Masa hukumanku sudah berakhir, hari ini aku bisa berangkat sekolah seperti biasa. Sebenarnya kemarin aku menganggap itu adalah hari libur, bukan skorsing.
Baru saja berjalan beberapa langkah setelah memasuki gerbang sekolah, aku melihat sesosok lelaki yang familiar tak jauh di depanku. Lelaki itu tiba-tiba menoleh, membuat langkahku terhenti.
"Sial, itu cowok yang waktu itu, 'kan?"
Lelaki itu mulai berjalan ke arahku, entah kenapa saat aku ingin berlari, rasanya langkahku terkunci. Untungnya ada Carissa yang lebih dulu menghampiriku sebelum lelaki itu tiba.
Carissa yang baru datang, langsung memeluk lenganku. "Belek, akhirnya lo bisa balik ke sekolah, gue kangen banget sama lo!"
"Lebay, cuma dua hari doang gue gak sekolah, lagian lo juga main terus ke rumah gue," ucapku sambil melirik lelaki tadi, sepertinya dia ingin melangkah pergi.
"Lo kenapa? Kok kayak tegang gitu muka lo?" Carissa mengangkat satu alisnya.
"H-hah? Nggak kok," jawabku kikuk.
"P-permisi, Kak ...."
Aku dan Carissa yang mendengar suara asing langsung menoleh, ada dua orang adik kelas perempuan di sana.
Salah satu dari mereka menyodorkan amplop kecil berwarna putih kepadaku. "Kak Belle, aku mau nitip ini buat kak Arkan, boleh?" tanyanya menunduk malu-malu.
"Ya ampun adek, lucu banget mukanya pink-pink gitu." Carissa membuat anak itu semakin menunduk sambil menahan senyum.
Aku melirik nama anak itu dari seragamnya. "Leora, Arkan ada di situ, kenapa gak lo kasih langsung aja?" Aku menunjuk Arkan yang berada di tengah-tengah kerumunan perempuan.
Melihat Arkan dikerubungi oleh banyak perempuan adalah hal biasa. Dia adalah siswa tampan, paling pintar, dan sering menang saat mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade. Tak hanya itu, dia juga kaya dan lumayan pandai dalam beberapa jenis olahraga, jelas dia menjadi siswa populer.
"Yang bener aja, dia malu ngasih surat di depan banyak orang. Sini, dek, biar gue yang ngasih," kata Carissa.
"Makasih, ya, kak."
"Sama-sama, belajar yang bener dek, cinta tak selamanya indah," kata Carissa sambil cengengesan, begitupun aku.
Kami berjalan ke arah kelas setelahnya. Aku masih memikirkan lelaki tadi, entah aku salah lihat atau memang benar, dia memakai seragam sekolah kami, jangan-jangan dia murid baru. Memikirkannya saja membuatku merinding.
Sesampainya di kelas, aku langsung duduk, meninggalkan Carissa yang entah sedang membicarakan apa dengan Adit di depan kelas.
Sepuluh menit kemudian, bel jam pelajaran pertama berbunyi, bertepatan dengan itu, Pak Heri masuk dengan seorang siswa di belakangnya.
Deg
"Eh, siapa itu?"
"Murid baru, ya?"
"Ganteng banget."
"Crush baru gue, tuh."
Pandanganku langsung terkunci saat menatap sepasang manik lelaki yang sedang menatapku juga. Pandangan kami beradu cukup lama. Ada yang membuatku sedikit salah fokus di sini, dia memiliki beberapa luka lebam yang mulai pudar di wajahnya. Sepertinya karena kejadian waktu itu.
"Belle!" Aku tersentak saat Carissa memanggil seraya memukul pelan lenganku, membuat pandanganku terlepas dari lelaki itu.
"Kenapa, Sa?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Zavian
Teen FictionUntukmu, lelaki pemilik tatapan sedalam samudera dan senyuman sehangat mentari. Aku tak pernah lupa dengan awal pertemuan kita yang tidak baik-baik saja, rasanya saat itu aku baru saja mengalami bencana besar. Sampai pada akhirnya takdir kembali mem...