22.

982 133 32
                                    






Pagi itu, hujan turun tiada henti. Udara dibuat semakin dingin, siapapun tak ingin beranjak dari kasur mereka termasuk Seokjin dan pasangannya, jungkook. Yoongi tak melihat keberadaan Seokjin di ruang kerja mereka pun bertanya kemana origin itu, lalu Taehyung mengatakan bahwa Seokjin tak keluar kamar sejak tadi. "Dasar budak cinta" Yoongi menggelengkan kepalanya dan menarik senyuman asimetris.

Lagipula, siapa yang ingin beranjak dari tempat tidurnya jika bisa merasakan kehangatan dan keindahan dari pasanganmu? Seokjin bahkan tak mampu menolak untuk saling berpelukan dengan jungkook di bawah selimut mereka. Sentuhan dari kulit ke kulit tanpa sehelai benang pun terasa semakin hangat.

Jungkook termenung jauh di dada Seokjin yang hangat, nafasnya beberapa kali terhembus sedikit kasar seperti memikirkan sesuatu. "Ada apa?" Seokjin bertanya karna menumpuk rasa penasarannya, jemari yang sejak tadi bermain di telinga jungkook kini berhenti.

Ia kembali menghembuskan nafasnya, "aku tiba-tiba saja memikirkan ibu ku. Kalau aku saja yang mengandung bayi kita merasakan sakit yang begitu parah, apalagi ibu waktu mengandung aku. Dia pasti sangat kesulitan"

Seokjin mengerti, sebenarnya Jungkook hanya merindukan ibu nya. Itu normal, karna siapa saja yang sedang mengandung pasti akan merindukan ibu mereka. "Kau merindukannya?" Jungkook langsung mengangguk tanpa gengsi untuk mengakuinya. Jika saja hubungan jungkook dengan keluarga Seokjin baik-baik saja, Seokjin pasti akan membawa jungkook untuk bertemu dengan ibunya. Tapi, ibu Seokjin bahkan berpikiran yang sama seperti ayahnya, ibu Seokjin menginginkan jungkook untuk pergi jauh setelah memberikan mereka cucu.

"Apa suatu saat nanti aku bisa bertemu ibu?" Pertanyaan itu terdengar menyedihkan, ada sebuah harapan yang di naikkan ke langit, entah akan di dengar oleh Tuhan atau dewa mana pun jungkook tidak tau. Tapi yang pasti, Seokjin mendengar harapan itu.

"Jin!" Mendadak suara teriakan dari luar pintu membuyarkan suasana sendu di kamar itu. Itu Taehyung, dengan sangat tergesa-gesa mengetuk pintu. "Tunggu sebentar" Kata Seokjin pada jungkook sebelum beranjak dan mengecup keningnya. Seokjin memakai jubah tidurnya lalu membuka pintu itu sedikit agar Taehyung tak melihat jungkook yang tanpa busana berada di ranjangnya meskipun tertutup selimut. Menjaga kehormatan jungkook itu penting sekarang.

"Ada apa?"

"Maaf merusak waktu pagi mu, tapi apa kau bisa ikut dengan ku sekarang?" Ada tatapan cemas dari Taehyung, Seokjin yakin pasti ada hal yang tidak beres telah terjadi. "Pergilah, aku akan menyusul" Seokjin menutup pintu kamarnya dan menghampiri jungkook yang terduduk di kasur mereka. "Ada apa?" Katanya sedikit khawatir.

Seokjin memakai pakaiannya yang utuh sambil mengatakan "jangan khawatir, hanya pekerjaan biasa. Kau mandilah lalu sarapan" Jungkook mengangguk, Lalu Seokjin mengusap rambut jungkook dan memberikan kecupan singkat di bibirnya sebelum ia menyusul ke ruang kerja.

***

Sebuah surat ancaman berada di atas meja Seokjin, kertas itu begitu kusut dan kusam, di tuliskan dengan tidak rapih menunjukkan betapa marahnya si penulis. "Seekor gagak mengirimkan surat itu" Namjoon menunjuk ke arah jendela dimana seekor burung gagak hitam pekat masih berada disana. Sudah jelas yang mengirimkan surat itu adalah clan Demon.

"Perselisihan diantara kita belum selesai, origin. Kami akan membalaskan dendam atas kematian pewaris tahta clan demon yakni scoups! Peperangan akan terjadi setelah berabad-abad lamanya antara origin dan demon! Jagalah Dhampire kesayanganmu itu"

Seokjin meremat kertas itu lalu membuangnya dengan sangat kasar. Demon adalah clan yang paling susah di atur, meskipun telah dikeluarkan peraturan baru, mereka akan tetap melakukan apa yang mereka inginkan. Bahkan ambisi untuk mendapatkan jungkook belum juga usai.

"Apa yang harus kita lakukan, jin?"

Seokjin menarik nafasnya "siapkan pasukan! kumpulkan semua origin dari berbagai daerah, buat kesepakatan dengan mereka dan berikan apa yang mereka minta untuk melawan demon! Taehyung..."

"Ya?"

"Panggil kembali witches, minta mereka untuk membuat benteng besar dengan sihir mengelilingi seluruh wilayah moonhaven secepat mungkin, tanggung jawabmu adalah melindungi witches selama mereka melakukan tugas mereka. Yoongi, pastikan selama perang terjadi tidak ada anggota keluarga manapun yang keluar dari castle, jimin hoseok aku membutuhkan kemampuan kalian. Namjoon, kau pasti sudah tau apa tugasmu" Mereka semua mengangguk lalu Seokjin segera keluar dari ruangan itu dan yang lainnya mulai mengerjakan apa yang Seokjin perintahkan.

Dengan kaki yang terus melangkah Seokjin bergerak menuju moonhaven castle, untuk memberitahukan ayahnya bahwa perang akan terjadi sebentar lagi. Sesampainya disana Seokjin melihat ibunya sedang berbincang dengan teman-temannya, tak ingin menegur, Seokjin terus melangkah masuk namun ternyata sang ibu memperhatikan kehadirannya. "Ayah mu berada di ruang baca nya" Mendengar hal itu Seokjin segera menuju ruang baca sang ayah.

Pria tua itu memang ada disana, sedang membaca buku kuno nya. "Ayah..." Suara Seokjin menghentikan gerakan tangan Byung Hun untuk membuka lembaran buku tersebut, tatapannya teralihkan pada anak sulungnya. Sebenarnya berat untuk Seokjin mengadukan kegaduhan ini pada ayahnya mengingat hubungan mereka semakin tidak baik, tapi Seokjin membutuhkan bantuan ayahnya untuk memberikan persediaan senjata milik moonhaven dan memberikan stempel pada surat kesepakatan antar origin.

Seokjin meletakkan surat ancaman dari Demon dan Byung Hun membaca itu dengan sangat tenang. "Ayah, aku butuh bantuan mu" Byung Hun tertawa sinis mendengar itu, ia meletakkan surat ancaman dan bukunya di meja, "butuh bantuan ku? Bukankah kemarin kau sangat sombong dan mengancam ayah mu sendiri? Seharusnya kau tidak memerlukan bantuan ku lagi"

"Ayah tolong-"

"Aku tidak akan memberikan bantuan apapun padamu, jin! Semua ini terjadi karna kau tidak menuruti perkataan ku sejak awal! Inilah yang pantas kau dapatkan, hadapi sendiri kemarahan clan Demon atau jika kau keberatan dengan peperangan, kau bisa menyerahkan jungkook pada mereka. Jujur saja... starfell sudah tidak membuatku tertarik lagi"

Kedua tangan Seokjin terkepal begitu kuat, giginya menggertak, tak tahan melihat betapa tidak pedulinya sang ayah pada menantu dan calon cucunya. Tapi seharusnya Seokjin tidak heran, karna vampir memang seperti itu.

"Apa ayah pikir jika ayah jungkook mendengar perkataan mu ini dia tidak akan menyerang kita juga? Bukan hanya demon tapi origin yang bersekutu dengan starfell juga akan menyerang kita karna sudah berhianat!"

"Ayah pasti tau, vampir origin adalah vampir yang memprioritaskan harga diri mereka. Kita di pandang yang paling agung di antara semua clan. Jika aku menuruti perkataan ayah, bukankah sama saja aku merendahkan harga diri ku sendiri karna tidak bisa menjaga pasangan ku? Ayah tau, bahwa pasangan seorang vampir adalah kehidupan untuk mereka" Setetes air mata ketulusan jatuh begitu saja dari mata merah Seokjin, belum pernah Byung Hun melihat vampir tangguh di depannya menangis seperti manusia.

Byung Hun mengambil buku kuno nya lagi lalu membuka lembaran yang ia baca tadi, lalu ia menarik nafasnya tanpa melihat ke arah Seokjin "Lakukan apa yang ingin kau lakukan, tapi aku tidak mau moonhaven terkena sedikitpun imbasnya"

Seokjin mengangguk penuh arti dan tanpa perlu mengatakan apapun lagi, Seokjin pergi begitu saja. Semua percuma karna sampai kapan pun pemimpin origin itu akan memiliki sifat yang kejam dan minimnya rasa kepedulian.







Tbc.


.

My Eyes | Jinkook ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang