pinggang Haka agar ia tidak terjatuh, bibirnya membentur tulang belikat Haka.

"Maaf ehh... terima kasih sudah menolong saya," Kinar yang terkejut berbicara tanpa terstruktur.

"Maaf yah Mbak Shafiyah, saya permisi dulu," Kinar segera berlalu setelah menatap wajah pias Shafiyah.

***

Kinar tertawa nyaring di dalam mobil. Bukan tanpa sebab ia hampir terjatuh, ia terpeleset lipstik yang ia jatuhkan sendiri. Tak apalah ia korbankan lipstik seharga hampir setengah jeti untuk melancarkan rencanaya. Lipstik itu juga meninggalkan noda di kemeja Haka. Baru kali ini ia merasa tidak rugi membeli produk mahal dengan kualitas murahan. 

Kinar memang senekad ini.... tapi dasarnya dia baik

Uncontrollable HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang