MCH - Ssstt

1.7K 26 1
                                    

Semenjak Sonia menutup pintu rumah itu dan pergi meninggalkan rumah sejuta kenangan bersama mantab tunangannya. Pase masih diam ditempat melihat pintu rumahnya yang tertutup. Kemudian ia pun duduk disofa dan memikirkan apa yang dikatakan Sonia diakhir ucapannya.

Pase menghela napasnya, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Saat lamunannya sudah jauh entah kemana. Pintu kamar itu terbuka, membuat Pase menoleh dan melihat Septian sudah rapih.

Keningnya mengerut, ketika Fino pun berjalan dibelakangnya. Mengingat Fino pun datang atas undangannya, karena sudah berani menyentuh tubuh istrinya tanpa sepengetahuannya, membuat Pase mengepalkan tangannya.

Laki-laki ini jauh lebih berani dari sahabatnya dan tidak bisa diprediksi. Pase pun mulai menyadari ucapan yang Sonia katakan.

Sonia pergi karena kebodohannya demi bersama dengan sahabatnya yang sudah menusuknya dari belakang. Namun, itu semua karena ia sudah membuka pintu untuk menyentuhnya dengan ijinnya.

Pase tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Apalagi saat ini Reisa sudah menjadi istrinya.

"Pase, kita pamit dulu." ucap Septian pelan. Namun, Pase melihat wajah Fino yang hanya tersenyum saat melihatnya. "Wanita tadi kemana?"

Pase mengangguk dan melihat wajah Septian yang sangat terbaca olehnya. "Oh, dia sudah pergi. Kamu gak perlu hawatir, dia tidak akan membocorkan apapun." ucap Pase yang membuat wajah Septian mengangguk.

"Septian, untuk kedepannya lupakan semuanya. Aku tidak akan menuntutmu apapun. Aku menghubungimu kemari, karena aku ingin. Namun, untuk kamu Fino jangan pernah menyentuh istriku lagi. Kalau tidak aku tidak tinggal diam. Rahasia kamu ada ditanganku."

Pase menekankan ucapannya saat melihat Fino. Namun, Fino hanya tersenyum saja tidak takut dengan ucapan Pase atau apapun.

"Oke, aku akan mengingat, Pase." sahut Fino, kemudian ia menepuk bahu Septian. "Bro, ayo kita pergi. Aku kesini ternyata hanya untuk sebagai nyamuk aja."

"Ayo." sahut Septian pelan.

Saat Fino dan Septian sudah mau membuka pintu rumahnya. Pase menghentikannya. "Tunggu Fino."

Fino yang memdengar namanya dipanggil Pase, membuatnya menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang, dimana Pase menatapnya dengan dingin.

"Apa?" ucap Fino kesal. Namun, Septian yang melihatnya hanya menghela napasnya lirih, kemudian menepuk bahu sahabatnya supaya tenang.

"Bro, sudah." gumamnya sangat pelan.

"Kamu duluan aja. Sepertinya aku perlu bicara empat mata dengan dia."

Septian menganggukan kepala dan pergi meninggalkan Fino sendirian bersama Pase.

"Jadi, mau kamu apa, Pase? Kamu memanggilku kesini. Kalau hanya bilang jangan dekat-dekat dengan Reisa, istrimu. Tinggal bilang aja dilewat pesan. Jangan buat aku kesal, karena aku hanya melihat kalian bercinta! Aku bukan kamu, Pase." ucapnya kesal.

Pase hanya diam dan menatap wajah Fino yang terlihat sangat kesal. Padahal tadi selalu tersenyum.

"Jangan jadikan istriku mainan kamu, Fino. Aku tau kamu banyak mainan wanita diluar sana. Tapi, aku peringatkan sekali lagi. Mulai sekarang jangan menghubunginya lagi. Aku tidak ingin membuatmu masuk kepenjara."

Fino yang mendengar ucapan yang Pase katakan semakin mengeraskan gigi-giginya, karena kesal dengan apa yang Pase katakan.

"Kamu mengancamku? Aku bukan Septian yang sekali ancam selalu menurut. Aku Fino, laki-laki penakluk wanita. Istrimu juga sudah pasti aku taklukan. Jadi, jangan macam-macam denganku. Meskipun kamu orang yang berpengaruh sekalipun. Kamu tetaplah suami yang takberguna bagi Reisa, Pase." Fino berkata panjang lebar dan membuat Pase hanya diam mendengarkan saja. "Reisa sangat tidak beruntung sekali. Punya suami yang gila akan imajinasi liarnya dan dengan gilanya rela menyerahkan tubuh istrinya disentuh laki-laki hanya untuk kepuasan batinnya. Kalau bukan gila, lalu apa namanya, Pase."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Crazy Husband 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang