8. Bendahara

39 26 4
                                    

Seperti biasa, keributan selalu terjadi di kelasku saat jam kosong. Ada yang main game, main uno, membuat video, make up, dan lainnya. Biasanya aku akan main truth or dare bersama circle-ku, tapi aku sedang tidak mood seharian ini karena Stella sudah kembali ke kelas.

Tok tok tok

kami menoleh serentak setelah mendengar suara ketukan meja yang sudah pasti berasal dari ketua kelas, ada informasi apa kali ini?

"Barusan Pak Heri nyuruh gue buat nyari sekretaris baru, karena Stella diberhentikan jadi sekretaris."

Perkataan Arkan sukses membuat murid-murid bersorak kesenangan karena Stella diberhentikan, mereka memang tidak suka dengannya karena selalu cari muka.

"Gue diberhentiin? Kok gue gak dikasih tau dulu sebelumnya?" protes Stella.

"Maaf, gue lupa ngasih tau lo," ucap Arkan, "kalian bisa langsung tunjuk aja siapa calon yang kalian pilih."

"Serius gue diginiin?" Stella masih tak terima.

"Ya, emang lo berharapnya gimana? Balik ke kelas langsung disambut dengan meriah?" Carissa bicara dengan cukup keras.

"Masa gue doang yang diginiin? Belle gimana? Dia juga bikin ulah, tapi hukumannya gak seberapa."

"Lo gak usah bawa-bawa Belle, gak suka gue. Jelas-jelas lo yang bikin ulah duluan!"

Stella tidak menjawab ucapan Carissa, dia langsung menuju ke meja guru, tempat Arkan berdiri di sebelahnya, mungkin dia ingin bicara.

"Sebenernya kenapa ini?" tanya Zavian yang ada di hadapanku, dia benar-benar kebingungan.

Aku lebih memilih diam, berbeda dengan Carissa yang dengan semangat menceritakan kejadian minggu lalu.

"Tadi pagi aku ketemu dia, aku kira dia orang yang bicaranya baik," kata Zavian setelah mendengar cerita Carissa dengan seksama.

Entah kenapa aku merasa penasaran dengan pertemuan pertama mereka, tapi aku gengsi untuk bertanya.

Arkan kembali mengetuk meja dan mulai bicara setelah Stella pergi. "Oke, yang kayak gue bilang tadi, kalian bisa milih siapa yang gantiin Stella buat jadi sekretaris. Gue bakal nulis calonnya, dan kalian tinggal tulis nomor di kertas buat penentuan."

"Belle aja!" teriakan Carissa membuatku terperanjat.

"Gila, ya, gue gak mau!" Aku ikut teriak

"Kenapa gak mau? Lo jadi bisa manas-manasin dia."

Ucapan Carissa ada benarnya, apa aku ikuti saja?

"Bentar, gue mau ngomong."

Aku menoleh ke sumber suara, ternyata Viona.

"Gue mau berenti jadi bendahara, gue capek tiap hari nagih duit monyet-monyet kelas."

Ucapan Viona barusan membuat banyak murid di kelas bersorak tak terima, tapi tanpa sadar, mereka malah benar-benar bertingkah seperti monyet.

"Kalo gitu, Belle aja yang jadi bendahara!" seru Adit tiba-tiba.

"Nah, Belle jadi bendahara aja!"

"Kalo Belle yang gantiin, gue setuju!"

"Ayo, Belle, terima aja!"

Tidak disangka banyak dari mereka yang mendukungku, padahal aku salah satu monyet yang Viona maksud.

Aku mengerutkan keningku dalam-dalam. "Lo serius nyuruh gue? Gue, kan, sama aja kayak lo."

"Justru itu, gue sama yang lain milih lo, karena kita sejenis," kata Adit. Kalau soal uang dia bicara dengan sangat serius.

Dear ZavianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang