3

12 7 0
                                    

Proses reading script berjalan dengan sempurna. Pak Ghandi mengajak kami semua untuk makan malam bersama sekaligus menyambut produksi film Cita dan Kutukan yang akan dilakukan satu bulan lagi. Di saat mereka semua sibuk memilih restoran yang ingin dituju, tiba-tiba saja ponselku berdering. Telepon dari Miki, sahabatku.

Aku keluar sebentar untuk mengangkat teleponnya. "Halo, Mik," kataku.

"Bit, udah selesai belum?" tanyanya menggebu. "Kalau udah, susul gue ke sini. Tarra bentar lagi juga selesai, kok."

Aku lupa kalau sudah ada janji makan malam lebih dulu bersama Miki dan Tarra. Aku mengecek jam tangan, masih pukul tujuh. Secara mengejutkan punggungku tertabrak oleh seseorang. Badanku oleng, ponselku terjatuh. Aku menoleh ke belakang.

Dissolve to:

1. INT. KORIDOR GHI ENTERTAINMENT - NIGHT 1

Bitta (28) tertabrak oleh Gemmy. Ia teringat momen 10 tahun silam saat bertemu dengan Gemmy dengan kejadian yang sama. Gemmy (16) menumpahkan milkshake cokelatnya ke baju putih Bitta (18) dan kabur begitu saja. Itulah pertemuan pertama mereka.

"Eh, sori," ujar Gemmy dengan panik. Dia mematikan ponselnya dan mengambil ponselku yang terjatuh. "Aku lagi ada telepon barusan, makanya nggak fokus di jalan. HP Kakak nggak kenapa-napa, kan?"

Aku terpaku sepersekian detik. Sungguh, ini adalah kalimat terpanjang yang Gemmy katakan kepadaku. Saat asistennya berdeham, aku langsung tersadar akan lamunanku. "Aman, kok. Tenang aja."

Gemmy menganggukkan kepalanya singkat, mengecek ponselnya lagi, dan menyuruh asistennya untuk membawakan tas Dior hitamnya keluar ruangan. Sebelum Gemmy melangkah lebih jauh, aku memanggilnya sekali lagi.

"Gemm―" berjeda, degup jantungku sudah tak karuan lagi. "Do you know me?"

Gemmy menoleh dengan pandangan lurus menatapku. Alisnya naik satu tingkat pertanda sedang mengingat-ingat. "Ya, Kak Bitta, right? I know you since the beginning of Benalu Tanpa Malu. Your script is genuinely touch my heart." Dia melipat ponsel Samsung Flip-nya. "Come on, who doesn't know you, Kak?"

Aku tersenyum malu. Tapi sungguh, bukan itu jawaban yang kuinginkan. "Ah, biasa aja, kok," balasku dengan pipi merona. "Are you enjoy being Rena?"

Dia menghela napas dalam. "Berat, sih. Karakter Rena ini awal-awal terlihat lugu, tapi sebetulnya dia sangat picik. Tapi aku suka peran itu. You don't have to worry about me. Aku akan usahakan yang terbaik untuk project kita kali ini. Semangat!" Gemmy melangkah mendekatiku dan menepuk pelan pundakku. Senyumannya sangat cemerlang.

Aku membalas senyumannya singkat dan membiarkannya pergi meninggalkanku. Aku merasakan senang dan kecewa secara bersamaan. Aku senang akhirnya dia bisa tahu siapa namaku, tetapi aku juga kecewa dia tidak mengingatku di momen itu. Tak apa, pelan-pelan dia pasti akan menyadari siapa diriku. 

Star On the StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang