1

32 9 0
                                    

Hari ini aku menunggu seseorang―dia yang teramat spesial. Aku sangat menantikan kehadirannya lewat panca inderaku. Memoriku seakan sedang membayangkan sosoknya yang sekarang. Apakah dia masih mengenakan parfum Chanel N5 yang sama seperti empat tahun silam? Apakah rambutnya semakin memanjang? Apakah kulitnya semakin memucat setelah tinggal di luar negeri? Entahlah. Aku sudah tidak mendengar kabarnya lagi sejak dia memutuskan tinggal di Inggris. Terakhir kali, sekitar lima bulan lalu, aku sempat melihat unggahannya di Instagram. Postingan tentang dirinya yang tengah mengikuti kegiatan sosial di sana. Dari unggahannya itu, dia mendapatkan 50 ribu komentar positif yang berisi kata 'semangat' dan 'we miss you'. Fansnya sudah lama menantikan kepulangannya. Dan benar saja, tak lama setelah ledakan komentar positif di Instagram-nya itu, dia akhirnya kembali ke tanah air.

Di sini aku tidak sendirian. Aku ditemani banyak orang. Mereka adalah para aktor dan aktris yang akan memainkan perannya dalam project yang kutulis―dalam karya yang akan digarap oleh Mas Derry, sutradara yang sudah berkiprah di dunia perfilm-an lebih dari sepuluh tahun―yang karyanya selalu menjadi deretan box office Indonesia. Tentu ini akan menjadi kebanggan luar biasa bagiku untuk satu project dengannya. Dan aku sangat berharap project kali ini bisa sama berhasilnya. Karena ini adalah tujuanku datang ke sini untuk memilih 'dia' sebagai pemeran utama dari karya yang kubuat.

Film ini berjudul: Cita dan Kutukan.

Film bergenre coming of age menceritakan tentang dua persahabatan remaja yang memiliki mimpi yang sama untuk menjadi penyanyi terkenal. Stella mendapatkan tiket kontes menyanyi melalui koneksi orangtuanya, sementara Rena meniti kariernya melalui panggung-panggung kecil. Antonio yang menjadi juri dari kontes menyanyi, lebih tertarik dengan suara Rena dibandingkan Stella. Di saat itulah karier Stella terancam digantikan oleh Rena. Untuk menghalangi kesuksesan Rena, Stella berusaha membunuh Rena. Namun yang terjadi, bukan Rena yang terbunuh melainkan Stella.

Mas Derry ingin membuat gebrakan baru dengan mengembalikan genre romansa meraih mimpi era 90-an ke layar kaca. Sebab akhir-akhir ini perfilman Indonesia lebih di dominasi oleh genre horor dan aksi dibandingkan sebuah cerita meraih mimpi.

"Dari sekian banyaknya aktris pilihan saya, kenapa kamu lebih memilih dia untuk menjadi tokoh Rena?" tanya Mas Derry dengan suara pelan menatap jilidan skrip yang sudah diberi post-it. "Menurut saya, karakter seperti Rena ini lebih cocok untuk tokoh yang berwajah 'peri' seperti Syifa Hadju, Mawar Eva, atau Febby Rastanty. Kenapa harus Gemmy? Ya, meskipun cocok juga Gemmy yang memerankan. Tapi saya masih merasa cemas dengan penonton yang menerapkan cancel culture di negara kita."

"Gemmy punya suara yang unik dan aktingnya pun memumpuni. Saya rasa dia pantas mendapatkan kesempatan kedua untuk memulai kariernya yang baru. Apalagi yang saya amati, followers Instagram-nya sekarang sudah mencapai 22 juta. Meningkat setelah dia memposting acara amal di masjid London."

Mas Derry mengangguk cepat seraya menekan per penanya. "Pak Ghandi juga bilang gitu ke saya." Pak Ghandi adalah produser dari film ini. "Saya pikir beliau tidak akan pernah mau mengambil risiko dalam memilih aktris film-nya. Padahal semua orang produksi sudah tahu seperti apa kelakuan Gemmy di setiap project-nya. Problematik."

Aku hanya memberikan senyum tipis. "Barangkali sekarang sudah berubah setelah tinggal di London."

"Ya, semoga saja," tukas Mas Derry menatap awan silau dari kaca bening lantai 32. "Saya harap dia tidak akan berbuat onar lagi di lokasi. Mereka sudah antipati sama sifat drama queen-nya Gemmy. Saya masih ingat satu kejadian sebelum dia cabut ke London. Gemmy sempat menonjok salah satu kru hanya karena perkara sarung bantal yang lupa dicuci. Sampai-sampai si Avi, talent coordinator turun tangan menelepon Om Karsa untuk menghentikan pertikaian Gemmy sama kru itu."

Star On the StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang