Pertemuan Kinar dan Haka

1 0 0
                                    

Kumohon jangan biarkan aku terlihat lemah dimatanya (Kinar)
*****

Lelah dengan telpon dan whatshap dari Haka yang menghampiri ponselnya hampir tiap hari, sejak Kinar menabrak mobilnya. Akhirnya, Kinar menyanggupi permintaan Haka untuk bertemu. Kinar berharap setelah ini Haka tidak mengganggunya lagi agar ia bisa fokus kepada Sandri yang masih dalam tahap recovery jiwa dan raganya. Sudah dua hari ini Kinar menginap di rumah Sandri untuk membantu merawat Lily karena gadis kecil ini tidak mau dibawa Yeni kerumahnya. Sedangkan tantenya Sandri itu tidak bisa lama-lama menginap di rumah Sandri, begitu juga dengan putra-putrinya.

Kinar yang haus membuka lemari es milik Sandri. Ia ambil sekaleng minuman bersoda, saat meneguk beberapa tegukan Kinar memuntahkan air yang ada di mulutnya ke wastafel. Sial, yang ia minum bukan soft drink tetapi minuman keras, ini pasti punya Patra. Dulu saat masih menjadi seorang muslim lelaki berwajah oriental itu tidak bisa mengubah kebiasaannya mengkonsumsi minuman keras. Meski Sandri mengaku Patra meminumnya hanya sesekali.

Di tengah perjalanan Kinar mampir ke mesin atm, ia yakin ujung-ujungnya Haka pasti akan memintanya ganti rugi. Kinar tidak akan serta merta mengganti biaya servis mobil Haka tetapi untuk berjaga-jaga, ia membawa uang lebih. Teriknya cahaya matahari dan panasnya udara siang membuat kepala Kinar berkunang-kunang. Ia tak hiraukan rasa tak nyaman itu, mobil jeep putih ia arahkan ke daerah sukarno hatta tempat ia akan menemui Haka.

Haka memilih sebuah restoran keluarga untuk menemui Kinar. Pilihan yang termasuk aneh, di waktu yang masih masuk jam makan siang seperti ini, resto keluarga pasti ramai, tidak akan nyaman untuk tempat berbincang. Akan tetapi dengan bertemu di tempat se-homey itu Kinar berharap ia atau Haka tidak memancing keributan. Yah paling tidak untuk saat ini Kinar paham siapa sih yang nggak geram mobilnya tiba-tiba di tabrak. Meskipun Haka pernah ada salah tapi alangkah bijaknya jika mereka bicara baik-baik.

"Assalamu'alaikum," Sapa Kinar saat ia telah berada di depan Haka.

Haka bangkit dari duduknya. "Wa'alaikumsalam," ia memundurkan kursi didepannya. Kinar minggir tidak paham dengan apa yang diperbuat lelaki ini.

"Silahkan duduk Kinar,"pinta Haka.

Kinar berusaha bersikap wajar dengan perilaku manis Haka meskipun dalam hati ia heran dengan perilaku pak dosen ini.

"Bagaimana kabar Sandri, Nar?" Haka mengawali pembicaraan.

"Alhamdulillah keadaan Sandri sudah jauh lebih baik."

Sebelumnya Kinar telah bercerita pada Haka via ponsel kalau Sandri dirawat di rumah sakit karena typus, Kinar tidak mungkin bercerita yang sebenarnya.

"Sejak SMP sampai kuliah kalian di Malang terus ?"

"Aku di Malang terus. Sandri kuliah di Bandung, setelah lulus dia balik ke Malang."

Selanjutnya Kinar mengikuti alur tanya jawab yang diciptakan oleh Haka seputar kemana saja mereka selama ini. Selain satu SMP, Haka, Kinar dan Sandri juga satu SMA, tetapi baik Kinar atau Sandri tidak pernah membicarakan lelaki ini selepas mereka lulus.

Pengunjung yang padat, musik pop yang mengalun dengan volume sedang, lalu lalang waitress yang hilir mudik mengantar hidangan atau menjajakan buku menu, suara juru masak yang menumis atau menggoreng, menyemarakkan suasana rumah makan yang terkenal dengan menu ayam bakarnya. Akan tetapi ada satu hal yang mengganggu Kinar sejak ia datang ke resto ini, bau masakan. Aneka bau masakan yang tercium indera penciumannya semakin memperberat rasa pusing di kepalanya.

"Mau makan apa Nar?" tanya Haka sambil mengamati buku menu.

"Kamu pilih saja dulu."

Kinar merasa pandangan matanya meremang, ia usap kedua matanya. Sosok Haka sejenak terlihat jelas, sejenak kemudian terlihat buram.

Kumohon jangan biarkan aku terlihat lemah dimatanya, batin Kinar sebelum kehilangan kesadaran.

Prangg...

Kinar yang pingsan di atas meja menjatuhkan asbak dan tempat tissue, membuat banyak pengunjung menoleh kearahnya.

"Nar... Kinar..." 

Uncontrollable HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang